Mataku masih saja mengamati seseorang yang berada di dalam COM
14 . Billing internet yang disewanya
habis dan sudah waktunya ia keluar dari bilik tersebut . Tapi sudah kutunggu
sampai 3 menit ia belum keluar dari sana padahal ada seseorang yang akan
menyewanya .
Namun ada satu keanehan yang
terlihat di sana . Aku melihat seseorang dalam bilik tersebut tertunduk dengan
wajah mengenai papan keyboard . Aku
sudah mengira pasti ia tertidur . Tapi bagaimana dia bisa tidur dengan kondisi
warnet yang dikerubungi oleh suara loud
speaker yang riuh dan ribut . Entahlah , yang pasti aku akan ke sana untuk
membangunkan orang itu .
Ketika kakiku hendak melangkah ,
kumerasakan hawa tak enak di sekitar bilik itu . Itu semakin menguat dengan
suhu bilik yang turun drastis sehingga bulu romaku berdiri tegak . Aku menekuk
kedua kakiku dan mengguncang – guncang badannya . Aku sedikit terkesiap ,
badannya mendingin dan kaku . Pikiranku semakin liar dengan dugaan – dugaan
buruk tentang orang tersebut . Aku mulai panik dan langsung mendorong badannya
ke belakang .
Ya
Tuhan !
Wajahnya tegang memucat dengan mata
terbeliak hampir melompat keluar . Dari dalam mulutnya keluar seperti cairan
kental kehitam – hitaman berbau busuk dan anyir membasahi papan keyboard . Aku
yang tak kuasa menahan bau menjijikkan tersebut , spontan memuntahkan segala
isi perutku . Orang – orang yang melihatku muntah , berduyun – duyun mendatangi
bilik di mana aku berada . Mereka terperanjat melihat mayat seorang pria sudah
meregang nyawa dengan kondisi mengerikan .
Aku lupa , aku belum sempat
memperkenalkan diriku . Aku hanyalah anak dari keluarga serba pas - pasan yang
mengadu nasib di luar kota . Namaku Rian . Setelah aku tamat SMK aku memilih
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku . Sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan
kuliah , tapi karena keuangan orang tuaku yang serba pas – pasan , aku
mengurungkan niatku untuk kuliah . Aku memilih untuk melamar sebagai seorang
operator warnet sekaligus memanfaatkan kemampuan keahlianku dalam mengolah
program – program komputer .
Awalnya aku bekerja di sebuah toko
Handphone tiga bulan lalu namun aku memilih mengundurkan diri dari sana dengan
alasan keluarga . Kemudian aku menjatuhkan lamaranku pada sebuah warnet yang
sedang mencari lowongan kerja sebagai operator warnet . Aku diterima di sebuah
warnet yang berada di sebuah ruko bertingkat di sebuah perumahan . Ada kesan
tak enak ketika aku hendak memasuki warnet tersebut .
Hembusan angin dingin di tengah hari
sontak membuat bulu kudukku berdiri tegak . Kumerasa sepasang mata tengah
memata – mataiku ketika aku menginjakkan kaki pertama kali di sana . Dalam hati
, aku mencoba menepis segala hal – hal berbau mistis dengan berdoa dalam hati .
Aku sudah lumayan tenang meskipun rasa takut masih membayangi pikiranku .
Kemudian , pandangan mataku beralih pada operator warnet yang tengah berjaga .
Sempat ragu terbesit , tapi aku coba memberanikan diri untuk bertanya .
“ Permisi , apa benar di sini
menerima lowongan pekerjaan sebagai operator warnet ? “ tanyaku pada operator
tesebut .
Sang operator mengalihkan
perhatiannya padaku .
“ Anda yakin mau bekerja di sini ? “
ia malah balik bertanya padaku . Cara dirinya menatapku penuh keraguan tapi ada
kekhawatiran di sana . Aku tak mengerti apa maksudnya ia bertanya seperti itu
padaku , tapi aku hanya mengabaikannya .
“ Sangat yakin . “ jawabku penuh
keyakinan .
“ Kalau begitu , biar saya
panggilkan dulu majikan saya . Kamu tunggu saja sebentar di sini . “ perempuan
itu beralih dari tempatnya sambil menahanku di sana sedangkan ia pergi menemui
majikannya .
Aku sejenak menikmati ramainya
suasana warnet yang sarat akan suara musik dan game – game online dari loud speaker yang cukup memekakkan telinga
. Lagi , aku mengamati mayoritas pengunjung warnet adalah anak – anak sekolah
selebihnya orang – orang biasa . Aku tak bisa melihat selebihnya karena
terhalangi oleh sekat – sekat yang membatasi satu COM dengan COM lainnya . Aku
hanya mengamati bagian depannya saja . Di sana cukup nyaman dengan dua kipas
besar yang dipasang di atas asbes , berputar begitu cepat .
Setelah sekian lama aku menunggu ,
sang operator warnet menghampiriku .
“ Aku boleh tahu siapa namamu ?
“
“ Namaku Rian . “
“ Anda dipanggil oleh majikan saya .
“
Seketika itu juga aku memperbaiki
penampilanku , mulai dari ujung rambut sampai ujung kakiku . Aku tak lupa untuk
mengecek aroma nafasku , aku tak mau bos besarku terganggu dengan aroma nafasku
yang tidak sedap . Setelah aku yakin dengan penampilanku , aku sudah bersiap
untuk menghadap sang bos .
Dalam perjalananku menuju kantor bos
, aku sempat berbincang – bincang dengan wanita yang bersamaku sekarang . Dia
bernama Erni . Wanita dengan poni sedahi ini juga bercerita banyak tentang
pekerjaannya di warnet dan keanehan – keanehan yang ada di warnet ini . Namun
ada satu hal yang cukup membuatku agak merinding .
“ Berhati – hatilah . Aku mulai
curiga majikan kita memakai pesugihan ilmu hitam . “ tandas Erni .
Tok
tok tok
Jari telunjuk dan tengah Erni dilipat ke dalam
dan mengetuk ruang pribadi sang bos .
“ Siapa di sana ? “ sahut sang bos .
“ Ini Erni , pak . Saya ke sini
bersama dengan .. saudara Rian . “ jawab Erni yang agak sedikit lupa dengan
namaku , tapi ia bisa mengingatnya kembali .
“ Oh Erni ! Bawa masuk laki – laki
itu ! “ perintah sang bos .
Erni membuka gagang pintu . Aku
berjalan di belakang Erni , kami masuk bersamaan .
“ Silakan duduk nak Rian ! “ Sang
bos mempersilahkanku untuk duduk di kursi.
“ Jadi apa alasan kamu melamar kerja
di sini ? “ tanya sang bos sambil menutup laptopnya dan menatapku .
“ Saya hanya ingin memenuhi
kebutuhan hidup saya sekaligus keluarga saya , pak . “ aku mengutarakan secara
jujur maksudku melamar kerja di sini . Aku juga tak pernah mengira untuk
melamar kerja sebagai operator warnet saja harus ada sesi wawancara .
“ OK . Saya terima kamu bekerja di
sini . Untuk kamu Erni , saya menerima surat pengunduran diri kamu dan besok
kamu akan digantikan oleh Rian . Tapi untuk sekarang ini , coba kamu ajari Rian
bagaimana mengoperasikan timebilling dari
masing – masing COM . “
“ Baik , pak . “ jawab Erni singkat
.
Pak Tejo – majikanku mempersilahkan
kami keluar dari ruang pribadinya . Erni yang sedari tadi hanya berdiri di
sampingku beranjak pergi dari sana .
Waktu yang tersisa siang ini kupakai
untuk memperhatikan Erni cara mengoperasikan time billing dari masing – masing COM . Ia mengajariku cara
mengaktivasi time billing , membuat
paket per jam hingga menambah paket . Sepertinya aku tidak terlalu kesulitan
untuk memahami apa yang diajarkan oleh Erni , malah aku semakin bersemangat .
Aku tak habis pikir , kenapa Erni
yang baru satu minggu berada di sini berniat untuk mengundurkan diri .
Menurutku pak Tejo itu orang baik , ia kelihatan ramah dan cara berbicara yang
begitu berwibawa . Aku tahu saat aku diwawancarai olehnya . Namun , aku tidak
terlalu mau mencampuri apa yang menjadi urusannya , biarlah itu menjadi
urusannya sendiri .
Sehari telah berlalu bersama Erni .
Kini aku betul – betul siap menjalankan tugasku sebagai operator warnet .
Sekarang waktu menunjukkan pukul 21 . 00 . Aku merebahkan diri dan merasakan
empuknya kasurku yang sudah disediakan oleh pak Tejo untukku dan untuk Erni
juga . Dia berada di kamar sebelah , tak jauh dari kamarku . Usai makan malam
bersama dengan pak Tejo dan Erni aku memutuskan untuk ke kamarku . Di sana ,
aku melepaskan letihku dengan memutar musik di handphoneku menggunakan headset.
Alunan musik yang begitu lambat dan
lembut membuatku tak kuasa menahan rasa kantuk luar biasa . Tak pernah aku
mengantuk sehebat ini , sekalipun aku pernah bekerja 14 jam dalam sehari di
toko handphone tempat aku melamar kerja .
Aku pun tak bisa lagi membuka
kelopak matanya sedikit pun dan aku hanyut dalam tidurku .
Aku tersentak mendapati diriku
berada di sebuah ruangan begitu remang hingga aku harus memaksimalkan kerja
mataku . Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan suasana ruangan itu .
Telingku menangkap sayup suara jeritan , lebih tepatnya suara jeritan wanita .
Aku merasa kurang yakin dengan suara yang kudengar , coba menajamkan
pendengaranku dan melangkah mengikuti sumber suara itu .
Tolooong !
Suara
itu makin jelas terdengar . Sekarang aku yakin itu benar – benar suara wanita ,
namun jeritan itu begitu lirih dan menyayat hati . Siapapun pemilik suara itu ,
pasti ia dalam kondisi terdesak , amat membutuhkan pertolongan . Aku harus
cepat menemukannya .
Kondisi
jalan yang sangat remang dan diselimuti hawa – hawa angker , tak menyurutkan
niatku untuk menemukan pemilik suara itu . Aku makin mempercepat langkah kaki
hingga aku melihat sesuatu di hadapanku .
“
TOLOONGG ! “
Sesosok
makhluk berbadan bongsor berambut gimbal , matanya sebesar bola pingpong merah
menyala . Kulit hitamnya ditumbuhi rambut – rambut kasar dan lebat tengah
menatapku penuh amarah . Aku tak bisa menggerakkan badanku bahkan mataku terus
terbeliak memandangi makhluk mengerikan itu .
Namun
arah pandanganku tertuju pada sesuatu yang digenggam oleh makhluk itu dan itu
adalah – Erni . Di sana Erni terlihat
begitu pasrah , ia hanya diam membisu membayangkan apa yang akan terjadi
selanjutnya . Pelupuk matanya sembab dan basah oleh air mata , tak bisa lagi ia
kira berapa kali ia menangis , mengiba , memohon agar dirinya dilepaskan , tapi
semuanya sia – sia . Makhluk itu makin menguatkan genggamannya pada kedua
tungkai kakinya sambil menyunggingkan seringai lebar yang menakutkan .
Uhahahahaha .. hahahahahhaha !
Tawa makhluk itu menggelegar bak gemuruh memecah kesunyian
alam semesta . Ia menertawai ketidakberdayaanku yang tak mampu menolong gadis
malang tersebut . Tak sadar , aku menitikkan air mata sambil merutuki diriku
sendiri yang tak bisa berbuat apa – apa .
Makhluk
itu membuka lebar – lebar mulutnya . aku gentar sekaligus takjub melihat
deretan gigi geligi yang tajam dan membaui aroma nafasnya yang tidak sedap .
Sebenarnya aku ingin sekali muntah namun
mulutku masih mengatup erat , aku hanya menahan rasa mual yang semakin menjadi
– jadi di dalam perutku .
Ia
melepaskan genggamannya dan membiarkan Erni jatuh ke dalam lubang kegelapan tak
berujung itu .
TIIIDDDAAAKK
!!!
Detak
jantung berdebuk begitu kencang , tarikan nafas memburu cepat . Mataku
membeliak seraya bangkit dari tidur .
ERNI
!
Diliriknya
jam dinding yang berada di sebelah kirinya – 02 .00 . Aku merasa setiap
kejadian yang terjadi dalam mimpiku – sosok makhluk itu dan Erni – semuanya
begitu tampak nyata . Memikirnya saja sudah membuatku merinding setengah mati .
Tak karuan . Tapi aku berusaha untuk tenang . Kutarik nafas pelan – pelan lalu
hembuskan perlahan . Kini , aku sudah sedikit lebih tenang . Sebelum aku tidur
, aku berdoa terlebih dahulu agar mimpi yang terjadi tadi tidak terulang .
Meskipun begitu , masih ada terselip kekhawatiran tentang keadaan Erni , aku
harap dia baik – baik saja .
Malam
sudah terlewati . Pancaran sinar mentari sudah menembus ventilasi kamarku . Aku
yang menyadari kamar semakin panas , beranjak dari kasur menuju kamar mandi .
Bayangan mimpi buruk semalam sudah mulai terlupakan . Aku mulai melangkahkan
kaki menuju kamar mandi yang berjarak 10 meter dari kamarku .
Aku
sudah berada di luar kamar . Mataku teralih perhatiannya pada kamar Erni . Yang
membuatnya semakin aneh , kamarnya sudah digembok . Apakah dia sudah pergi ? .
Padahal ini masih jam setengah tujuh – cepat sekali dia pergi . Aku termangu di
depan pintu kamar Erni dan menempelkan daun telingaku di pintu itu . Aku tak
mendengar setitik suara pun di dalam . Yang kudengar hanya suara detak
jantungku yang berdetak pelan .
“
Erni sudah pergi dari jam enam tadi . Rian , persiapkan dirimu . Ini pertama
kalinya kamu menjadi operator warnet di sini . “ ujar pak Tejo berlalu menuju
tangga lantai 3 .
Suara
pak Tejo benar – benar mengagetkanku . Aku tak menyangka dia bisa berada di
sana . Dugaanku memang tepat . Erni sudah pergi dan kelihatannya mimpi yang
terjadi di malam itu hanya sekedar bunga tidur .
Usai
mandi dan sarapan pagi , aku langsung turun dari tangga menuju meja operator .
Kusambar kursi plastik yang tergeletak di depan monitor . Kutekan tombol ON
pada prosesor dan kubiarkan sesaat . Setelah layar monitor menyala , aku mulai
memeriksa satu per satu billing yang
terdapat pada setiap komputer di sana .
Setelah
kuperiksa semuanya berfungsi . Sepertinya Erni betul – betul memperhatikan
kondisi warnet ini . Pikiranku tertuju pada Erin . Sambil menatap monitor , aku
masih saja memikirkan Erin . Walaupun pak Tejo sudah mengatakan bahwa Erin
sudah pergi , aku merasa tidak yakin dengan pernyataan pak Tejo .
Jam
demi jam sudah berlalu . Beberapa anak sekolah sudah menampakkan diri mereka ke
warnet ini .
“
Bang , COM 12 ya . Paket 2 jam . “ ujar anak laki – laki berpakaian putih biru
.
Aku
mengangguk pelan sembari anak laki – laki itu pergi menuju COM 12 . Padahal
masih pukul setengah dua belas tapi ada anak sekolah yang mendatangi warnet ini
. Bisa – bisanya cabut pada jam pelajaran . Aku ingin sekali menegur laki –
laki berpakaian putih biru tersebut namun enggan .
Aku
teringat di mana aku pernah membuat ibu menangis lantaran aku pernah tertangkap
basah ketahuan membolos di saat jam pelajaran . Melihat air mata ibuku yang
menangis melihat tingkah lakuku , aku langsung sadar diri . Aku sudah bertekad
bahwa aku takkan pernah mengulangi kejadian serupa – aku berjanji .
Menjelang
pukul 13 . 00 , anak – anak SMP berduyun – duyun mendatangi warnet . Mereka
melihat – lihat COM yang masih kosong dan berjalan pelan memasuki bilik warnet
sambil memilih paket yang mereka inginkan . Kini semua COM di warnet ini sudah
penuh , tak ada lagi yang tersisa . Jika mereka ingin bermain , mereka harus
menunggu lebih lama , karena mereka rata – rata bermain sampai dua jam .
Dugaanku
tepat . Seorang laki – laki berkaus oblong berwarna hitam dengan celana pendek
jeans menghampiriku .
“
Bang ada COM yang masih kosong ? “ tanya lelaki itu .
“
Maaf bang . Sudah penuh . “ jawabku padanya .
Lelaki
itu melangkah tak juah dari meja operator , kepalanya mendongak ke kanan dan ke
kiri mengamati setiap COM di sana .
“
Abang bilang sudah penuh ?. Tapi yang ada di sudut sana kosong kok . “ tukas
lelaki itu sambil menunjuk bilik tersebut .
Aku
tersentak kaget oleh pernyataannya . Bagaimana bisa ?! . Padahal COM itu sudah
ditempati oleh seorang anak laki – laki yang sudah berada pukul sebelas
setengah dua belas tadi dan ia menghilang . Aku masih membeku menatap mata
lelaki itu seakan tidak percaya . Ya aku memang tidak percaya . Langsung saja
aku beranjak dari tempatku menuju COM tersebut .
Aku
sudah tiba di COM tersebut dan benar saja , anak laki – laki itu tidak berada
di sana . Bilik tersebut kosong dan billingnya
masih tersisa setengah jam lagi . Bulu kudukku meremang melihat keanehan ini .
Aku bangkit berdiri dan mataku mengamati semua pelanggan di warnet ini ,
semuanya pandangan tertuju pada layar monitor meskipun ada satu orang yang
hanya sekadar melihatku dan mengembalikan konsentrasinya pada apa yang
terpampang di layar kaca.
Aku
masih belum memikirkan hal – hal yang berbau mistik . Kulangkahkan kakiku
menuju kamar mandi khusus pelanggan warnet . Lagi – lagi , aku merinding . Aku
merasa seperti dibuntuti oleh sosok lain . Aku sudah tiba di sana . Suasana
yang lembab dan agak gelap itu , membuatku harus menekan saklar lampu yang
terletak di samping dinding kamar mandi .
Tek
Pendaran
sinar dari lampu pijar 5 watt itu sedikit menerangi dan memperlihatkan apa yang
ada di dalamnya – kosong . Yang ada hanya sebuah bak kecil berukuran 1 x 1
meter , sebuah gayung kecil hijau dan sebuh kloset duduk , anak lelaki itu
betul – betul tak ada di sana .
Ini
sungguh membingungkan sekaligus membuatku bergidik ngeri . Aku langsung angkat
kaki menuju meja operator . Aku langsung menonaktifkan billing-nya dan memanggil lelaki yang dari tadi berdiri menungguku
kembali dari kamar mandi .
“
Bang , paket berapa jam ? “ tanyaku sambil memegang mouse dengan tangan gemetar
.
“
3 jam ya bang . “ jawabnya lugas .
Lelaki
itu memasuki bilik begitu aku sudah mengaktifkan billing . Sekilas dia bisa melihatku dengan wajah agak pucat dan
tanganku gemetar mengeluarkan bulir – bulir peluh . Tapi ia tidak terlalu
memikirkannya dan aku masih berusaha untuk melupakan kejadian barusan dan
beranggapan mungkin saja anak laki – laki itu sudah pergi tanpa aku ketahui
karena aku juga fokus dengan game online
yang sedang kumainkan .
Hampir
satu bulan di sana , aku yakin dari gajiku dan tip tambahan yang diberikan pak
Tejo setiap kali aku berjaga , aku pasti bisa mengirimkan sedikit uang untuk
orang tuaku di kampung sana . Di tengah kesibukanku sebagai operator warnet ,
aku masih bisa menyempatkan diri menelepon kedua orang tuaku . Hatiku lega
mendengar kabar bahwa keadaan mereka berdua baik – baik saja begitupula dengan
kedua adikku . Aku selalu menasihati kedua adikku agar mereka belajar dengan
giat dan selalu berbakti pada ayah dan ibu .
Malam
ini begitu senyap . Ya , sudah menjadi aturan bahwa warnet tutup pada pukul
sebelas malam . Jam dinding sudah menunjukkan jam sebelas dan tangan kananku
sudah bersiap memegang sapu ijuk dan sebuah kemoceng . Ada yang beda dengan
hawa di warnet ini Padahal tidak turun
hujan , tapi udara di sekitarnya begitu dingin . Dinginnya sampai – sampai
membuat tulangku menggigil . Aku harus menggosok – gosokkan kedua tanganku ,
menciptakan rasa hangat yang cuma bisa bertahan sesaat .
Tangan
kiriku masih sibuk bergerak sana – sini menjamah setiap perangkat yang
terpasang di sana . Kini aku masih membersihkan papan keyboard . Tak lupa juga , meja tempat PC itu berdiri , juga tak
luput dari penglihatanku . Ada saja orang yang mengotori meja dengan abu rokok
padahal aku sudah meletakkan satu asbak pada masing – masing COM . Aku hanya
bisa menggeleng pelan sambil meraih sapu yang bersandar di sampingku .
Saat
aku menyapu sisa – sisa smpah dan putung rokok yang sudah kukumpul dahulu dari
COM 1 , sayup – sayup telingaku mendengar sebuah suara . Awalnya pelan , namun
semakin kutajamkan pendengeranku , suara itu makin keras . Suara itu betul –
betul berasal dari COM 6 .
Tap tep tap tep
Aku
menduga itu seperti suara jemari seseorang sedang mengetik huruf – huruf di
tuts keyboard . Mendadak detak jantungku berdegup kencang . Bagaimana mungkin
ada orang di sana ? Bukankah pada jam setengah sebelas tadi warnet sudah betul
– betul kosong ? . Pikiranku terbawa oleh dugaan – dugaan bahwa PC di COM 6
sedang dipakai oleh makhluk halus .
Sempat
aku mengabaikan suara itu , namun semakin kuabaikan suara jemari itu semakin
intens beradu dengan tuts – tuts keyboard . Bulu romaku meremang . Tubuhku
tegang . Aku mulai tak tahan dengan semua keanehan ini . Kukumpulkan
keberanianku untuk melihat siapa yang berada di dalam . Kuletakkan sapu ijukku
bersandar di dinding bilik . Kulangkahkan kakiku pelan – pelan karena aku
sendiri sudah ketakutan setengah mati .
Derap
kaki seiring dengan suasana wanet yang semakin mencekam begitu akan memasuki
pukul 11 . 30 . Mulai dari COM 1 sampai 5 , aku tidak menemukan keanehan apapun
. Kosong . Kini , aku sudah menjejakkan kaki di samping dinding bilik COM 6 .
Aku
sempat terdiam beberapa detik menyiapkan mental jika ada sesuatu yang makhluk
tak kasat mata muncul di hadapanku . Rasa ketakutan masih menguasai hati .
Kukumpulkan setitik keberanian dan nyali memasuki bilik . Aku memang tidak bisa
mengontrol rasa takutku , sampai – sampai aku harus menutup kedua mataku .
Begitu aku sudah berada di depan bilik , perlahan tapi pasti , aku mulai
membuka kelopak mataku dan menjumpai – tidak ada apapun di sana .
Ternyata
, tidak sesuai dengan apa yang kupikirkan . Bagian dalam bilik benar – benar
kosong . Tidak ada seseorang pun yang mengetik tuts keybord . Komputer mati .
Semua dalam kondisi mati total .
Namun
, itu semua tak berlangsung lama . Di depan COM 7 , tepatnya di COM 14 ,
terdengar lagi suara jemari seseorang tengah mengetik . Kali ini , suara
jemarinya kuat menekan tuts keyboard , sehingga menimbulkan bunyi ‘ klatak
klatak ‘ . Begitu suara itu muncul lagi , aku langsung berdiri dan menegakkan
badan usai memeriksa PC ini .
Kujaga
terus derap langkah kakiku agar tak menimbulkan suara berisik yang mengganggu
tidur malam pak Tejo di lantai 3 . Aku semakin dekat dan akhirnya tiba di depan
dinding bilik . Kumelihat seseorang tengah mengetik dengan posisi kepala
menunduk ditutupi oleh rambut panjang acak – acakan . Aku terlonjak kaget
begitu ia mendongakkan kepalanya .
Aku
diam seribu bahasa . Dia perempuan dengan separuh wajah hancur setengah seperti
tergesek oleh aspal jalanan , memperlihatkan tulang tengkorak dan bola mata
yang tak utuh lagi . Wajahnya sebelah lagi mengeluarkan nanah bercampur darah
yang mengalir dari bola matanya . Makhluk mengerikan itu melemparkan senyuman
getir ke arahku . Aku melihat giginya rontok hanya menyisakan gusi yang telah
tertutup oleh darah .
“
Ba-ba-ngg ... Ko ko –
kom-puter 12 . “
Begitu
dia berbicara , tanpa banyak kata , aku mundur dari sana , pontang – panting
menuju lantai dua , kamarku . Sangking takutnya , aku bisa langsung melompati
anak tangga yang berjarak 4 langkah .
Pancaran
sinar matahari menyorot ke arah wajahku . Baru aku sadar hari sudah pagi . Aku
beringsut dari tempat tidurku tapi hatiku merasa sangat was – was . Bayangan
penampakan perempuan itu masih membekas di benakku . Terlebih bunyi kertakan
tulang tangannya yang membuat telingaku berdenging .
Dengan
banyaknya keanehan – keanehan yang terjadi di warnet tempat aku bekerja ,
semakin menguatkan dugaanku bahwa yang dikatakan oleh Erni itu memang benar .
Siapapun takkan bertahan lama bekerja di sana dengan bayaran semahal apapun ,
jika tempatnya mencari rezeki itu dihuni oleh makhluk – makhluk gaib .
Menjelang
dua bulan , aku masih tetap bertahan untuk bekerja di warnet ini . Aku harus
bersentuhan dengan dunia astral yang membuat bulu kudukku berdiri . Timbul
dalam hati untuk pindah dari sini , tapi urungkan sementara karena uang yang
kukumpulkan belum mencukupi sekaligus mengungkap misteri yang terkandung di
dalamnya .
Seperti
biasanya , wanet ini selalu ramai oleh para pengunjung yang mayoritas didatangi
oleh anak – anak sekolah . Juga , yang membuatku betah di sini adalah pak Tejo
selalu memberiku uang tip jika warnet penuh oleh pengunjung dan perlu kau tahu
jumlah uang tip yang diberikan pak Tejo tidaklah sedikit , pernah berkisar
sampai 350 ribu .
Mataku
masih terpusat di layar kaca di mana aku sedang memainkan game online yang kugemari . Namun sebuah suara yang agak berat ,
membuyarkan konsentrasiku , terpaksa aku mengalihkan perhatianku padanya .
“
Ada apa bang ? “ kataku sambil mengangkat sedikit alis mata .
“
E-er .. COM 12 ya bang . Paket 2 jam . “ balasnya singkat . Ia berlalu dari
hadapanku menuju COM 12 .
Usai
ia beranjak dari sini , aku langsung menghidupkan billing-nya . Ia melepaskan sendalnya dan masuk ke dalam bilik .
Melihat laki – laki itu sudah berada di dalam , aku kembali memberikan perhatianku
pada game online yang sempat
kunonaktifkan .
Ternyata
waktu sangat cepat beralih . Hampir 2 jam sudah berlalu . Mataku sudah memerah
dan gatal berlama – lama menatap layar kaca . Kugosok pelan – pelan untuk
menghilangkan rasa gatal dan merah agar tidak terlalu mengganggu . Merasa
mataku sudah lebih baik , aku kembali lagi memfokuskan konsentrasi ku di sana
sambil melihat time billing yang
tersisa di COM tersebut – tinggal 10 menit lagi .
Aku
merasa angin bertiup lebih lembut dan agak dingin kali ini . Tapi seingatku ,
bulan ini bukanlah musim penghujan , melainkan musim kemarau yang membawa angin
panas . Aku hanya bisa menahan rasa dingin itu dengan menggedikan bahu sambil
menggosok pelan leherku .
Hawa
ruangan menurun drastis . Suasana wanet yang begitu ramai berubah total menjadi
, tak ada satupun manusia -- sepi layaknya kuburan . Aku berusaha untuk tidak
panik dan mengucapkan doa – doa agar segala bahaya tidak membuatku goyah . Ekor
mataku menangkap sesosok bayangan
perempuan tengah berdiri di COM 12 , melototiku dengan pandangan penuh
emosi dan kebencian di mata kirinya .
Lagi
, aku mengedipkan mata sekali dan semua sudah kembali seperti semula. Sosok
perempuan itu tak lagi berdiri di sana . Dalam hati , aku terus bersyukur apa
yang kulihat tadi hanya halusinasi belaka , mungkin penyebabnya adalah aku
terlalu larut tidur malam .
Aku
kembali memperhatikan layar komputerku . Time
billing yang terpasang di komputer yang disewa oleh laki – laki bertopi
hitam itu sudah habis , namun ia tak kunjung keluar dari bilik tersebut . Tak
lama kemudian , seorang pengunjung datang dan menanyakan COM mana yang sudah
kosong . Kembali aku melirik ke COM 14 . Aku mulai bosan menunggu lelaki itu
yang tak juga keluar , langsung mendatanginya dan menyuruhnya untuk keluar dari
bilik tersebut .
Aku
mendapati lelaki itu sedang tidur dengan wajah tertunduk mencium papan keyboard
. Dengan inisiatifku sendiri , aku berusaha mengguncang – guncang badannya dan
tak sengaja badannya terdorong ke
belakang .
Aku
terlonjak kaget melihat keadaannya yang mengenaskan . Aku panik , lantas
memanggil orang – orang yang kebetulan sedang melintas di depan wanet . Kulihat
bosku sudah turun dari lantai 3 . Pasti ia juga bertanya – tanya , kegaduhan
apa yang sedang terjadi di warnetnya .
“
Apa yang terjadi , Rian ? Kenapa banyak sekali orang – orang berkumpul ? “ Pak
Tejo mengernyitkan alisnya menandakan ia heran .
“
A..a..ada orang meninggal pak , di COM 14 . “ Aku gugup mengatakan kejadian
seperti ini pak Tejo .
“
Apa ?! Kalau begitu , kamu pergi ke garasi keluarkan mobil saya . Biarkan saya
membawanya . “ ucap Pak Tejo lugas sambil memberikan kunci mobilnya padaku .
Aku
cepat – cepat menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya . Setelah 5 menit aku
dari garasi , aku mengendarai mobil itu dan memarkirkannya di depan teras
warnet . Pak Tejo menyuruh beberapa orang yang ada di sana untuk menjingjing
mayat itu ke dalam mobilnya dan ikut bersamanya ke rumah sakit .
Sebelum
ia pergi beliau berpesan padaku agar menutup warnet lebih cepat . Aku juga
berpendapat sama dengan pak Tejo . Ia pasti melakukan hal ini menunggu sampai
suasana kembali kondusif .
Sejak
kejadian tadi , aku mulai merasa tak tenang . Aku merasa banyak sekali keanehan
yang menyelimuti warnet ini . Mulai dari kepergian Erni yang misterius sampai
kematian tak wajar yang dialami oleh seorang pengunjung warnet . Semua rentetan
kejadian yang pernah kualami kini menggerayangi pikiranku . Memang benar kata
Erni , ada sesuatu yang disembunyikan oleh bosku yaitu Pak Tejo . Inilah
waktunya untuk mengungkap misteri yang selama ini ditutup – tutupi oleh pak
Tejo .
Perutku
bergemuruh menandakan bahwa mereka sudah butuh asupan makanan . Bola mataku
berpaling ke arah jam dinding yang berada di hadapanku – 17 . 30 , tak terasa
waktu semakin cepat berputar . Sambil mengelus lembut perutku yang lapar , aku
beranjak pergi dari kamar menuruni lantai dua menuju pintu luar . Akan tetapi ,
pikiranku tertuju pada lantai 3 , ruangan pribadi pak Tejo . Aku hanya cuma
sekali aku melihat ruangan itu . Tak ada yang terlalu mencolok di ruang itu
hanya ada sebuah meja kerja dengan laptop di atasnya dan sebuah ranjang yang
tak terlalu besar ukurannya . Entah kenapa , aku sangat penasaran sekali dengan
ruangan itu .
Aku
mengunci pintu dari luar dan memakai sendal jepitku . Kumulai melangkah , mencari warung makan yang menjual nasi goreng
. Setelah aku berjalan 200 meter dari rumahku , aku menemukan sebuah warung
makan . Tempatnya sederhana . Dindingnya berlapiskan anyaman bambu yang dibuat
seperti sekat dan beberapa bangku dan meja kayu yang disusun berjajar rapi
menimbulkan kesan bahwa sang pemilik memperhatikan kerapian . Aku mengambil
tempat duduk di belakang seorang ibu yang tengah memotong – motong sayuran .
“
Bu , saya pesan nasi goreng satu porsi . “
“
Dibungkus atau makan di sini ? “
“
Makan di sini saja , bu . “ ujarku pelan .
Si
ibu mengangguk pelan begitu mendengar jawabanku . Aku sudah melihatnya menaruh
wajan di atas kompor gasnya sambil memutar kenop gas ke kiri . Sambil menunggu
nasi gorengku siap , aku iseng – iseng bertanya soal berapa lama ia menggeluti
pekerjaannya sebagai tukang masak .
“
Bu ? “ sapaku lembut .
“
Ada apa , nak ? “ balasnya .
“
Kalau boleh tahu , sudah berapa lama ibu bekerja sebagai tukang masak di sini ?
“
“
Sekitar 3 tahun . “
“
Sudah lumayan lama ya , bu . “ ucapku setengah kuat sambil berbalik badan
menghadap arah sang ibu .
“
Ya begitulah . Kalau tidak salah , kamu ini kan tukang jaga warnet yang berada
di sana kan ? “ Sang ibu mendongakkan kepalanya ke kanan . Bunyi dentingan
sudip beradu di dalam wajan tak kalah mengimbangi percakapan kami .
Aku
mengangguk , ia benar dengan apa yang dikatakannya . “ Kamu apa tidak merasa
takut bekerja di sana ? “ lanjut sang ibu .
“
Tidak , bu . Memangnya ada apa di sana ? “
“
Kamu tahu nak , warnet tempat kamu bekerja itu dulunya dalah sebuah ruko . Ruko
yang dulunya adalah milik seorang pengusaha elektronik . Semua warga di sini
kenal dekat dengan sang pengusaha karena ia sering memberikan bantuan kepada
warga yang kurang mampu . Warung makan ini adalah salah satu bukti dermawannya
sang pengusaha itu . “
Aku
takjub mendengar pengakuan ibu tersebut . Aku tak menyangka masih ada orang
kaya yang mau berbagi dengan orang – orang yang taraf hidupnya berada di
bawahnya . Namun , aku agak penasaran , apanya yang mesti ditakutkan dari ruko
tersebut .
“
Namun itu semua tak berlangsung lama . Sang pengusaha mengalami kerugian
besar akibat barang – barang yang s’lama
ini masuk ke tokonya adalah barang – barang ilegal . Hampir saja , ia terjerat
kasus penyeludupan barang ilegal oleh pihak kepolisian . Untuk membayar semua
kerugian yang diterimanya , dia menjual semua aset yang dimilikinya termasuk
ruko itu . Ditambah lagi dengan kematian anak tunggalnya dalam sebuah
kecelakaan , membuatnya semakin tertekan dan depresi .
Sebuah
nasi goreng yang berada di atas sebuah piring itu sudah tersaji di hadapanku .
Meskipun rasa lapar sudah menjejali perutku , tetapi aku masih tertarik dengan
cerita ibu penjual nasi goreng tersebut . Aku sama sekali tidak menyangka jika
ruko yang sekarang beralih fungsi menjadi warnet itu punya sejarahnya
tersendiri .
“
Tidak ada yang tahu keberadaan sang pengusaha itu sampai sekarang . Hampir 3
tahun berlalu , rumah itu tidak pernah laku dijual , namun seorang laki – laki
membeli dan mengubah ruko yang kosong itu menjadi sebuah warnet . Namun
keanehan itu terjadi setelah ruko itu laku terjual . Berbagai penampakan sering
terjadi di ruko itu , mulai suara tangis kuntilanak , pocong yang sering
berdiri di depan pintu ruko dan sosok anak kecil yang sering berlari – lari di
sekitar area ruko . Dan itu sering terjadi pada malam hari menjelang pukul 9
malam . “ pungkas ibu tersebut sambil mengelap meja tempatku memakan nasi
goreng tersebut .
Aku
makin intens mengunyah nasi yang berada di dalam mulutku . Cerita yang benar –
benar membuat siapapun bergedik ngeri termasuk aku . Sekarang , gumpalan nasi
bercampur air liur itu benar – benar sulit untuk ditelan , entah mengapa .
Cerita ibu ini kian menguatkan dugaanku bahwa ada sesuatu yang tak beres di
ruko itu dan aku harus segera memecahkannya .
Tak
terasa , nasi goreng yang berada di piringku sudah mulai habis . Aku menyendok
sesuap nasi yang terakhir dan kumasukkan ke dalam mulutku . Aku mengambil gelas
kaca yang sudah tersedia di sampingku sambil menuangkan air dalam teko itu ke
dalam gelasku . Rasa haus dan lapar sudah sirna saat itu juga . Aku ingat , aku
harus kembali ke warnet siapa tahu pak Tejo sudah tiba di rumah dan dia sudah
menungguku lama karena kunci ruko ada padaku .
Aku
berjalan menuju ibu tersebut dan memberikan uang nasi gorengku dan buru – buru
menjauh dari sana menuju ruko . Kupandangi sejenak jam tangan yang melingkar di
tanganku – jam 19 . 00 . Rupanya aku sudah lama berada di warung ini sambil
mendengarkan cerita ibu tersebut dan aku harus mempercepat langkah kakiku untuk
sampai ke ruko .
15
menit berjalan begitu cepat . Nafasku terengah – engah . Tetesan peluh meluncur
pelan – pelan membasahi wajahku . Akhirnya , aku sudah tiba di depan pintu luar
ruko . Namun , aku tak menjumpai mobil pak Tejo terparkir di depan . Ternyata
beliau belum pulang dari rumah sakit .
Aku
merogoh sakuku untuk mengambil kunci ruko yang tersimpan di sana . Kukeluarkan
lalu kumasukkan kunci itu ke dalam lubangnya dan terbuka . Kini , aku benar –
benar merasakan sunyinya warnet di kala tak ada satupun orang yang
mengunjunginya . Kuletakkan sendalku begitu saja dan berjalan perlahan – lahan
. Aku tak begitu yakin warnet ini sunyi . Aku merasa ada puluhan bola mata
tengah mengawasiku ketika aku melewati bilik – bilik tersebut . Bola mata yang
berpindah – pindah dari satu bilik ke bilik lainnya . Kupasang sikap siaga dan
was – was , berbagai kemungkinan bisa saja terjadi , termasuk munculnya makhluk
– makhluk tak kasat mata di hadapanku .
“
Ini kesempatanku . “ ujarku dalam batin .
Selagi
pak Tejo pergi , aku akan memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki ruang
pribadi Pak Tejo . Aku akan membongkar semua misteri yang menyelimuti ruko ini
termasuk hilangnya Erni secara misterius .
Dari
lantai satu aku sudah sampai di lantai tiga dan aku melihat ruangannya digembok
. Benar – benar bos yang sangat memperhatikan keamanan . Tapi aku tak habis
akal . Aku pergi ke kamarku untuk mengambil seutas kawat untuk membobol gembok
jika kita tak mempunyai kuncinya . Setelah aku mengambil kawat itu dari kamarku
, aku kembali lagi menuju ruangan pribadi pak Tejo . Aku membentuk kawat itu
sesuai dengan bentuk lubang kuncinya , tapi lebih tepatnya seperti pengait dan
kucoba – akhirnya terbuka . Setelah bersusah payah , gembok itu sudah terbuka .
Kubuang
gembok itu dan menarik gagang pintu itu dan tubuhku memasuki ruangan itu .
Ruangan itu cukup luas difasilitasi dengan 2 kursi beroda dan AC yang membuat
udara di ruangan itu semakin sejuk . Aku mulai merogoh meja pak Tejo sambil
membuka isi lemari kecil di bawah meja itu . Setelah kubuka – buka , aku tak
menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk , hanya file – file yang
menurutku tidak terlalu penting . Di tengah keletihan , pandanganku tertumbuk
pada sebuah engsel di dinding kuning tersebut .
Aku
memalingkan perhatianku pada engsel itu , menjauhi laci kecil itu . Aku
mendekat dan sudah berada di depan engsel tersebut . Aku memundurkan engsel
tersebut dan aku terkesima bahwa ada ruang rahasia dalam ruangan pribadi pak
Tejo . Aku tak melihat pintu itu karena warna dinding dan pintunya hampir sama
. Aku menarik gagang pintu dan langsung memasukinya .
Lagi
– lagi aku terkesima , ternyata pencahayaan di ruangan itu kurang . Hanya
diterangi oleh bola lampu kecil 5 watt yang menyala begitu redup . Tak sampai
di situ saja , aku mendapati sebuah dupa menyerbakkan aroma kemenyan yang
dibakar oleh arang . Ada juga beberapa sesajen seperti kembang tujuh rupa ,
minyak kemenyan dan sebuah guci yang menampung sebuah cairan . Aku tertegun dan
mengamati sejenak guci tersebut . Kemudian , mencelupkan telunjukku ke dalamnya
.
“
Bau darah ! “
Aku
memekik kecil ketika mengetahui bahwa cairan kental itu adalah darah . Darah
yang hitam pekat berbau amis busuk membuatku hampir mual . Instingku terus
bersuara agar aku keluar dari ruangan ini tapi aku tak ingin keluar begitu saja
tanpa mengorek petunjuk lebih jauh . Kian lama aku di sana , keangkeran ruangan
ini makin meningkat . Ini semakin kuat dengan suasana ruangan yang begitu
remang , mungkin gelap . Sekonyong – konyong , debaran jantungku smakin keras .
Aku merasakan jantungku ingin meloncat keluar dari dadaku .
Tak
jauh dari sesajen itu , aku menyadari 3 lembar foto yang ditelungkupkan
terbalik . Jemariku bergetar hebat saat menggamit foto – foto itu . Kedua bola
mataku membeliak hebat , aku mengeleng – gelengkan kepalaku sebagai bukti atas
apa yang kulihat .
Foto
dua orang wanita dan seorang laki – laki tercetak jelas . Aku tidak mengenali
salah satu wanita yang ada di sana tapi salah satu wajah perempuan yang berada
dalam foto itu seperti tidak asing lagi dalam ingatanku . Oh astaga , aku ingat
dia – Erni !
Air
mataku mengucur deras membasahi wajah mulusku . Kini aku percaya apa yang
dikatakan Erni tentang kecurigaannya terhadap majikannya yang melakukan
pesugihan . Tragedi ini belum berakhir saat aku melihat wajah laki – laki dalam
foto itu . Aku menganga lebar , tak bisa mengatupkan mulutku – itu fotoku !
“
Berani – beraninya kamu mengacak – acak ruangan pribadi saya ! “ senggak pak
Tejo dari belakangku .
“
Ka..ka..kapan ba..ba..pak be..be..rada di sini ? “ lidahku tak lagi lancar
berkata – kata . Kegugupan sudah melanda diriku , membuatku tak bisa mengontrol
diri .
Aku
membalikkan badanku ke belakang dan melihat pak Tejo sudah berdiri di sana .
Tak ada raut wajah baik dan keramahan yang biasanya ia tunjukkan padaku , hanya
tersisa pandangan dingin tertutupi kabut dendam dan nafsu ingin membunuh . Aku
juga aku tak menyadari bahwa pak Tejo sudah berada di rumah tanpa kuketahui dan
yang membuatku tambah bingung , darimana ia bisa membuka pintu ruko sedangkan kuncinya
berada padaku .
“
Kamu belum begitu pintar untuk mengelabui saya , Rian . Kamu pikir saya bodoh
apa memberikan kunci ruko tanpa punya duplikatnya , heh ?! “ ia meledekku
sambil melemparkan senyum lirihnya melihat kebodohanku .
“
Ternyata mau disembunyikan sedalam apapun , rahasia tetap akan terbongkar . Ya
mau bagaimana lagi , berarti rahasia ini akan kuceritakan padamu . “ tandas pak
Tejo , ia mengeluarkan sekotak rokok dan mengambilnya sebatang lalu dibakar .
“
Ya memang betul aku melakukan pesugihan . Selama 3 bulan terakhir , aku sudah
menumbalkan 3 orang untuk menambah kekayaanku , Rian . Tumbal pertama namanya
Alin . Dia adalah operator warnet yang bekerja di sini sebelum Erin . Yang
kedua .. laki – laki yang meninggal di COM 14 . Kau tahu , makhluk hitam itu
ingin meminta tumbal seorang laki – laki dan pilihannya jatuh pada COM 14 . Aku
harus menuruti kehendaknya jika tidak dia akan melenyapkan semua hartaku . Dan
Erni .. aku yakin kau pun mengetahuinya . “ pak Tejo mengisap rokoknya sambil menghembuskan
asapnya ke wajahku .
Aku
sudah tak tahan lagi mendengar perkataannya . Kupingku panas . Darahku serasa
mendidih dan meletup – letup . Aku sudah mengepalkan kedua tanganku , rasanya
aku ingin memberikan bogem mentahku ke wajahnya , namun anehnya aku tak bisa
menggerakkan tubuhku . Kaku , ada sesuatu yang tak kasat mata mengunci tubuhku
.
“
JAHANAM ! Kau tega mengorbankan semua orang di sekitarmu demi memuaskan
kepentinganmu ! “ kata – kata itu keluar begitu saja dari mulutku . Makian itu
saja yang bisa mewakili kemarahanku
“ Jahanam katamu ? Dengar ya , aku sudah bosan
bertahun – tahun hidup dalam kemiskinan . Aku selalu iri jika melihat orang –
orang sukses dengan harta dan kekayaan yang melimpah . Istri dan anakku pergi
meninggalkanku karena aku tak punya apa – apa . Aku datang ke dukun dan meminta
pesugihan agar aku lepas dari kubang kemiskinan . Dan sekarang kau lihat , aku
kaya , aku punya segala yang kumau . Hahaha ! “
Gelegar
tawa pak Tejo membuat nyaliku ciut . Aku hanya bisa menggeleng pelan , air
mataku tek henti berderai membasahi pipi .
“
Sekarang bulan purnama , sudah waktunya makhluk itu menikmati tumbalnya yang
keempat . Selamat tinggal Rian . “
Pak
Tejo menjentikkan jarinya dan makhluk itu sudah berada di hadapannya . Makhluk
hitam raksasa menatap garang ke arahku . Aku diam mematung , tak bisa melakukan
apa – apa . Aku sadar di sinilah akhir hidupku . Aku juga akan menemui Erni di
alam baka .
Pandanganku
menghitam dan gelap .
No comments:
Post a Comment