Saturday, 10 October 2015

Love in Dead - Chapter 3


SMA Negeri 1 mendadak gempar mendengar kabar bahwa salah satu siswa mereka menjadi korban pembunuhan . OSIS langsung bertindak dengan melakukan sumbangan keliling untuk mengumpulkan dana dukacita yang akan diberikan kepada pihak keluarga bersangkutan .
Anji adalah salah satu murid kelas XI IPA 3 . Keluarga besar XI IPA 3 sudah bersiap – siap melayat ke rumah duka begitu uang sumbangan dari OSIS sudah terkumpul .
“ Aku gak menyangka Anji akan mati dengan cara mengenaskan . “ tutur Icha dengan wajah murung ditekuk .
“ Aku juga sama Cha . Aku juga turut belasungkawa . “ sahut Aldian yang berada di sampingnya . Mereka berdiri di samping gerbang sekolah .
Tampak salah satu dari gerombolan di sana adalah Fidel dan Andy . Mereka berdua mengendarai sepeda motor bebek bermerek Jupiter Z . Fidel dan Andy sama – sama murid dari kelas XI IPS 2 . Meskipun beda kelas dan jurusan tak menghalangi niat mereka untuk melakukan perpisahan terakhir untuk sahabat mereka .
Ingin sekali Aldian memanggil mereka , mengucapkan salam dukacita , tapi ia enggan , takut mereka akan memarahi bahkan memaki dirinya . Begitu mereka berdua sampai di gerbang , Icha memanggil mereka .
“ Fidel ! Andy ! “
Mereka berdua mendekati sumber suara yang sudah mereka kenali dan mendapati Icha dan Aldian berdiri di belakang gerbang agak jauh dari gerombolan motor .
“ Fidel , Andy , aku turut berdukacita atas meninggalnya Anji . Yang sabar ya . “ tutur Icha penuh simpati .
“ Terimakasih ya Icha atas nasihatnya . “ Fidel dan Andy tersenyum lirih sekedar menghargai Icha .
“ Fidel .. Andy , aku .. “
“ Terimakasih . Kami pergi dulu ya Icha . “ Fidel langsung menukas omongan Aldian . Mereka berdua menatap Aldian dengan perasaan sinis dan tidak bersahabat . Mungkin mereka bersikap seperti itu lantaran melihat Icha selalu bersama dengan Aldian . Fidel memutar kunci dan menekan tombol stater , memacu sepeda motor menjauhi Icha dan Aldian .
Suasana pemakaman Anji terlihat begitu suram . Puluhan orang yang memakai pakaian hitam masih memadati pemakaman . Fidel dan Andy masih menangisi kepergian teman mereka untuk selama – lamanya . Tetesan air mata kedukaan membasahi wajah mereka merasakan kehilangan sosok Anji .
Drrttt drrtt
Handphone Fidel berdering dalam saku celananya . Ia menjauh dari kerumunan itu untuk membaca pesan apa yang masuk ke Handphonenya .  Tak menunggu beberapa lama , Fidel datang kembali dan kali ini ia menyuruh Andy untuk ikut bersamanya .
“ Ndy , gua mau pergi dulu nih . Orang tua gua pada pergi ke pesta . Gak ada  yang jaga di rumah . “ kata Fidel sambil menyeka air mata yang tersisa dengan tangannya .
“ Ya sudahlah . Loe pergi aja . Lagian gua masih agak lama kok di sini . “ pungkas Andy sambil menepuk pelan pundak temannya .
“ Terimakasih ya Andy . Gua tau loe bisa diandalkan . “ Fidel tersenyum kecil sambil berpaling dari hadapan Andy .
Andy kembali melihat prosesi pemakaman Anji sesaat Fidel pergi . Ia melihat kerumunan orang memadati pemakaman mulai berkurang , namun orang tua dan kakak almarhum masih terpaku memandangi nisan Anji . Air mata yang sempat mengering itu kini menetes lagi , ia tak tahan melihat isak tangis keluarga Anji .
Matahari sudah semakin condong keBarat . Andy melirikke arah arlojinya , jarum jam tepat menunjukkan pukul 15 . 30 . Waktu terasa  cepat berputar ketika dirinya berada di makam tersebut . Dilihatnya suasana pemakaman sudah sepi , ia memutuskan untuk pulang .
Area pemakaman ini cukup luas , sekitar 500 meter persegi . Pemakaman ini dikelilingi oleh pepohonan kamboja dan beringin yang tumbuh besar , seolah memancarkan aura kematian begitu dingin dan mencekam . Membuat bulu kuduk siapapun yang berada di sana tegak berdiri .
Andy begitu hati – hati menggerakkan kakinya . Ia merasa seseorang sedang menguntitnya . Matanya begitu was – was , liar mengamati apapun yang berada di sekitarnya . Sepi dan hening . Suara derikan kepik pohon memecah kesunyian makam . Andy mulai diselimuti ketakutan , mulai mempercepat langkahnya , mencari jalan keluar dari makam tersebut .
Sebuah tangan mencengkeram leher Andy dari balik pohon beringin tanpa ia sadari . Andy terlanjur kaget , sosok itu sudah menjatuhkan dirinya ke permukaan tanah . Kepalanya terantuk mengenai bagian tumpul batu nisan tersebut . Rasa pening mulai menyerang keningnya . Sambil memegangi kepalanya , ia melihat sosok yang ditutupi oleh kain merah menatap tajam ke arahnya .
Ia mengamati apa yang digenggam di tangan kanannya – sebuah golok . Sebuah golok terhunus dari belakangnya , kini sudah terpampang di matanya .
Arrrgggghh !
Secepat kilat golok tersebut sudah menyabet leher Andy . Darah kental menyembur kencang membasahi wajah , pinggiran batu nisan serta penutup mulutnya . Andy kejang – kejang sesaat sebelum nafas dalam tubuhnya benar – benar hilang .
Tak puas melihat korbannya mati dengan luka sabetan menganga di leher , sosok tersebut secara membabi buta membacoknya hingga puas .
            Bola matanya berputar – putar mengamati keadaan makam dan terlihatlah semak belukar tumbuh tak jauh dari tempat pembantaian sadis tersebut . Keadaan makam yang benar – benar sepi , menguntungkan dirinya . Tanpa rasa ragu sosok itu menyeret tubuh tak berdaya Andy ke semak belukar dan membuangnya ke sana .
            Dipandanginya mayat malang tersebut seraya melepaskan kain yang menutupi mulutnya .
            “ Selamat tinggal kawan . “
            Bola matanya hampa , tak ada tanda kehidupan yang terpancar . Seakan – akan telah tertutupi kabut tebal yang bernama dendam dan kebencian yang mengakar di dalamnya .

No comments:

Post a Comment