SMA Negeri 1 mendadak gempar mendengar kabar bahwa
salah satu siswa mereka menjadi korban pembunuhan . OSIS langsung bertindak
dengan melakukan sumbangan keliling untuk mengumpulkan dana dukacita yang akan
diberikan kepada pihak keluarga bersangkutan .
Anji adalah salah satu murid kelas XI IPA 3 . Keluarga
besar XI IPA 3 sudah bersiap – siap melayat ke rumah duka begitu uang sumbangan
dari OSIS sudah terkumpul .
“ Aku gak menyangka Anji akan mati dengan cara
mengenaskan . “ tutur Icha dengan wajah murung ditekuk .
“ Aku juga sama Cha . Aku juga turut belasungkawa .
“ sahut Aldian yang berada di sampingnya . Mereka berdiri di samping gerbang
sekolah .
Tampak salah satu dari gerombolan di sana adalah
Fidel dan Andy . Mereka berdua mengendarai sepeda motor bebek bermerek Jupiter Z . Fidel dan Andy sama – sama
murid dari kelas XI IPS 2 . Meskipun beda kelas dan jurusan tak menghalangi
niat mereka untuk melakukan perpisahan terakhir untuk sahabat mereka .
Ingin sekali Aldian memanggil mereka , mengucapkan salam
dukacita , tapi ia enggan , takut mereka akan memarahi bahkan memaki dirinya .
Begitu mereka berdua sampai di gerbang , Icha memanggil mereka .
“ Fidel ! Andy ! “
Mereka berdua mendekati sumber suara yang sudah
mereka kenali dan mendapati Icha dan Aldian berdiri di belakang gerbang agak
jauh dari gerombolan motor .
“ Fidel , Andy , aku turut berdukacita atas
meninggalnya Anji . Yang sabar ya . “ tutur Icha penuh simpati .
“ Terimakasih ya Icha atas nasihatnya . “ Fidel dan
Andy tersenyum lirih sekedar menghargai Icha .
“ Fidel .. Andy , aku .. “
“ Terimakasih . Kami pergi dulu ya Icha . “ Fidel
langsung menukas omongan Aldian . Mereka berdua menatap Aldian dengan perasaan
sinis dan tidak bersahabat . Mungkin mereka bersikap seperti itu lantaran
melihat Icha selalu bersama dengan Aldian . Fidel memutar kunci dan menekan
tombol stater , memacu sepeda motor menjauhi
Icha dan Aldian .
Suasana pemakaman Anji terlihat begitu suram .
Puluhan orang yang memakai pakaian hitam masih memadati pemakaman . Fidel dan
Andy masih menangisi kepergian teman mereka untuk selama – lamanya . Tetesan
air mata kedukaan membasahi wajah mereka merasakan kehilangan sosok Anji .
Drrttt drrtt
Handphone Fidel berdering dalam saku celananya . Ia
menjauh dari kerumunan itu untuk membaca pesan apa yang masuk ke Handphonenya
. Tak menunggu beberapa lama , Fidel
datang kembali dan kali ini ia menyuruh Andy untuk ikut bersamanya .
“ Ndy , gua mau pergi dulu nih . Orang tua gua pada
pergi ke pesta . Gak ada yang jaga di
rumah . “ kata Fidel sambil menyeka air mata yang tersisa dengan tangannya .
“ Ya sudahlah . Loe pergi aja . Lagian gua masih
agak lama kok di sini . “ pungkas Andy sambil menepuk pelan pundak temannya .
“ Terimakasih ya Andy . Gua tau loe bisa diandalkan
. “ Fidel tersenyum kecil sambil berpaling dari hadapan Andy .
Andy kembali melihat prosesi pemakaman Anji sesaat
Fidel pergi . Ia melihat kerumunan orang memadati pemakaman mulai berkurang ,
namun orang tua dan kakak almarhum masih terpaku memandangi nisan Anji . Air
mata yang sempat mengering itu kini menetes lagi , ia tak tahan melihat isak
tangis keluarga Anji .
Matahari sudah semakin condong keBarat . Andy
melirikke arah arlojinya , jarum jam tepat menunjukkan pukul 15 . 30 . Waktu
terasa cepat berputar ketika dirinya
berada di makam tersebut . Dilihatnya suasana pemakaman sudah sepi , ia
memutuskan untuk pulang .
Area pemakaman ini cukup luas , sekitar 500 meter
persegi . Pemakaman ini dikelilingi oleh pepohonan kamboja dan beringin yang
tumbuh besar , seolah memancarkan aura kematian begitu dingin dan mencekam .
Membuat bulu kuduk siapapun yang berada di sana tegak berdiri .
Andy begitu hati – hati menggerakkan kakinya . Ia
merasa seseorang sedang menguntitnya . Matanya begitu was – was , liar
mengamati apapun yang berada di sekitarnya . Sepi dan hening . Suara derikan
kepik pohon memecah kesunyian makam . Andy mulai diselimuti ketakutan , mulai
mempercepat langkahnya , mencari jalan keluar dari makam tersebut .
Sebuah tangan mencengkeram leher Andy dari balik
pohon beringin tanpa ia sadari . Andy terlanjur kaget , sosok itu sudah
menjatuhkan dirinya ke permukaan tanah . Kepalanya terantuk mengenai bagian
tumpul batu nisan tersebut . Rasa pening mulai menyerang keningnya . Sambil
memegangi kepalanya , ia melihat sosok yang ditutupi oleh kain merah menatap
tajam ke arahnya .
Ia mengamati apa yang digenggam di tangan kanannya –
sebuah golok . Sebuah golok terhunus dari belakangnya , kini sudah terpampang
di matanya .
Arrrgggghh !
Secepat kilat golok tersebut sudah menyabet leher
Andy . Darah kental menyembur kencang membasahi wajah , pinggiran batu nisan
serta penutup mulutnya . Andy kejang – kejang sesaat sebelum nafas dalam
tubuhnya benar – benar hilang .
Tak puas melihat korbannya mati dengan luka sabetan
menganga di leher , sosok tersebut secara membabi buta membacoknya hingga puas
.
Bola matanya berputar – putar
mengamati keadaan makam dan terlihatlah semak belukar tumbuh tak jauh dari
tempat pembantaian sadis tersebut . Keadaan makam yang benar – benar sepi ,
menguntungkan dirinya . Tanpa rasa ragu sosok itu menyeret tubuh tak berdaya
Andy ke semak belukar dan membuangnya ke sana .
Dipandanginya mayat malang tersebut
seraya melepaskan kain yang menutupi mulutnya .
“ Selamat tinggal kawan . “
Bola matanya hampa , tak ada tanda
kehidupan yang terpancar . Seakan – akan telah tertutupi kabut tebal yang
bernama dendam dan kebencian yang mengakar di dalamnya .
No comments:
Post a Comment