Awal Konfrontasi
“Bagaimana
video yang kukirim? Cukup menghibur bukan? Hehehe,” lanjut Jonas, “kalian mau
kubikin kayak teman kalian ini?” lelaki berkulit putih pucat mengarahkan kamera
depan smartphone-nya ke mayat Chyntia.
“Kalau
aku sampai di sana, aku akan mencabik-cabik badanmu, JONAS!” Anggara membentak
keras Jonas. Lelaki itu menatap hampa pada Anggara lalu memberikan senyum getir
pada lawan bicaranya.
“Supaya
kau lebih cepat bertemu dengan kami, aku sudah mengirimkan anak buahku untuk
menjemputmu? Di hotel Edelweiss kan? Dadah.”
seraya mengedipkan kelopak mata sebelah kanan, Jonas mengakhiri panggilan
videonya.
“Itu
berarti—“ ketika Fiolina hendak menyimpulkan pembicaraan dari Anggara, keduanya
mendengar suara-suara yang berasal dari luar, mencari-cari nama mereka berdua.
Keduanya
mendengar seseorang tengah memutar kunci. Begitu engsel tak lagi terkunci, tiga
orang bersenjata AK-47 menyerbu seraya menodong pucuk senjata mereka pada
Anggara dan Fiolina.
“Sekarang
bagaimana?” tanya Fiolina sambil mengangkat kedua tangannya.
Anggara
sempat diam sejenak. Entah dia sedang berpikir atau mencoba pasrah akan
keadaan. “Kita ikuti saja.”
***
Alvaro
dan Santo Aruru berada di dalam kantor bos besar mereka, Fahnan. Keduanya
sedang menyampaikan laporan mereka terkait Dedy Rahmad Yahdi. Fahnan mendengar
dengan seksama sambil memberikan pertanyaan balasan pada mereka.
“Bagaimana
keadaan jalan sekitar ketika kalian mengeksekusinya?”
“Awalnya
jalan sempat ramai karena kami mengikuti target yang melewati perkebunan teh
dan melati. Tapi itu tidak berlangsung lama. Kami berhasil menghabisi target
dengan menembakkan peluru pada dua ban mobilnya. Kemudian saya dan Aretha
menubruk mobil Dedy dengan keras hingga membuatnya hilang kendali dan terbalik.
Pada saat itu jalan sepi hanya ada aku, Aretha dan Santo di jalan raya.” Santo
mengangguk pelan, meyakinkan bosnya.
Alvaro
memberikan sejumlah foto sebagai dokumentasi hasil pembunuhan mereka. Fahnan
mengangguk takzim sambil menyunggingkan senyum puas atas hasil kerja keduanya.
“Very good! Aku suka dengan hasil kerja
kalian tapi...,”
“Tapi
apa bos?” tanya Santo langsung.
“Ke
mana Aretha?”
Alvaro
dan Santo berpandangan sekilas lalu kembali tertuju pada Fahnan. “Dia sedang
tidak enak badan,” jawab Alvaro.
“Ah
tidak apa-apa. Seandainya dia ada di sini, aku akan memberikan kalian bertiga
bonus tunai saat ini juga. Tapi berhubung dia tidak ada di sini, aku akan
mentransfernya nanti saja,” ujar Fahnan seraya kembali duduk di kursi
berodanya.
“Kalian
ingin minum apa? Biar kupanggil pelayan,” tawar bos pada mereka berdua.
“Bukankah
bar kita menyediakan soju bukan?
Kebetulan aku ingin sekali minum itu. Bagaimana denganmu, Al?” Santo sudah
memesan minumannya. Alvaro merasakan sesuatu sedang disembunyikan ayahnya. Tapi
ia sendiri tidak tahu apa yang tengah disembunyikan lewat gelagat anehnya.
“Sama
denganmu juga,” ikut Alvaro. Sang bos mengangguk pelan mengiyakan permintaan
mereka. Bos Fahnan menghubungi pegawai bar yang berada di lantai dua mengatakan
pesanan kedua anggotannya.
“Baiklah
sembari menunggu pesanan kalian berdua datang, aku ingin berbincang denganmu,
Alvaro.” Mimik wajah Fahnan tadi terlihat agak santai, jadi serius.
Ini
menjadi keganjilan tersendrii baginya. Alvaro yang biasa akrab dengan Fahnan,
jadi siaga dengan tingkah aneh ayahnya. Ia menyorot mata curiga.
“Iya
langsung saja... Sebenarnya... perjanjian macam apa yang kalian buat dengan
anggota HOVTA?”
“Perjanjian
macam apa yang ayah maksud...?”Alvaro pura-pura tidak mengerti dengan apa yang
ditanyakan ayahnya.
“Lalu...
bagaimana kau menjelaskan ini?” Fahnan memperlihatkan layar handphone-nya pada Alvaro. Lelaki itu
ternganga menyaksikan apa yang ditunjukkan sang ayah.
“Da-darimana
ayah dapatkan i-itu?!” Lidah dan bibir Alvaro sama-sama kelu mempertanyakan
sumber data yang didapatkan ayahnya.
Fahnan
menatap dingin pada Alvaro. Lelaki berwajah kekotakan itu tidak mampu menahan
gelisah karena surat perjanjian antara Aretha, Alvaro dan Anggara dan Fiolina
sudah bocor sampai ke tangan ayahnya.
“Ayah...
Ini ak—“
“Jelaskan
saja di markas HOVTA.” Penjelasan Alvaro diinterupsi tiga orang bersenjata
laras panjang. Ketiganya menyeruduk ruang kantor Fahnan lalu mengacungkan pucuk
senjata pada Alvaro dan Santo.
“Alvaro,
ada apa ini?!” tanya Santo panik.

No comments:
Post a Comment