“ Akhirnya kita sampai di sini . “ ucap Revan
singkat .
Revan mengokohkan pijakan kakinya
begitu juga dengan Chandra . Chandra melihatsekilas rumah bertingkat 2 yang
temboknya dilapisi cat berwarna hijau muda sedikit pudar di bagian luar . Ia
ingat saat sang penculik menelepondan meninta mereka untuk menemui dan membawa
uang tebusan untuk membebaskan adik mereka , Findy .
“ Apa kau siap kak ? “ tanya Chandra
sambil melirik kakaknya .
“ Kau meragukanku ? “ Revan berbalik
menatap Chandra .
“
Tidak . Aku hanya ingin memastikan kakak untuk tetap berhati – hati . Mungkin
saja sang penculik sudah memasang berbagai jebakan di rumah ini . “ tandas Chandra
sambil melangkah mendahului kakaknya .
Revan
menyusul adiknya yang sudah berjalan duluan . Bola mata mereka terus teliti
mengamati apa yang mencurigakan di sekitar rumah ini . Kini , tangan Revan
sudah memegang gagang pintu yang telah berdebu dan berkarat .
Kriieeettt
Pintu
bergesekan dengan lantai menimbulkan suara deritan ngilu di telinga mereka dan
Chandra sempat menutup kedua telinganya . Akan tetapi , Revan terperangah
melihat isi dari rumah kosong bertingkat itu , itu mengingatkannya pada suatu
kejadian pahit yang membekas di pikirannya . Bisa saja itu luka lama yang sudah
ia kubur dalam – dalam dan tak ingin diungkit kembali .
“
Hey , apa yang kau pikirkan ? Kenapa kau melamun di saat genting seperti ini ?
“ Chandra menyentak kakaknya yang diam terpaku menatap ruangan kosong tak
terawat itu .
“
Tak bisakah kau sopan kepada kakakmu ?! “ Emosi Revan sedikit terpancing
mendengar perkataan adiknya tersebut .
Suara
Chandra sontak membuyarkan lamunan masa – masa SMA yang sudah dilaluinya 3
tahun lalu . Cerita – cerita indah tak pernah terlupakan dan takkan terulang
lagi kedua kalinya , yang pasti akan dikenangnya sampai tua nanti .
“
Baiklah . Kau memeriksa lantai satu dan aku di lantai dua . “ Revan memberikan
penjelasan tentang rute pencarian mereka di rumah ini dan keduanya tampak
memiliki wilayahnya masing – masing .
Tak
didengarkan adiknya membantah apa yang diucapkan , ia menuruti sambil melangkah
meninggalkan tempat kakaknya berdiri . Chandra memulai penyisiran di bagian
dapur dan Revan menapakkan kakinya , menaiki puluhan anak tangga yang
membawanya ke lantai dua .
Sekarang
Chandra sudah tiba di dapur . Pandangannya menyoroti ruang dapur dan menemukan
sebuah kompor gas terongggok dua tungku bak besi tua tak layak pakai dan sudah
saatnya masuk dapur peleburan .
Krieettt
Seketika
perhatiannya beralih pada pintu salah satu kamar yang terbuka sendiri . Sedikit
kaget , tapi ia masih bisa mengendalikan diri dan berpindah haluan menuju kamar
tersebut .
Derap
kaki pelan – pelan menginjak lantai yang sudah diselimuti debu . Jejak – jejak
sendal jepit tercetak jelas bersambung dari ruang dapur hingga di depan kamar .
Awalnya , Chandra ragu untuk masuk ke dalam tapi ia tampak lebih menuruti
instingnya dan perlahan menyingkap pintu itu .
Dirinya
tak menduga ternyata banyak sekali boneka – boneka teddy bear berwarna pink berserakan di lantai . Kondisi boneka
tertutup debu dan koyak di bagian perut sehingga kapas dalam boneka terburai .
Boneka itu tampak menyedihkan kondisi s’perti itu . Namun , ia melihat foto –
foto bertebaran di atas ranjang usang dipenuhi sarang laba – laba . Chandra
berjalan ke depan sambil berjinjit melangkahi boneka – boneka malang tersebut .
Ia
memunguti foto itu satu per satu dan diamatinya dengan seksama . Matanya
terbeliak sambil menggeleng pelan menunjukkan rasa ketidakpercayaan atas apa
yang dilihatnya . Di sana terpampang seorang perempuan dan laki – laki berfoto
begitu dekat , ia menduga keduanya merupakan sepasang kekasih . Namun ,
pandangannya tak mau lepas pada salah satu foto yang memperlihatkan seorang
perempuan tergantung dengan seutas tali tambang dengan wajah memutih bak kapas
, mata melotot menahan rasa sakit yang mencengkeram lehernya .
“
Aku harus menyelamatkan kakak . “ tandas Chandra dalam hati .
Kreeekkk
Belum
sempat dirinya berbalik badan , terdengar suara seseorang telah mengunci pintu
. Pintu benar – benar sudah terkunci . Ia terjebak . Chandra melesat menuju
pintu , berulang kali ia mengetok – ketok dan coba menggedor – gedor berharap
pintu tak terkunci . “ HEI BUKA PINTUNYA
! BUKA ! “ jeritnya dari dalam .
Revan baru saja selesai memeriksa salah satu
pintu dari dua pintu yang berada di lantai dua . Ia terkejut mendengar suara
orang mengetok dan menggedor pintu di lantai bawah .
“
HEI BUKAAA !!! “ kali ini Chandra memekik keras agar kakaknya yang berada di
lantas atas mendengarkannya .
Telinga
bereaksi penuh mendengar jeritan dari lantai bawah . Revan mengenal sekali suar
pekikan keras tersebut .
“
Chandra ?!“
Revan
sudah memastikan bahwa itu betul – betul suara adiknya , Chandra . Revan
mempercepat langkah kakinya menuruni tangga , tapi matanya beralih pada pintu
kedua yang gagangnya bergerak sendiri .
Kreekk kreeek nggiikkk
“
Biarkan saja ia di sana . Dia akan baik - baik saja . “
Suara
itu berasal dari dalam pintu . Ketika pintu mulai tersingkap sedikit , Revan
menghentikan langkahnya dan terus memperhatikan siapa gerangan orang yang akan
keluar dari sana . Revan memutuskan untuk kembali dan orang tersebut sudah
berada di depan pintu , berdiri memandanginya .
“
Ka..ka..mu ... Indra ?! APA YANG KAMU LAKUKAN ?! “ Bibir Revan bergetar , tak
mempercayai apa yang ia lihat di depannya
“Oh
Revan apa kabar ?! Lama kita tidak berjumpa . Aku hanya memastikan kalau ikatan
tali pada adikmu takkan lepas lagi . Soalnya dia mau melarikan diri , tapi
tenanglah aku sudah bisa menenangkannya . “ jelas Indra sambil tersenyum samar
. Tangan kanannya memanggul stick baseball yang diletakkan di atas pundaknya .
“
Kenapa ? kenapa kamu tega berbuat seperti ini ? Apa salah adikku padamu ?! “
“
Ya kuakui adikmu memang tak punya salah apa – apa , tapi ... “
Indra
menggantung perkataannya seolah ingin membuat Revan penasaran .
“
Kau sudah membunuh adikku . “ kata – kata itu lepas begitu saja dari mulutnya .
Revan terpaku menatap heran Indra . Ia tak mengerti sama sekali dengan apa yang
dikatakan oleh sahabat lamanya itu .
“
Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kaukatakan . Membunuh ? Aku tidak
pernah membunuh adikmu ?! “ Revan tak mau kalah , ia tetap ngotot bahwa ia tak
pernah melakukan apapun pada adiknya .
“
DIAM SAJA KAU BAJINGAN ! Kau pikir aku tidak tidak tahu kalau kau dan adikku
punya hubungan istimewa . Pasti kau heran kenapa aku bisa tahu sejauh ini kan ?
Aku dan adikku begitu kompak . Dia selalu bercerita tentang kamu yang menjadi
pacarnya sekaligus menjadi teman baikku . Tapi semuanya berubah saat aku ... “
Revan
tak membantah kalau dia dan Ririn , adik perempuannya Indra , pernah menjalin
hubungan spesial . Ia sempat terperangah dengan penuturan Indra yang mengatakan
bahwa Ririn selalu bercerita apapun tentang dirinya pada kakaknya .
“
Menemukan adikku tewas gantung diri . Aku tak kuasa menahan kesedihan saat
membaca surat terakhirnya . Di situ dia mengungkapkan bahwa kau berselingkuh
dengan temannya sendiri padahal ia sudah terlalu menyayangimu dan parahnya lagi
, ketika ia ingin meminta penjelasan darimu , kau malah menghindar darinya .
Aku juga heran kenapa kau tiba – tiba menghindar dariku . Jadi ini alasannya .
“ Sorot mata Indra kini jauh dari tajam . Ia makin menguatkan pegangannya pada
stick tersebut . Mungkin ia tak sanggup lagi menahan pedihnya kehilangan adik
yang begitu disayanginya .
Revan
membisu . Sorot matanya lemah , air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya .
Lagi – lagi , apa yang dikatakan Indra benar . Ia tak bisa mengelak dari
kenyataan . Revan hanya bisa menunduk lesu , menyesali perbuatannya di masa
lalu – menyiakan – nyiakan seseorang yang begitu menyayanginya .
“
MATI LAH KAU ! “
Sementara
, Revan masih tenggelam dalam penyesalan , Indra sudah mengambil ancang –
ancang , memegang kencang stick di atas kepalanya dan siap menghunjam kepala
Revan .
Revan
segera tersadar begitu sesuatu akan menghantam kepalanya . Revan berhasil
menangkisnya dengan kedua tangannya . Untung saja , dia sigap , jika tidak ,
bisa saja stick itu akan meretakkan tulang tengkoraknya .
“
Kumohon Indra . Kita bisa membicarakan ini baik – baik . Secara kepala dingin .
“ Sambil memegang stick , Revan mencoba membujuknya pelan – pelan agar dia menghentikan
niatnya .
“
Buat apa aku berkompromi dengan pembunuh seperti kau ?! Apakah dengan kau
meminta maaf padaku bisa mengurangi kebencianku dan menghidupkan adikku ?! Kau
harus membayar semua perbuatanmu , Revaaannn ! “ Indra menjerit , suara serak
bercampur dengan air mata yang terus membasahi pipnya . Nuraninya telah
dibutakan oleh dendam . Kembali Indra melakukan perlawanan dengan menggoyang –
goyangkan ke kanan dan ke kiri , tapi Revan tak mau melepaskannya begitu saja .
Buuukkk
Suara
debukan kaki mengenai dada Revan . Tendangan telapak kaki itu begitu keras
sampai membuat Revan jatuh tertunduk , punggungnya mengenai dinding . Revan
terbatuk – batuk , ia merasakan sesak hebat di dadanya .
“
Inilah saatnya ... “ Indra kembali meletakkan stick itu di atas kepalanya .
Guubrraaaak !!!
Di
tengah kesesakannya , ia melirik ke lantai bahwa . Adiknya telah menobrak pintu
dan berlari kencang ke arahnya . Cepat sekali ia tiba di sana . Tanpa banyak
basa – basi , Chandra mendaratkan tinjunya ke arah wajah Indra . Indra mengerang
kesakitan dan tanpa sadarinya , kunci yang berada di dalam kantong atas
kemejanya terjatuh .
“
Revan ambil kuncinya ! “ Chandra mengunci kedua pergelangan tangan Indra dan mengambil stick baseball yang
berada di dalam tangannya .
Revan
mencoba bangkit tapi ia masih memegangi dadanya yang sesak . Dengan sedikit
tertatih , ia mengambil kunci berada tak juah dari pintu kedua .
“
Lepaskan aku , bodoh ! “ Indra dalam keadaan terkunci , memberontak , berusaha melepaskan kuncian Chandra pada kedua
pergelangan tangannya . Tapi usaha tampak sia – sia , Chandra makin menguatkan
kunciannya .
Kini
, tangannya sudah menggenggam kunci itu . Ia memasukkan ujung kunci ke dalam
lubang secara hati – hati dan putarnya ke kanan – dan terbuka . Revan langsung
menekan gagang pintu dan didorongnya sehingga pintu tersingkap lebar .
Ia
menemukan adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri dengan keadaan kedua kaki dan
tangan terikat serta mulut disumpal lakban . Matanya mengitari sekeliling
ruangan mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk memotong tali . Setelah lama
mencari , akhirnya ia menemukan sebuah cutter
tergeletak di atas sebuah lemari kecil . Revan langsung meraih cutter dan mengiris tali yang mengikat
tubuh adiknya .
Tali
yang mengikatnya sudah terlepas , tapi Findy masih saja dalam keadaan tak
sadarkan diri . Revan menepuk – nepuk lembut pipi kanan dan kiri adiknya
berharap adiknya akan sadar .
Alis
matanya berkedut , matanya mengerjap – kerjap . Rupanya , ia sudah bisa
menggerakkan urat wajahnya . Melihat hal ini , Revan menghentikan usahanya .
“
Kak Revan ! “ Findy kaget melihat kakaknya berada
di hadapannya . Langsung saja , ia memeluk erat tubuh kakaknya .
“
Kamu aman bersama kakak , Fin . Sekarang ayo kita keluar dari sini . “ Revan
menggenggam tangan adiknya Agar ia tak lepas lagi .
Indra
melesatkan kepalan tangannya ke wajah Revan . Tak disangka , Chandra pingsan .
Indra berhasl melumpuhkan Chandra .Revan tercampak begitu terkena pukulan Indra
. Indra bersiap melakukan serangan kedua .
“
Arrggh ! “
“
Kak Indra aku mohon jangan sakiti kak Revan ! “ Findy bersimpuh di hadapan
Indra berusaha menghadang pukulan yang akan dilancarkan oleh Indra .
“
Kakak Revan sudah menebus kesalahannya selama ini . Kak Revan hampir dimasukkan
ke rumah sakit jiwa karena setiap malam kakakku mengigau dalam mimpinya . Ia
bilang dirinya selalu bertemu dengan Ririn dengan kondisi mengerikan . Kumohon
maafkan kak Revan ! Kumohon ! “ Indra tak kuasa menahan lelehan air mata di
sudut pelupuk matanya . Lamat – lamat , Indra menurunkan stick baseballnya dan
melonggarkan genggamannya pada stick baseball . Melihat keteguhan hati Findy ,
mengingatkan dirinya pada sosok Ririn yang sudah lama meninggalkannya . Indra
merasa kalau sosok Ririn berada dalam diri Findy – rendah hati dan penuh
kelembutan , tergambar jelas sekali .
“
Angkat tangan kalian ! “ sebuah suara tegas dan terkesan memerintah itu
mengejutkan mereka . Sekolompok polisi mengacungkan pistol revolver ke arah
mereka . Mereka bertiga serempak
mengangkat tangan begitu mendengar komando dari pihak kepolisian .
“
Apakah anda saudara Indra ? “ tanya salah satu polisi yang berada di sampingnya
.
“
Betul pak . “ jawab Indra singkat .
“
Kalau begitu ikut dengan kami . Anda ditahan dengan tuduhan penculikan . “ Sang
polisi mengambil sebuah borgol dari kantong celananya . Dibukanya pengait
borgol itu dan polisi meletakkan kedua tangan Indra dalam borgol itu .
“
Sebelum aku pergi aku ingin menitipkan sesuatu padamu , Revan . Jaga adikmu
baik – baik . “ tandas Indra sambil menunjukkan sesimpul senyum lirih di
bibirnya .
“
Selamat tinggal . “ Beberapa polisi membawa Indra menuju mobil tahanan
sementara lainnya mengevakuasi mereka bertiga .
Selesai
No comments:
Post a Comment