Thursday, 3 September 2015

Pembalasan Indra



“ Akhirnya kita sampai di sini . “ ucap Revan singkat .
            Revan mengokohkan pijakan kakinya begitu juga dengan Chandra . Chandra melihatsekilas rumah bertingkat 2 yang temboknya dilapisi cat berwarna hijau muda sedikit pudar di bagian luar . Ia ingat saat sang penculik menelepondan meninta mereka untuk menemui dan membawa uang tebusan untuk membebaskan adik mereka , Findy .
            “ Apa kau siap kak ? “ tanya Chandra sambil melirik kakaknya .
            “ Kau meragukanku ? “ Revan berbalik menatap Chandra .
            “ Tidak . Aku hanya ingin memastikan kakak untuk tetap berhati – hati . Mungkin saja sang penculik sudah memasang berbagai jebakan di rumah ini . “ tandas Chandra sambil melangkah mendahului kakaknya .
            Revan menyusul adiknya yang sudah berjalan duluan . Bola mata mereka terus teliti mengamati apa yang mencurigakan di sekitar rumah ini . Kini , tangan Revan sudah memegang gagang pintu yang telah berdebu dan berkarat .
            Kriieeettt
            Pintu bergesekan dengan lantai menimbulkan suara deritan ngilu di telinga mereka dan Chandra sempat menutup kedua telinganya . Akan tetapi , Revan terperangah melihat isi dari rumah kosong bertingkat itu , itu mengingatkannya pada suatu kejadian pahit yang membekas di pikirannya . Bisa saja itu luka lama yang sudah ia kubur dalam – dalam dan tak ingin diungkit kembali .
            “ Hey , apa yang kau pikirkan ? Kenapa kau melamun di saat genting seperti ini ? “ Chandra menyentak kakaknya yang diam terpaku menatap ruangan kosong tak terawat itu .
            “ Tak bisakah kau sopan kepada kakakmu ?! “ Emosi Revan sedikit terpancing mendengar perkataan adiknya tersebut .
            Suara Chandra sontak membuyarkan lamunan masa – masa SMA yang sudah dilaluinya 3 tahun lalu . Cerita – cerita indah tak pernah terlupakan dan takkan terulang lagi kedua kalinya , yang pasti akan dikenangnya sampai tua nanti .
            “ Baiklah . Kau memeriksa lantai satu dan aku di lantai dua . “ Revan memberikan penjelasan tentang rute pencarian mereka di rumah ini dan keduanya tampak memiliki wilayahnya masing – masing .
            Tak didengarkan adiknya membantah apa yang diucapkan , ia menuruti sambil melangkah meninggalkan tempat kakaknya berdiri . Chandra memulai penyisiran di bagian dapur dan Revan menapakkan kakinya , menaiki puluhan anak tangga yang membawanya ke lantai dua .
            Sekarang Chandra sudah tiba di dapur . Pandangannya menyoroti ruang dapur dan menemukan sebuah kompor gas terongggok dua tungku bak besi tua tak layak pakai dan sudah saatnya masuk dapur peleburan .
            Krieettt
            Seketika perhatiannya beralih pada pintu salah satu kamar yang terbuka sendiri . Sedikit kaget , tapi ia masih bisa mengendalikan diri dan berpindah haluan menuju kamar tersebut .
            Derap kaki pelan – pelan menginjak lantai yang sudah diselimuti debu . Jejak – jejak sendal jepit tercetak jelas bersambung dari ruang dapur hingga di depan kamar . Awalnya , Chandra ragu untuk masuk ke dalam tapi ia tampak lebih menuruti instingnya dan perlahan menyingkap pintu itu .
            Dirinya tak menduga ternyata banyak sekali boneka – boneka teddy bear berwarna pink berserakan di lantai . Kondisi boneka tertutup debu dan koyak di bagian perut sehingga kapas dalam boneka terburai . Boneka itu tampak menyedihkan kondisi s’perti itu . Namun , ia melihat foto – foto bertebaran di atas ranjang usang dipenuhi sarang laba – laba . Chandra berjalan ke depan sambil berjinjit melangkahi boneka – boneka malang tersebut .
            Ia memunguti foto itu satu per satu dan diamatinya dengan seksama . Matanya terbeliak sambil menggeleng pelan menunjukkan rasa ketidakpercayaan atas apa yang dilihatnya . Di sana terpampang seorang perempuan dan laki – laki berfoto begitu dekat , ia menduga keduanya merupakan sepasang kekasih . Namun , pandangannya tak mau lepas pada salah satu foto yang memperlihatkan seorang perempuan tergantung dengan seutas tali tambang dengan wajah memutih bak kapas , mata melotot menahan rasa sakit yang mencengkeram lehernya .
            “ Aku harus menyelamatkan kakak . “ tandas Chandra dalam hati .
            Kreeekkk
            Belum sempat dirinya berbalik badan , terdengar suara seseorang telah mengunci pintu . Pintu benar – benar sudah terkunci . Ia terjebak . Chandra melesat menuju pintu , berulang kali ia mengetok – ketok dan coba menggedor – gedor berharap pintu tak terkunci . “ HEI BUKA PINTUNYA ! BUKA ! “ jeritnya dari dalam .
             Revan baru saja selesai memeriksa salah satu pintu dari dua pintu yang berada di lantai dua . Ia terkejut mendengar suara orang mengetok dan menggedor pintu di lantai bawah .
            “ HEI BUKAAA !!! “ kali ini Chandra memekik keras agar kakaknya yang berada di lantas atas mendengarkannya .
            Telinga bereaksi penuh mendengar jeritan dari lantai bawah . Revan mengenal sekali suar pekikan keras tersebut .
            “ Chandra ?!“
            Revan sudah memastikan bahwa itu betul – betul suara adiknya , Chandra . Revan mempercepat langkah kakinya menuruni tangga , tapi matanya beralih pada pintu kedua yang gagangnya bergerak sendiri .
            Kreekk kreeek nggiikkk
            “ Biarkan saja ia di sana . Dia akan baik - baik saja . “
            Suara itu berasal dari dalam pintu . Ketika pintu mulai tersingkap sedikit , Revan menghentikan langkahnya dan terus memperhatikan siapa gerangan orang yang akan keluar dari sana . Revan memutuskan untuk kembali dan orang tersebut sudah berada di depan pintu , berdiri memandanginya .
            “ Ka..ka..mu ... Indra ?! APA YANG KAMU LAKUKAN ?! “ Bibir Revan bergetar , tak mempercayai apa yang ia lihat di depannya
            “Oh Revan apa kabar ?! Lama kita tidak berjumpa . Aku hanya memastikan kalau ikatan tali pada adikmu takkan lepas lagi . Soalnya dia mau melarikan diri , tapi tenanglah aku sudah bisa menenangkannya . “ jelas Indra sambil tersenyum samar . Tangan kanannya memanggul stick baseball yang diletakkan di atas pundaknya .
            “ Kenapa ? kenapa kamu tega berbuat seperti ini ? Apa salah adikku padamu ?! “
            “ Ya kuakui adikmu memang tak punya salah apa – apa , tapi ... “
            Indra menggantung perkataannya seolah ingin membuat Revan penasaran .
            “ Kau sudah membunuh adikku . “ kata – kata itu lepas begitu saja dari mulutnya . Revan terpaku menatap heran Indra . Ia tak mengerti sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh sahabat lamanya itu .
            “ Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kaukatakan . Membunuh ? Aku tidak pernah membunuh adikmu ?! “ Revan tak mau kalah , ia tetap ngotot bahwa ia tak pernah melakukan apapun pada adiknya .
            “ DIAM SAJA KAU BAJINGAN ! Kau pikir aku tidak tidak tahu kalau kau dan adikku punya hubungan istimewa . Pasti kau heran kenapa aku bisa tahu sejauh ini kan ? Aku dan adikku begitu kompak . Dia selalu bercerita tentang kamu yang menjadi pacarnya sekaligus menjadi teman baikku . Tapi semuanya berubah saat aku ... “
            Revan tak membantah kalau dia dan Ririn , adik perempuannya Indra , pernah menjalin hubungan spesial . Ia sempat terperangah dengan penuturan Indra yang mengatakan bahwa Ririn selalu bercerita apapun tentang dirinya pada kakaknya .
            “ Menemukan adikku tewas gantung diri . Aku tak kuasa menahan kesedihan saat membaca surat terakhirnya . Di situ dia mengungkapkan bahwa kau berselingkuh dengan temannya sendiri padahal ia sudah terlalu menyayangimu dan parahnya lagi , ketika ia ingin meminta penjelasan darimu , kau malah menghindar darinya . Aku juga heran kenapa kau tiba – tiba menghindar dariku . Jadi ini alasannya . “ Sorot mata Indra kini jauh dari tajam . Ia makin menguatkan pegangannya pada stick tersebut . Mungkin ia tak sanggup lagi menahan pedihnya kehilangan adik yang begitu disayanginya .
            Revan membisu . Sorot matanya lemah , air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya . Lagi – lagi , apa yang dikatakan Indra benar . Ia tak bisa mengelak dari kenyataan . Revan hanya bisa menunduk lesu , menyesali perbuatannya di masa lalu – menyiakan – nyiakan seseorang yang begitu menyayanginya .
            “ MATI LAH KAU ! “
            Sementara , Revan masih tenggelam dalam penyesalan , Indra sudah mengambil ancang – ancang , memegang kencang stick di atas kepalanya dan siap menghunjam kepala Revan .
            Revan segera tersadar begitu sesuatu akan menghantam kepalanya . Revan berhasil menangkisnya dengan kedua tangannya . Untung saja , dia sigap , jika tidak , bisa saja stick itu akan meretakkan tulang tengkoraknya .
            “ Kumohon Indra . Kita bisa membicarakan ini baik – baik . Secara kepala dingin . “ Sambil memegang stick , Revan mencoba membujuknya pelan – pelan agar dia menghentikan niatnya .
            “ Buat apa aku berkompromi dengan pembunuh seperti kau ?! Apakah dengan kau meminta maaf padaku bisa mengurangi kebencianku dan menghidupkan adikku ?! Kau harus membayar semua perbuatanmu , Revaaannn ! “ Indra menjerit , suara serak bercampur dengan air mata yang terus membasahi pipnya . Nuraninya telah dibutakan oleh dendam . Kembali Indra melakukan perlawanan dengan menggoyang – goyangkan ke kanan dan ke kiri , tapi Revan tak mau melepaskannya begitu saja .
            Buuukkk                                     
            Suara debukan kaki mengenai dada Revan . Tendangan telapak kaki itu begitu keras sampai membuat Revan jatuh tertunduk , punggungnya mengenai dinding . Revan terbatuk – batuk , ia merasakan sesak hebat di dadanya .
            “ Inilah saatnya ... “ Indra kembali meletakkan stick itu di atas kepalanya .
            Guubrraaaak !!!
            Di tengah kesesakannya , ia melirik ke lantai bahwa . Adiknya telah menobrak pintu dan berlari kencang ke arahnya . Cepat sekali ia tiba di sana . Tanpa banyak basa – basi , Chandra mendaratkan tinjunya ke arah wajah Indra . Indra mengerang kesakitan dan tanpa sadarinya , kunci yang berada di dalam kantong atas kemejanya terjatuh .
            “ Revan ambil kuncinya ! “ Chandra mengunci kedua pergelangan tangan  Indra dan mengambil stick baseball yang berada di dalam tangannya .
            Revan mencoba bangkit tapi ia masih memegangi dadanya yang sesak . Dengan sedikit tertatih , ia mengambil kunci berada tak juah dari pintu kedua .
            “ Lepaskan aku , bodoh ! “ Indra dalam keadaan terkunci , memberontak , berusaha  melepaskan kuncian Chandra pada kedua pergelangan tangannya . Tapi usaha tampak sia – sia , Chandra makin menguatkan kunciannya .
            Kini , tangannya sudah menggenggam kunci itu . Ia memasukkan ujung kunci ke dalam lubang secara hati – hati dan putarnya ke kanan – dan terbuka . Revan langsung menekan gagang pintu dan didorongnya sehingga pintu tersingkap lebar .
            Ia menemukan adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri dengan keadaan kedua kaki dan tangan terikat serta mulut disumpal lakban . Matanya mengitari sekeliling ruangan mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk memotong tali . Setelah lama mencari , akhirnya ia menemukan sebuah cutter tergeletak di atas sebuah lemari kecil . Revan langsung meraih cutter dan mengiris tali yang mengikat tubuh adiknya .
            Tali yang mengikatnya sudah terlepas , tapi Findy masih saja dalam keadaan tak sadarkan diri . Revan menepuk – nepuk lembut pipi kanan dan kiri adiknya berharap adiknya akan sadar .          
            Alis matanya berkedut , matanya mengerjap – kerjap . Rupanya , ia sudah bisa menggerakkan urat wajahnya . Melihat hal ini , Revan menghentikan usahanya .
            “ Kak Revan ! “ Findy kaget melihat kakaknya berada di hadapannya . Langsung saja , ia memeluk erat tubuh kakaknya .
            “ Kamu aman bersama kakak , Fin . Sekarang ayo kita keluar dari sini . “ Revan menggenggam tangan adiknya Agar ia tak lepas lagi .
            Indra melesatkan kepalan tangannya ke wajah Revan . Tak disangka , Chandra pingsan . Indra berhasl melumpuhkan Chandra .Revan tercampak begitu terkena pukulan Indra . Indra bersiap melakukan serangan kedua .
            “ Arrggh ! “
            “ Kak Indra aku mohon jangan sakiti kak Revan ! “ Findy bersimpuh di hadapan Indra berusaha menghadang pukulan yang akan dilancarkan oleh Indra .
            “ Kakak Revan sudah menebus kesalahannya selama ini . Kak Revan hampir dimasukkan ke rumah sakit jiwa karena setiap malam kakakku mengigau dalam mimpinya . Ia bilang dirinya selalu bertemu dengan Ririn dengan kondisi mengerikan . Kumohon maafkan kak Revan ! Kumohon ! “ Indra tak kuasa menahan lelehan air mata di sudut pelupuk matanya . Lamat – lamat , Indra menurunkan stick baseballnya dan melonggarkan genggamannya pada stick baseball . Melihat keteguhan hati Findy , mengingatkan dirinya pada sosok Ririn yang sudah lama meninggalkannya . Indra merasa kalau sosok Ririn berada dalam diri Findy – rendah hati dan penuh kelembutan , tergambar jelas sekali .
            “ Angkat tangan kalian ! “ sebuah suara tegas dan terkesan memerintah itu mengejutkan mereka . Sekolompok polisi mengacungkan pistol revolver ke arah mereka .  Mereka bertiga serempak mengangkat tangan begitu mendengar komando dari pihak kepolisian .
            “ Apakah anda saudara Indra ? “ tanya salah satu polisi yang berada di sampingnya .
            “ Betul pak . “ jawab Indra singkat .
            “ Kalau begitu ikut dengan kami . Anda ditahan dengan tuduhan penculikan . “ Sang polisi mengambil sebuah borgol dari kantong celananya . Dibukanya pengait borgol itu dan polisi meletakkan kedua tangan Indra dalam borgol itu .
            “ Sebelum aku pergi aku ingin menitipkan sesuatu padamu , Revan . Jaga adikmu baik – baik . “ tandas Indra sambil menunjukkan sesimpul senyum lirih di bibirnya .
            “ Selamat tinggal . “ Beberapa polisi membawa Indra menuju mobil tahanan sementara lainnya mengevakuasi mereka bertiga .

Selesai

No comments:

Post a Comment