Wednesday, 19 August 2015

Warnet



Mataku masih saja mengamati seseorang yang berada di dalam COM 14 . Billing internet yang disewanya habis dan sudah waktunya ia keluar dari bilik tersebut . Tapi sudah kutunggu sampai 3 menit ia belum keluar dari sana padahal ada seseorang yang akan menyewanya .

            Namun ada satu keanehan yang terlihat di sana . Aku melihat seseorang dalam bilik tersebut tertunduk dengan wajah mengenai papan keyboard . Aku sudah mengira pasti ia tertidur . Tapi bagaimana dia bisa tidur dengan kondisi warnet yang dikerubungi oleh suara loud speaker yang riuh dan ribut . Entahlah , yang pasti aku akan ke sana untuk membangunkan orang itu .

            Ketika kakiku hendak melangkah , kumerasakan hawa tak enak di sekitar bilik itu . Itu semakin menguat dengan suhu bilik yang turun drastis sehingga bulu romaku berdiri tegak . Aku menekuk kedua kakiku dan mengguncang – guncang badannya . Aku sedikit terkesiap , badannya mendingin dan kaku . Pikiranku semakin liar dengan dugaan – dugaan buruk tentang orang tersebut . Aku mulai panik dan langsung mendorong badannya ke belakang .
            Ya Tuhan !
            Wajahnya tegang memucat dengan mata terbeliak hampir melompat keluar . Dari dalam mulutnya keluar seperti cairan kental kehitam – hitaman berbau busuk dan anyir membasahi papan keyboard . Aku yang tak kuasa menahan bau menjijikkan tersebut , spontan memuntahkan segala isi perutku . Orang – orang yang melihatku muntah , berduyun – duyun mendatangi bilik di mana aku berada . Mereka terperanjat melihat mayat seorang pria sudah meregang nyawa dengan kondisi mengerikan .
            Aku lupa , aku belum sempat memperkenalkan diriku . Aku hanyalah anak dari keluarga serba pas - pasan yang mengadu nasib di luar kota . Namaku Rian . Setelah aku tamat SMK aku memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku . Sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan kuliah , tapi karena keuangan orang tuaku yang serba pas – pasan , aku mengurungkan niatku untuk kuliah . Aku memilih untuk melamar sebagai seorang operator warnet sekaligus memanfaatkan kemampuan keahlianku dalam mengolah program – program komputer .
            Awalnya aku bekerja di sebuah toko Handphone tiga bulan lalu namun aku memilih mengundurkan diri dari sana dengan alasan keluarga . Kemudian aku menjatuhkan lamaranku pada sebuah warnet yang sedang mencari lowongan kerja sebagai operator warnet . Aku diterima di sebuah warnet yang berada di sebuah ruko bertingkat di sebuah perumahan . Ada kesan tak enak ketika aku hendak memasuki warnet tersebut .
            Hembusan angin dingin di tengah hari sontak membuat bulu kudukku berdiri tegak . Kumerasa sepasang mata tengah memata – mataiku ketika aku menginjakkan kaki pertama kali di sana . Dalam hati , aku mencoba menepis segala hal – hal berbau mistis dengan berdoa dalam hati . Aku sudah lumayan tenang meskipun rasa takut masih membayangi pikiranku . Kemudian , pandangan mataku beralih pada operator warnet yang tengah berjaga . Sempat ragu terbesit , tapi aku coba memberanikan diri untuk bertanya .
            “ Permisi , apa benar di sini menerima lowongan pekerjaan sebagai operator warnet ? “ tanyaku pada operator tesebut .
            Sang operator mengalihkan perhatiannya padaku .
            “ Anda yakin mau bekerja di sini ? “ ia malah balik bertanya padaku . Cara dirinya menatapku penuh keraguan tapi ada kekhawatiran di sana . Aku tak mengerti apa maksudnya ia bertanya seperti itu padaku , tapi aku hanya mengabaikannya .
            “ Sangat yakin . “ jawabku penuh keyakinan .
            “ Kalau begitu , biar saya panggilkan dulu majikan saya . Kamu tunggu saja sebentar di sini . “ perempuan itu beralih dari tempatnya sambil menahanku di sana sedangkan ia pergi menemui majikannya .
            Aku sejenak menikmati ramainya suasana warnet yang sarat akan suara musik dan game – game online dari loud speaker yang cukup memekakkan telinga . Lagi , aku mengamati mayoritas pengunjung warnet adalah anak – anak sekolah selebihnya orang – orang biasa . Aku tak bisa melihat selebihnya karena terhalangi oleh sekat – sekat yang membatasi satu COM dengan COM lainnya . Aku hanya mengamati bagian depannya saja . Di sana cukup nyaman dengan dua kipas besar yang dipasang di atas asbes , berputar begitu cepat .
            Setelah sekian lama aku menunggu , sang operator warnet menghampiriku .
            “ Aku boleh tahu siapa namamu ? “ 
            “ Namaku Rian . “
            “ Anda dipanggil oleh majikan saya . “
            Seketika itu juga aku memperbaiki penampilanku , mulai dari ujung rambut sampai ujung kakiku . Aku tak lupa untuk mengecek aroma nafasku , aku tak mau bos besarku terganggu dengan aroma nafasku yang tidak sedap . Setelah aku yakin dengan penampilanku , aku sudah bersiap untuk menghadap sang bos .
            Dalam perjalananku menuju kantor bos , aku sempat berbincang – bincang dengan wanita yang bersamaku sekarang . Dia bernama Erni . Wanita dengan poni sedahi ini juga bercerita banyak tentang pekerjaannya di warnet dan keanehan – keanehan yang ada di warnet ini . Namun ada satu hal yang cukup membuatku agak merinding .
            “ Berhati – hatilah . Aku mulai curiga majikan kita memakai pesugihan ilmu hitam . “ tandas Erni .
            Tok tok tok
            Jari telunjuk dan tengah Erni dilipat ke dalam dan mengetuk ruang pribadi sang bos .
            “ Siapa di sana ? “ sahut sang bos .
            “ Ini Erni , pak . Saya ke sini bersama dengan .. saudara Rian . “ jawab Erni yang agak sedikit lupa dengan namaku , tapi ia bisa mengingatnya kembali .
            “ Oh Erni ! Bawa masuk laki – laki itu ! “ perintah sang bos .
            Erni membuka gagang pintu . Aku berjalan di belakang Erni , kami masuk bersamaan .
            “ Silakan duduk nak Rian ! “ Sang bos mempersilahkanku untuk duduk di kursi.
            “ Jadi apa alasan kamu melamar kerja di sini ? “ tanya sang bos sambil menutup laptopnya dan menatapku .
            “ Saya hanya ingin memenuhi kebutuhan hidup saya sekaligus keluarga saya , pak . “ aku mengutarakan secara jujur maksudku melamar kerja di sini . Aku juga tak pernah mengira untuk melamar kerja sebagai operator warnet saja harus ada sesi wawancara .
            “ OK . Saya terima kamu bekerja di sini . Untuk kamu Erni , saya menerima surat pengunduran diri kamu dan besok kamu akan digantikan oleh Rian . Tapi untuk sekarang ini , coba kamu ajari Rian bagaimana mengoperasikan timebilling dari masing – masing COM . “
            “ Baik , pak . “ jawab Erni singkat .
            Pak Tejo – majikanku mempersilahkan kami keluar dari ruang pribadinya . Erni yang sedari tadi hanya berdiri di sampingku beranjak pergi dari sana .
            Waktu yang tersisa siang ini kupakai untuk memperhatikan Erni cara mengoperasikan time billing dari masing – masing COM . Ia mengajariku cara mengaktivasi time billing , membuat paket per jam hingga menambah paket . Sepertinya aku tidak terlalu kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan oleh Erni , malah aku semakin bersemangat .
            Aku tak habis pikir , kenapa Erni yang baru satu minggu berada di sini berniat untuk mengundurkan diri . Menurutku pak Tejo itu orang baik , ia kelihatan ramah dan cara berbicara yang begitu berwibawa . Aku tahu saat aku diwawancarai olehnya . Namun , aku tidak terlalu mau mencampuri apa yang menjadi urusannya , biarlah itu menjadi urusannya sendiri .
            Sehari telah berlalu bersama Erni . Kini aku betul – betul siap menjalankan tugasku sebagai operator warnet . Sekarang waktu menunjukkan pukul 21 . 00 . Aku merebahkan diri dan merasakan empuknya kasurku yang sudah disediakan oleh pak Tejo untukku dan untuk Erni juga . Dia berada di kamar sebelah , tak jauh dari kamarku . Usai makan malam bersama dengan pak Tejo dan Erni aku memutuskan untuk ke kamarku . Di sana , aku melepaskan letihku dengan memutar musik di handphoneku menggunakan headset.
            Alunan musik yang begitu lambat dan lembut membuatku tak kuasa menahan rasa kantuk luar biasa . Tak pernah aku mengantuk sehebat ini , sekalipun aku pernah bekerja 14 jam dalam sehari di toko handphone tempat aku melamar kerja .
            Aku pun tak bisa lagi membuka kelopak matanya sedikit pun dan aku hanyut dalam tidurku .
            Aku tersentak mendapati diriku berada di sebuah ruangan begitu remang hingga aku harus memaksimalkan kerja mataku . Sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa dengan suasana ruangan itu . Telingku menangkap sayup suara jeritan , lebih tepatnya suara jeritan wanita . Aku merasa kurang yakin dengan suara yang kudengar , coba menajamkan pendengaranku dan melangkah mengikuti sumber suara itu .
            Tolooong !                     
            Suara itu makin jelas terdengar . Sekarang aku yakin itu benar – benar suara wanita , namun jeritan itu begitu lirih dan menyayat hati . Siapapun pemilik suara itu , pasti ia dalam kondisi terdesak , amat membutuhkan pertolongan . Aku harus cepat menemukannya .
            Kondisi jalan yang sangat remang dan diselimuti hawa – hawa angker , tak menyurutkan niatku untuk menemukan pemilik suara itu . Aku makin mempercepat langkah kaki hingga aku melihat sesuatu di hadapanku .
            “ TOLOONGG ! “
            Sesosok makhluk berbadan bongsor berambut gimbal , matanya sebesar bola pingpong merah menyala . Kulit hitamnya ditumbuhi rambut – rambut kasar dan lebat tengah menatapku penuh amarah . Aku tak bisa menggerakkan badanku bahkan mataku terus terbeliak memandangi makhluk mengerikan itu .
            Namun arah pandanganku tertuju pada sesuatu yang digenggam oleh makhluk itu dan itu adalah – Erni .  Di sana Erni terlihat begitu pasrah , ia hanya diam membisu membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya . Pelupuk matanya sembab dan basah oleh air mata , tak bisa lagi ia kira berapa kali ia menangis , mengiba , memohon agar dirinya dilepaskan , tapi semuanya sia – sia . Makhluk itu makin menguatkan genggamannya pada kedua tungkai kakinya sambil menyunggingkan seringai lebar yang menakutkan .
            Uhahahahaha .. hahahahahhaha !
            Tawa makhluk itu menggelegar bak gemuruh memecah kesunyian alam semesta . Ia menertawai ketidakberdayaanku yang tak mampu menolong gadis malang tersebut . Tak sadar , aku menitikkan air mata sambil merutuki diriku sendiri yang tak bisa berbuat apa – apa .
            Makhluk itu membuka lebar – lebar mulutnya . aku gentar sekaligus takjub melihat deretan gigi geligi yang tajam dan membaui aroma nafasnya yang tidak sedap . Sebenarnya aku  ingin sekali muntah namun mulutku masih mengatup erat , aku hanya menahan rasa mual yang semakin menjadi – jadi di dalam perutku .
            Ia melepaskan genggamannya dan membiarkan Erni jatuh ke dalam lubang kegelapan tak berujung itu .
            TIIIDDDAAAKK !!!
            Detak jantung berdebuk begitu kencang , tarikan nafas memburu cepat . Mataku membeliak seraya bangkit dari tidur .
            ERNI !
            Diliriknya jam dinding yang berada di sebelah kirinya – 02 .00 . Aku merasa setiap kejadian yang terjadi dalam mimpiku – sosok makhluk itu dan Erni – semuanya begitu tampak nyata . Memikirnya saja sudah membuatku merinding setengah mati . Tak karuan . Tapi aku berusaha untuk tenang . Kutarik nafas pelan – pelan lalu hembuskan perlahan . Kini , aku sudah sedikit lebih tenang . Sebelum aku tidur , aku berdoa terlebih dahulu agar mimpi yang terjadi tadi tidak terulang . Meskipun begitu , masih ada terselip kekhawatiran tentang keadaan Erni , aku harap dia baik – baik saja .
            Malam sudah terlewati . Pancaran sinar mentari sudah menembus ventilasi kamarku . Aku yang menyadari kamar semakin panas , beranjak dari kasur menuju kamar mandi . Bayangan mimpi buruk semalam sudah mulai terlupakan . Aku mulai melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang berjarak 10 meter dari kamarku .
            Aku sudah berada di luar kamar . Mataku teralih perhatiannya pada kamar Erni . Yang membuatnya semakin aneh , kamarnya sudah digembok . Apakah dia sudah pergi ? . Padahal ini masih jam setengah tujuh – cepat sekali dia pergi . Aku termangu di depan pintu kamar Erni dan menempelkan daun telingaku di pintu itu . Aku tak mendengar setitik suara pun di dalam . Yang kudengar hanya suara detak jantungku yang berdetak pelan .
            “ Erni sudah pergi dari jam enam tadi . Rian , persiapkan dirimu . Ini pertama kalinya kamu menjadi operator warnet di sini . “ ujar pak Tejo berlalu menuju tangga lantai 3 .
            Suara pak Tejo benar – benar mengagetkanku . Aku tak menyangka dia bisa berada di sana . Dugaanku memang tepat . Erni sudah pergi dan kelihatannya mimpi yang terjadi di malam itu hanya sekedar bunga tidur .
            Usai mandi dan sarapan pagi , aku langsung turun dari tangga menuju meja operator . Kusambar kursi plastik yang tergeletak di depan monitor . Kutekan tombol ON pada prosesor dan kubiarkan sesaat . Setelah layar monitor menyala , aku mulai memeriksa satu per satu billing yang terdapat pada setiap komputer di sana .
            Setelah kuperiksa semuanya berfungsi . Sepertinya Erni betul – betul memperhatikan kondisi warnet ini . Pikiranku tertuju pada Erin . Sambil menatap monitor , aku masih saja memikirkan Erin . Walaupun pak Tejo sudah mengatakan bahwa Erin sudah pergi , aku merasa tidak yakin dengan pernyataan pak Tejo .
            Jam demi jam sudah berlalu . Beberapa anak sekolah sudah menampakkan diri mereka ke warnet ini .
            “ Bang , COM 12 ya . Paket 2 jam . “ ujar anak laki – laki berpakaian putih biru .
            Aku mengangguk pelan sembari anak laki – laki itu pergi menuju COM 12 . Padahal masih pukul setengah dua belas tapi ada anak sekolah yang mendatangi warnet ini . Bisa – bisanya cabut pada jam pelajaran . Aku ingin sekali menegur laki – laki berpakaian putih biru tersebut namun enggan .
            Aku teringat di mana aku pernah membuat ibu menangis lantaran aku pernah tertangkap basah ketahuan membolos di saat jam pelajaran . Melihat air mata ibuku yang menangis melihat tingkah lakuku , aku langsung sadar diri . Aku sudah bertekad bahwa aku takkan pernah mengulangi kejadian serupa – aku berjanji .
            Menjelang pukul 13 . 00 , anak – anak SMP berduyun – duyun mendatangi warnet . Mereka melihat – lihat COM yang masih kosong dan berjalan pelan memasuki bilik warnet sambil memilih paket yang mereka inginkan . Kini semua COM di warnet ini sudah penuh , tak ada lagi yang tersisa . Jika mereka ingin bermain , mereka harus menunggu lebih lama , karena mereka rata – rata bermain sampai dua jam .
            Dugaanku tepat . Seorang laki – laki berkaus oblong berwarna hitam dengan celana pendek jeans menghampiriku .
            “ Bang ada COM yang masih kosong ? “ tanya lelaki itu .
            “ Maaf bang . Sudah penuh . “ jawabku padanya .
            Lelaki itu melangkah tak juah dari meja operator , kepalanya mendongak ke kanan dan ke kiri mengamati setiap COM di sana .
            “ Abang bilang sudah penuh ?. Tapi yang ada di sudut sana kosong kok . “ tukas lelaki itu sambil menunjuk bilik tersebut .
            Aku tersentak kaget oleh pernyataannya . Bagaimana bisa ?! . Padahal COM itu sudah ditempati oleh seorang anak laki – laki yang sudah berada pukul sebelas setengah dua belas tadi dan ia menghilang . Aku masih membeku menatap mata lelaki itu seakan tidak percaya . Ya aku memang tidak percaya . Langsung saja aku beranjak dari tempatku menuju COM tersebut .
            Aku sudah tiba di COM tersebut dan benar saja , anak laki – laki itu tidak berada di sana . Bilik tersebut kosong dan billingnya masih tersisa setengah jam lagi . Bulu kudukku meremang melihat keanehan ini . Aku bangkit berdiri dan mataku mengamati semua pelanggan di warnet ini , semuanya pandangan tertuju pada layar monitor meskipun ada satu orang yang hanya sekadar melihatku dan mengembalikan konsentrasinya pada apa yang terpampang di layar kaca.
            Aku masih belum memikirkan hal – hal yang berbau mistik . Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi khusus pelanggan warnet . Lagi – lagi , aku merinding . Aku merasa seperti dibuntuti oleh sosok lain . Aku sudah tiba di sana . Suasana yang lembab dan agak gelap itu , membuatku harus menekan saklar lampu yang terletak di samping dinding kamar mandi .
            Tek 
            Pendaran sinar dari lampu pijar 5 watt itu sedikit menerangi dan memperlihatkan apa yang ada di dalamnya – kosong . Yang ada hanya sebuah bak kecil berukuran 1 x 1 meter , sebuah gayung kecil hijau dan sebuh kloset duduk , anak lelaki itu betul – betul tak ada di sana .
            Ini sungguh membingungkan sekaligus membuatku bergidik ngeri . Aku langsung angkat kaki menuju meja operator . Aku langsung menonaktifkan billing-nya dan memanggil lelaki yang dari tadi berdiri menungguku kembali dari kamar mandi .
            “ Bang , paket berapa jam ? “ tanyaku sambil memegang mouse dengan tangan gemetar .
            “ 3 jam ya bang . “ jawabnya lugas .
            Lelaki itu memasuki bilik begitu aku sudah mengaktifkan billing . Sekilas dia bisa melihatku dengan wajah agak pucat dan tanganku gemetar mengeluarkan bulir – bulir peluh . Tapi ia tidak terlalu memikirkannya dan aku masih berusaha untuk melupakan kejadian barusan dan beranggapan mungkin saja anak laki – laki itu sudah pergi tanpa aku ketahui karena aku juga fokus dengan game online yang sedang kumainkan .
            Hampir satu bulan di sana , aku yakin dari gajiku dan tip tambahan yang diberikan pak Tejo setiap kali aku berjaga , aku pasti bisa mengirimkan sedikit uang untuk orang tuaku di kampung sana . Di tengah kesibukanku sebagai operator warnet , aku masih bisa menyempatkan diri menelepon kedua orang tuaku . Hatiku lega mendengar kabar bahwa keadaan mereka berdua baik – baik saja begitupula dengan kedua adikku . Aku selalu menasihati kedua adikku agar mereka belajar dengan giat dan selalu berbakti pada ayah dan ibu .
            Malam ini begitu senyap . Ya , sudah menjadi aturan bahwa warnet tutup pada pukul sebelas malam . Jam dinding sudah menunjukkan jam sebelas dan tangan kananku sudah bersiap memegang sapu ijuk dan sebuah kemoceng . Ada yang beda dengan hawa di warnet ini  Padahal tidak turun hujan , tapi udara di sekitarnya begitu dingin . Dinginnya sampai – sampai membuat tulangku menggigil . Aku harus menggosok – gosokkan kedua tanganku , menciptakan rasa hangat yang cuma bisa bertahan sesaat .
            Tangan kiriku masih sibuk bergerak sana – sini menjamah setiap perangkat yang terpasang di sana . Kini aku masih membersihkan papan keyboard . Tak lupa juga , meja tempat PC itu berdiri , juga tak luput dari penglihatanku . Ada saja orang yang mengotori meja dengan abu rokok padahal aku sudah meletakkan satu asbak pada masing – masing COM . Aku hanya bisa menggeleng pelan sambil meraih sapu yang bersandar di sampingku .
            Saat aku menyapu sisa – sisa smpah dan putung rokok yang sudah kukumpul dahulu dari COM 1 , sayup – sayup telingaku mendengar sebuah suara . Awalnya pelan , namun semakin kutajamkan pendengeranku , suara itu makin keras . Suara itu betul – betul berasal dari COM 6 .
            Tap tep tap tep
            Aku menduga itu seperti suara jemari seseorang sedang mengetik huruf – huruf di tuts keyboard . Mendadak detak jantungku berdegup kencang . Bagaimana mungkin ada orang di sana ? Bukankah pada jam setengah sebelas tadi warnet sudah betul – betul kosong ? . Pikiranku terbawa oleh dugaan – dugaan bahwa PC di COM 6 sedang dipakai oleh makhluk halus .
            Sempat aku mengabaikan suara itu , namun semakin kuabaikan suara jemari itu semakin intens beradu dengan tuts – tuts keyboard . Bulu romaku meremang . Tubuhku tegang . Aku mulai tak tahan dengan semua keanehan ini . Kukumpulkan keberanianku untuk melihat siapa yang berada di dalam . Kuletakkan sapu ijukku bersandar di dinding bilik . Kulangkahkan kakiku pelan – pelan karena aku sendiri sudah ketakutan setengah mati .
            Derap kaki seiring dengan suasana wanet yang semakin mencekam begitu akan memasuki pukul 11 . 30 . Mulai dari COM 1 sampai 5 , aku tidak menemukan keanehan apapun . Kosong . Kini , aku sudah menjejakkan kaki di samping dinding bilik COM 6 .
            Aku sempat terdiam beberapa detik menyiapkan mental jika ada sesuatu yang makhluk tak kasat mata muncul di hadapanku . Rasa ketakutan masih menguasai hati . Kukumpulkan setitik keberanian dan nyali memasuki bilik . Aku memang tidak bisa mengontrol rasa takutku , sampai – sampai aku harus menutup kedua mataku . Begitu aku sudah berada di depan bilik , perlahan tapi pasti , aku mulai membuka kelopak mataku dan menjumpai – tidak ada apapun di sana .
            Ternyata , tidak sesuai dengan apa yang kupikirkan . Bagian dalam bilik benar – benar kosong . Tidak ada seseorang pun yang mengetik tuts keybord . Komputer mati . Semua dalam kondisi mati total .
            Namun , itu semua tak berlangsung lama . Di depan COM 7 , tepatnya di COM 14 , terdengar lagi suara jemari seseorang tengah mengetik . Kali ini , suara jemarinya kuat menekan tuts keyboard , sehingga menimbulkan bunyi ‘ klatak klatak ‘ . Begitu suara itu muncul lagi , aku langsung berdiri dan menegakkan badan usai memeriksa PC ini .
            Kujaga terus derap langkah kakiku agar tak menimbulkan suara berisik yang mengganggu tidur malam pak Tejo di lantai 3 . Aku semakin dekat dan akhirnya tiba di depan dinding bilik . Kumelihat seseorang tengah mengetik dengan posisi kepala menunduk ditutupi oleh rambut panjang acak – acakan . Aku terlonjak kaget begitu ia mendongakkan kepalanya .
            Aku diam seribu bahasa . Dia perempuan dengan separuh wajah hancur setengah seperti tergesek oleh aspal jalanan , memperlihatkan tulang tengkorak dan bola mata yang tak utuh lagi . Wajahnya sebelah lagi mengeluarkan nanah bercampur darah yang mengalir dari bola matanya . Makhluk mengerikan itu melemparkan senyuman getir ke arahku . Aku melihat giginya rontok hanya menyisakan gusi yang telah tertutup oleh darah .
            “ Ba-ba-ngg ...             Ko ko – kom-puter 12 . “  
            Begitu dia berbicara , tanpa banyak kata , aku mundur dari sana , pontang – panting menuju lantai dua , kamarku . Sangking takutnya , aku bisa langsung melompati anak tangga yang berjarak 4 langkah .
            Pancaran sinar matahari menyorot ke arah wajahku . Baru aku sadar hari sudah pagi . Aku beringsut dari tempat tidurku tapi hatiku merasa sangat was – was . Bayangan penampakan perempuan itu masih membekas di benakku . Terlebih bunyi kertakan tulang tangannya yang membuat telingaku berdenging .
            Dengan banyaknya keanehan – keanehan yang terjadi di warnet tempat aku bekerja , semakin menguatkan dugaanku bahwa yang dikatakan oleh Erni itu memang benar . Siapapun takkan bertahan lama bekerja di sana dengan bayaran semahal apapun , jika tempatnya mencari rezeki itu dihuni oleh makhluk – makhluk gaib .
            Menjelang dua bulan , aku masih tetap bertahan untuk bekerja di warnet ini . Aku harus bersentuhan dengan dunia astral yang membuat bulu kudukku berdiri . Timbul dalam hati untuk pindah dari sini , tapi urungkan sementara karena uang yang kukumpulkan belum mencukupi sekaligus mengungkap misteri yang terkandung di dalamnya .
            Seperti biasanya , wanet ini selalu ramai oleh para pengunjung yang mayoritas didatangi oleh anak – anak sekolah . Juga , yang membuatku betah di sini adalah pak Tejo selalu memberiku uang tip jika warnet penuh oleh pengunjung dan perlu kau tahu jumlah uang tip yang diberikan pak Tejo tidaklah sedikit , pernah berkisar sampai 350 ribu .
            Mataku masih terpusat di layar kaca di mana aku sedang memainkan game online yang kugemari . Namun sebuah suara yang agak berat , membuyarkan konsentrasiku , terpaksa aku mengalihkan perhatianku padanya .
            “ Ada apa bang ? “ kataku sambil mengangkat sedikit alis mata .
            “ E-er .. COM 12 ya bang . Paket 2 jam . “ balasnya singkat . Ia berlalu dari hadapanku menuju COM 12 .
            Usai ia beranjak dari sini , aku langsung menghidupkan billing-nya . Ia melepaskan sendalnya dan masuk ke dalam bilik . Melihat laki – laki itu sudah berada di dalam , aku kembali memberikan perhatianku pada game online yang sempat kunonaktifkan .
                        Ternyata waktu sangat cepat beralih . Hampir 2 jam sudah berlalu . Mataku sudah memerah dan gatal berlama – lama menatap layar kaca . Kugosok pelan – pelan untuk menghilangkan rasa gatal dan merah agar tidak terlalu mengganggu . Merasa mataku sudah lebih baik , aku kembali lagi memfokuskan konsentrasi ku di sana sambil melihat time billing yang tersisa di COM tersebut – tinggal 10 menit lagi .
            Aku merasa angin bertiup lebih lembut dan agak dingin kali ini . Tapi seingatku , bulan ini bukanlah musim penghujan , melainkan musim kemarau yang membawa angin panas . Aku hanya bisa menahan rasa dingin itu dengan menggedikan bahu sambil menggosok pelan leherku .
            Hawa ruangan menurun drastis . Suasana wanet yang begitu ramai berubah total menjadi , tak ada satupun manusia -- sepi layaknya kuburan . Aku berusaha untuk tidak panik dan mengucapkan doa – doa agar segala bahaya tidak membuatku goyah . Ekor mataku menangkap sesosok bayangan  perempuan tengah berdiri di COM 12 , melototiku dengan pandangan penuh emosi dan kebencian di mata kirinya .
            Lagi , aku mengedipkan mata sekali dan semua sudah kembali seperti semula. Sosok perempuan itu tak lagi berdiri di sana . Dalam hati , aku terus bersyukur apa yang kulihat tadi hanya halusinasi belaka , mungkin penyebabnya adalah aku terlalu larut tidur malam .
            Aku kembali memperhatikan layar komputerku . Time billing yang terpasang di komputer yang disewa oleh laki – laki bertopi hitam itu sudah habis , namun ia tak kunjung keluar dari bilik tersebut . Tak lama kemudian , seorang pengunjung datang dan menanyakan COM mana yang sudah kosong . Kembali aku melirik ke COM 14 . Aku mulai bosan menunggu lelaki itu yang tak juga keluar , langsung mendatanginya dan menyuruhnya untuk keluar dari bilik tersebut .
            Aku mendapati lelaki itu sedang tidur dengan wajah tertunduk mencium papan keyboard . Dengan inisiatifku sendiri , aku berusaha mengguncang – guncang badannya dan tak sengaja  badannya terdorong ke belakang .
            Aku terlonjak kaget melihat keadaannya yang mengenaskan . Aku panik , lantas memanggil orang – orang yang kebetulan sedang melintas di depan wanet . Kulihat bosku sudah turun dari lantai 3 . Pasti ia juga bertanya – tanya , kegaduhan apa yang sedang terjadi di warnetnya .
            “ Apa yang terjadi , Rian ? Kenapa banyak sekali orang – orang berkumpul ? “ Pak Tejo mengernyitkan alisnya menandakan ia heran .
            “ A..a..ada orang meninggal pak , di COM 14 . “ Aku gugup mengatakan kejadian seperti ini pak Tejo .
            “ Apa ?! Kalau begitu , kamu pergi ke garasi keluarkan mobil saya . Biarkan saya membawanya . “ ucap Pak Tejo lugas sambil memberikan kunci mobilnya padaku .
            Aku cepat – cepat menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya . Setelah 5 menit aku dari garasi , aku mengendarai mobil itu dan memarkirkannya di depan teras warnet . Pak Tejo menyuruh beberapa orang yang ada di sana untuk menjingjing mayat itu ke dalam mobilnya dan ikut bersamanya ke rumah sakit .
            Sebelum ia pergi beliau berpesan padaku agar menutup warnet lebih cepat . Aku juga berpendapat sama dengan pak Tejo . Ia pasti melakukan hal ini menunggu sampai suasana kembali kondusif .
            Sejak kejadian tadi , aku mulai merasa tak tenang . Aku merasa banyak sekali keanehan yang menyelimuti warnet ini . Mulai dari kepergian Erni yang misterius sampai kematian tak wajar yang dialami oleh seorang pengunjung warnet . Semua rentetan kejadian yang pernah kualami kini menggerayangi pikiranku . Memang benar kata Erni , ada sesuatu yang disembunyikan oleh bosku yaitu Pak Tejo . Inilah waktunya untuk mengungkap misteri yang selama ini ditutup – tutupi oleh pak Tejo .
            Perutku bergemuruh menandakan bahwa mereka sudah butuh asupan makanan . Bola mataku berpaling ke arah jam dinding yang berada di hadapanku – 17 . 30 , tak terasa waktu semakin cepat berputar . Sambil mengelus lembut perutku yang lapar , aku beranjak pergi dari kamar menuruni lantai dua menuju pintu luar . Akan tetapi , pikiranku tertuju pada lantai 3 , ruangan pribadi pak Tejo . Aku hanya cuma sekali aku melihat ruangan itu . Tak ada yang terlalu mencolok di ruang itu hanya ada sebuah meja kerja dengan laptop di atasnya dan sebuah ranjang yang tak terlalu besar ukurannya . Entah kenapa , aku sangat penasaran sekali dengan ruangan itu .
            Aku mengunci pintu dari luar dan memakai sendal jepitku . Kumulai melangkah ,  mencari warung makan yang menjual nasi goreng . Setelah aku berjalan 200 meter dari rumahku , aku menemukan sebuah warung makan . Tempatnya sederhana . Dindingnya berlapiskan anyaman bambu yang dibuat seperti sekat dan beberapa bangku dan meja kayu yang disusun berjajar rapi menimbulkan kesan bahwa sang pemilik memperhatikan kerapian . Aku mengambil tempat duduk di belakang seorang ibu yang tengah memotong – motong sayuran .
            “ Bu , saya pesan nasi goreng satu porsi . “
            “ Dibungkus atau makan di sini ? “
            “ Makan di sini saja , bu . “ ujarku pelan .
            Si ibu mengangguk pelan begitu mendengar jawabanku . Aku sudah melihatnya menaruh wajan di atas kompor gasnya sambil memutar kenop gas ke kiri . Sambil menunggu nasi gorengku siap , aku iseng – iseng bertanya soal berapa lama ia menggeluti pekerjaannya sebagai tukang masak .
            “ Bu ? “ sapaku lembut .
            “ Ada apa , nak ? “ balasnya .
            “ Kalau boleh tahu , sudah berapa lama ibu bekerja sebagai tukang masak di sini ? “
            “ Sekitar 3 tahun . “
            “ Sudah lumayan lama ya , bu . “ ucapku setengah kuat sambil berbalik badan menghadap arah sang ibu .
            “ Ya begitulah . Kalau tidak salah , kamu ini kan tukang jaga warnet yang berada di sana kan ? “ Sang ibu mendongakkan kepalanya ke kanan . Bunyi dentingan sudip beradu di dalam wajan tak kalah mengimbangi percakapan kami .
            Aku mengangguk , ia benar dengan apa yang dikatakannya . “ Kamu apa tidak merasa takut bekerja di sana ? “ lanjut sang ibu .
            “ Tidak , bu . Memangnya ada apa di sana ? “
            “ Kamu tahu nak , warnet tempat kamu bekerja itu dulunya dalah sebuah ruko . Ruko yang dulunya adalah milik seorang pengusaha elektronik . Semua warga di sini kenal dekat dengan sang pengusaha karena ia sering memberikan bantuan kepada warga yang kurang mampu . Warung makan ini adalah salah satu bukti dermawannya sang pengusaha itu . “
            Aku takjub mendengar pengakuan ibu tersebut . Aku tak menyangka masih ada orang kaya yang mau berbagi dengan orang – orang yang taraf hidupnya berada di bawahnya . Namun , aku agak penasaran , apanya yang mesti ditakutkan dari ruko tersebut .
            “ Namun itu semua tak berlangsung lama . Sang pengusaha mengalami kerugian besar  akibat barang – barang yang s’lama ini masuk ke tokonya adalah barang – barang ilegal . Hampir saja , ia terjerat kasus penyeludupan barang ilegal oleh pihak kepolisian . Untuk membayar semua kerugian yang diterimanya , dia menjual semua aset yang dimilikinya termasuk ruko itu . Ditambah lagi dengan kematian anak tunggalnya dalam sebuah kecelakaan , membuatnya semakin tertekan dan depresi .
            Sebuah nasi goreng yang berada di atas sebuah piring itu sudah tersaji di hadapanku . Meskipun rasa lapar sudah menjejali perutku , tetapi aku masih tertarik dengan cerita ibu penjual nasi goreng tersebut . Aku sama sekali tidak menyangka jika ruko yang sekarang beralih fungsi menjadi warnet itu punya sejarahnya tersendiri .
            “ Tidak ada yang tahu keberadaan sang pengusaha itu sampai sekarang . Hampir 3 tahun berlalu , rumah itu tidak pernah laku dijual , namun seorang laki – laki membeli dan mengubah ruko yang kosong itu menjadi sebuah warnet . Namun keanehan itu terjadi setelah ruko itu laku terjual . Berbagai penampakan sering terjadi di ruko itu , mulai suara tangis kuntilanak , pocong yang sering berdiri di depan pintu ruko dan sosok anak kecil yang sering berlari – lari di sekitar area ruko . Dan itu sering terjadi pada malam hari menjelang pukul 9 malam . “ pungkas ibu tersebut sambil mengelap meja tempatku memakan nasi goreng tersebut .
            Aku makin intens mengunyah nasi yang berada di dalam mulutku . Cerita yang benar – benar membuat siapapun bergedik ngeri termasuk aku . Sekarang , gumpalan nasi bercampur air liur itu benar – benar sulit untuk ditelan , entah mengapa . Cerita ibu ini kian menguatkan dugaanku bahwa ada sesuatu yang tak beres di ruko itu dan aku harus segera memecahkannya .
            Tak terasa , nasi goreng yang berada di piringku sudah mulai habis . Aku menyendok sesuap nasi yang terakhir dan kumasukkan ke dalam mulutku . Aku mengambil gelas kaca yang sudah tersedia di sampingku sambil menuangkan air dalam teko itu ke dalam gelasku . Rasa haus dan lapar sudah sirna saat itu juga . Aku ingat , aku harus kembali ke warnet siapa tahu pak Tejo sudah tiba di rumah dan dia sudah menungguku lama karena kunci ruko ada padaku .
            Aku berjalan menuju ibu tersebut dan memberikan uang nasi gorengku dan buru – buru menjauh dari sana menuju ruko . Kupandangi sejenak jam tangan yang melingkar di tanganku – jam 19 . 00 . Rupanya aku sudah lama berada di warung ini sambil mendengarkan cerita ibu tersebut dan aku harus mempercepat langkah kakiku untuk sampai ke ruko .
            15 menit berjalan begitu cepat . Nafasku terengah – engah . Tetesan peluh meluncur pelan – pelan membasahi wajahku . Akhirnya , aku sudah tiba di depan pintu luar ruko . Namun , aku tak menjumpai mobil pak Tejo terparkir di depan . Ternyata beliau belum pulang dari rumah sakit .
            Aku merogoh sakuku untuk mengambil kunci ruko yang tersimpan di sana . Kukeluarkan lalu kumasukkan kunci itu ke dalam lubangnya dan terbuka . Kini , aku benar – benar merasakan sunyinya warnet di kala tak ada satupun orang yang mengunjunginya . Kuletakkan sendalku begitu saja dan berjalan perlahan – lahan . Aku tak begitu yakin warnet ini sunyi . Aku merasa ada puluhan bola mata tengah mengawasiku ketika aku melewati bilik – bilik tersebut . Bola mata yang berpindah – pindah dari satu bilik ke bilik lainnya . Kupasang sikap siaga dan was – was , berbagai kemungkinan bisa saja terjadi , termasuk munculnya makhluk – makhluk tak kasat mata di hadapanku .
            “ Ini kesempatanku . “ ujarku dalam batin .
            Selagi pak Tejo pergi , aku akan memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki ruang pribadi Pak Tejo . Aku akan membongkar semua misteri yang menyelimuti ruko ini termasuk hilangnya Erni secara misterius .
            Dari lantai satu aku sudah sampai di lantai tiga dan aku melihat ruangannya digembok . Benar – benar bos yang sangat memperhatikan keamanan . Tapi aku tak habis akal . Aku pergi ke kamarku untuk mengambil seutas kawat untuk membobol gembok jika kita tak mempunyai kuncinya . Setelah aku mengambil kawat itu dari kamarku , aku kembali lagi menuju ruangan pribadi pak Tejo . Aku membentuk kawat itu sesuai dengan bentuk lubang kuncinya , tapi lebih tepatnya seperti pengait dan kucoba – akhirnya terbuka . Setelah bersusah payah , gembok itu sudah terbuka .
            Kubuang gembok itu dan menarik gagang pintu itu dan tubuhku memasuki ruangan itu . Ruangan itu cukup luas difasilitasi dengan 2 kursi beroda dan AC yang membuat udara di ruangan itu semakin sejuk . Aku mulai merogoh meja pak Tejo sambil membuka isi lemari kecil di bawah meja itu . Setelah kubuka – buka , aku tak menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk , hanya file – file yang menurutku tidak terlalu penting . Di tengah keletihan , pandanganku tertumbuk pada sebuah engsel di dinding kuning tersebut .
            Aku memalingkan perhatianku pada engsel itu , menjauhi laci kecil itu . Aku mendekat dan sudah berada di depan engsel tersebut . Aku memundurkan engsel tersebut dan aku terkesima bahwa ada ruang rahasia dalam ruangan pribadi pak Tejo . Aku tak melihat pintu itu karena warna dinding dan pintunya hampir sama . Aku menarik gagang pintu dan langsung memasukinya .
            Lagi – lagi aku terkesima , ternyata pencahayaan di ruangan itu kurang . Hanya diterangi oleh bola lampu kecil 5 watt yang menyala begitu redup . Tak sampai di situ saja , aku mendapati sebuah dupa menyerbakkan aroma kemenyan yang dibakar oleh arang . Ada juga beberapa sesajen seperti kembang tujuh rupa , minyak kemenyan dan sebuah guci yang menampung sebuah cairan . Aku tertegun dan mengamati sejenak guci tersebut . Kemudian , mencelupkan telunjukku ke dalamnya .
            “ Bau darah ! “
            Aku memekik kecil ketika mengetahui bahwa cairan kental itu adalah darah . Darah yang hitam pekat berbau amis busuk membuatku hampir mual . Instingku terus bersuara agar aku keluar dari ruangan ini tapi aku tak ingin keluar begitu saja tanpa mengorek petunjuk lebih jauh . Kian lama aku di sana , keangkeran ruangan ini makin meningkat . Ini semakin kuat dengan suasana ruangan yang begitu remang , mungkin gelap . Sekonyong – konyong , debaran jantungku smakin keras . Aku merasakan jantungku ingin meloncat keluar dari dadaku .
            Tak jauh dari sesajen itu , aku menyadari 3 lembar foto yang ditelungkupkan terbalik . Jemariku bergetar hebat saat menggamit foto – foto itu . Kedua bola mataku membeliak hebat , aku mengeleng – gelengkan kepalaku sebagai bukti atas apa yang kulihat .
            Foto dua orang wanita dan seorang laki – laki tercetak jelas . Aku tidak mengenali salah satu wanita yang ada di sana tapi salah satu wajah perempuan yang berada dalam foto itu seperti tidak asing lagi dalam ingatanku . Oh astaga , aku ingat dia – Erni !
            Air mataku mengucur deras membasahi wajah mulusku . Kini aku percaya apa yang dikatakan Erni tentang kecurigaannya terhadap majikannya yang melakukan pesugihan . Tragedi ini belum berakhir saat aku melihat wajah laki – laki dalam foto itu . Aku menganga lebar , tak bisa mengatupkan mulutku – itu fotoku !
            “ Berani – beraninya kamu mengacak – acak ruangan pribadi saya ! “ senggak pak Tejo dari belakangku .
            “ Ka..ka..kapan ba..ba..pak be..be..rada di sini ? “ lidahku tak lagi lancar berkata – kata . Kegugupan sudah melanda diriku , membuatku tak bisa mengontrol diri .
            Aku membalikkan badanku ke belakang dan melihat pak Tejo sudah berdiri di sana . Tak ada raut wajah baik dan keramahan yang biasanya ia tunjukkan padaku , hanya tersisa pandangan dingin tertutupi kabut dendam dan nafsu ingin membunuh . Aku juga aku tak menyadari bahwa pak Tejo sudah berada di rumah tanpa kuketahui dan yang membuatku tambah bingung , darimana ia bisa membuka pintu ruko sedangkan kuncinya berada padaku .
            “ Kamu belum begitu pintar untuk mengelabui saya , Rian . Kamu pikir saya bodoh apa memberikan kunci ruko tanpa punya duplikatnya , heh ?! “ ia meledekku sambil melemparkan senyum lirihnya melihat kebodohanku .
            “ Ternyata mau disembunyikan sedalam apapun , rahasia tetap akan terbongkar . Ya mau bagaimana lagi , berarti rahasia ini akan kuceritakan padamu . “ tandas pak Tejo , ia mengeluarkan sekotak rokok dan mengambilnya sebatang lalu dibakar .
            “ Ya memang betul aku melakukan pesugihan . Selama 3 bulan terakhir , aku sudah menumbalkan 3 orang untuk menambah kekayaanku , Rian . Tumbal pertama namanya Alin . Dia adalah operator warnet yang bekerja di sini sebelum Erin . Yang kedua .. laki – laki yang meninggal di COM 14 . Kau tahu , makhluk hitam itu ingin meminta tumbal seorang laki – laki dan pilihannya jatuh pada COM 14 . Aku harus menuruti kehendaknya jika tidak dia akan melenyapkan semua hartaku . Dan Erni .. aku yakin kau pun mengetahuinya . “ pak Tejo mengisap rokoknya sambil menghembuskan asapnya ke wajahku .
            Aku sudah tak tahan lagi mendengar perkataannya . Kupingku panas . Darahku serasa mendidih dan meletup – letup . Aku sudah mengepalkan kedua tanganku , rasanya aku ingin memberikan bogem mentahku ke wajahnya , namun anehnya aku tak bisa menggerakkan tubuhku . Kaku , ada sesuatu yang tak kasat mata mengunci tubuhku .
            “ JAHANAM ! Kau tega mengorbankan semua orang di sekitarmu demi memuaskan kepentinganmu ! “ kata – kata itu keluar begitu saja dari mulutku . Makian itu saja yang bisa mewakili kemarahanku
             “ Jahanam katamu ? Dengar ya , aku sudah bosan bertahun – tahun hidup dalam kemiskinan . Aku selalu iri jika melihat orang – orang sukses dengan harta dan kekayaan yang melimpah . Istri dan anakku pergi meninggalkanku karena aku tak punya apa – apa . Aku datang ke dukun dan meminta pesugihan agar aku lepas dari kubang kemiskinan . Dan sekarang kau lihat , aku kaya , aku punya segala yang kumau . Hahaha ! “
            Gelegar tawa pak Tejo membuat nyaliku ciut . Aku hanya bisa menggeleng pelan , air mataku tek henti berderai membasahi pipi .
            “ Sekarang bulan purnama , sudah waktunya makhluk itu menikmati tumbalnya yang keempat . Selamat tinggal Rian . “
            Pak Tejo menjentikkan jarinya dan makhluk itu sudah berada di hadapannya . Makhluk hitam raksasa menatap garang ke arahku . Aku diam mematung , tak bisa melakukan apa – apa . Aku sadar di sinilah akhir hidupku . Aku juga akan menemui Erni di alam baka .
            Pandanganku menghitam dan gelap .
 
           
           
           
           

No comments:

Post a Comment