Sunday, 29 May 2016

Jikalau Hatiku





Jikalau aku bisa menemukan cinta dari seorang wanita
Apakah rasa takut yang membatu bisa terpecah begitu saja?
Bagiku
Menerima adalah hal sulit
Entah mengapa hatiku kurang ikhlas
Memperbolehkan cinta yang diperbolehkan hatiku
Apa salah mereka hatiku
Aku hanya ingin mengobati rasa sakit
Yang membusukkan denyut nadiku
Coba terima dia
Coba buka pelukmu yang terkatup
Jangan kau anggap semua cinta adalah fobia
Tapi apa kita tidak bisa mencintai orang yang kita cintai?
Haruskah pada awalnya aku membuka hati
Untuk seseorang yang tidak serius kucintai?
Apa cinta sejati berawal dari hal yang tak kita tahu apa jadinya?
Orang sering berkata seperti itu
Apakah perkataan mereka adalah kebenaran?
Apakah cuma omong kosong yang menawarkan kesenangan sesaat?
Aku mengerti
Umurku dua puluh tahun
Dan aku belum pernah mengalami asmara seperti lainnya
Ketika kau mengincar dia yang tepat di hatimu
Kenyataan memutarbalikkan ekspetasimu
Dan kau hanya menjadi korban kekejaman dunia
Di manakah kau sebenarnya inginnya hatiku?
Jangan biarkan aku merana dalam kehampaan?
Berikan kunci emas membuka hati kecil yang tersegel gelapnya kesepian
Maaf jika aku berlebihan
Maaf jika aku tak tegas dalam hal cinta
Setidaknya beri tahu aku
Apakah aku bisa menyentuh palung hatimu...

Tuesday, 17 May 2016

Dirinya yang Mencintaiku



Kemarilah hai dewi cinta
Lihatlah aku merindukan dirinya
Sungguh aku merindukannya dari lubuk hati terdalam

Maukah kau duduk di sampingku
Mendengarkan celotehan lelaki yang inginkan wanita pujaannya kembali
Entah mengapa hati ini terasa hampa
Sesudah kukecap kenyataan sepahit empedu

Aku lemah bagaikan seonggok boneka
Jiwaku hilang ragaku terlihat
Entah mengapa hanya dirinya yang melengkapi hati ini
Dirinya ibarat kunci tunggal yang membongkar gembok hatiku

Aku mengkhayalkan dirinya bercumbu mesra
Aku mengkhayalkan dirinya memanggil namaku
Mendekap leherku sambil membisikkan cinta
Tapi realita sungguh menyakitkan

Dia sudah dimiliki orang lain
Ya mungkin aku terlalu mengharapkannya
Bagaimana mungkin dia kan kembali
Aku tak lagi ada di benaknya

Aku harus cari wanita lain
Namun entah kenapa pintu hatiku
Tak terbuka menyambut cinta wanita lain

Hai dewi cinta sampaikan pada Tuhan
Bahwa aku menginginkan dirinya
Dirinya yang memang mencintaiku
Dirinya yang menganggapku adalah pikirannya
Dirinya yang menganggapku adalah hidupnya
Hidup bersama dirinya
Sampai malaikat maut menjemput kami
menghadapMu...

Sunday, 15 May 2016

Absurd : Misteri Tiga Wajah Iblis - 13



Seperti yang dikatakan Cahyana via handphone, Adi harus membuka gembok gerbang dengan kunci yang disimpan dalam saku celana. Ia turun dari mobil lalu mendekati gerbang. Begitu gerbang terbuka, pria itu memasukkan mobil ke dalam pekarangan. Sesampainya di pekarangan, Adi harus membuka pintu garasi agar bisa menyimpan mobil.
            Adi melangkah ke dalam rumah bersama dengan kepenatan pikiran. Belum lagi dia bisa menemukan pelaku pembunuhan Rizal, ia harus dihadapkan dua kasus hilangnya seorang perempuan berusia 16 tahun, Octaviany Ananda dan rekan kerjanya, Bripka Dharmawan. Untuk perempuan itu, ia akan berencana mengunjungi kediaman sang orang tua di alamat yang sudah tertulis di belakang foto. Dan untuk Briptu Dharmawan, Adi akan melakukan hal yang sama. Jika diperlukan, ia akan membuat pamflet yang sering ditempelkan di tempat-tempat umum.
            Tapi kali ini, lelaki muda itu terlihat agak letih. Ia menyeret langkah seraya membanting tubuh di atas keempukanspring bed. Ada banyak persoalan yang belum bisa diselesaikan sampai saat ini termasuk komitmen untuk mempunyai anak. Setelah dipikir-pikir, apa yang telah dikatakan ibunya saat dirinya berada di Kisaran, memang tepat. Seharusnya, ia harus lebih tegas dalam mengatur kehidupan rumah tangganya yang baru dijalaninya termasuk karier Cahyana. Bukan bermaksud membatasi kreativitas sang istri. Adi menginginkan agar istrinya bisa membagi waktu untuk urusan kerja dan lebih mengutamakan urusan keluarga. Memikirkan hal ini saja, sudah membuat kelopak mata Adi begitu erat sampai mengangkatnya saja tidak sanggup.
            Adi tidak tahu berada lama ia dalam kondisi tertidur. Untuk memastikan hal itu, ia mengerling ke arloji yang melingkari lengan. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Padahal, ia sudah berada di rumah sekitar satu jam yang lalu. Ia menyadari rupanya ia sudah tertidur cukup lama. Map biru muda yang dipegang masih berada di sebelah kanan kepalanya.Adi harus menyimpan map itu ke tempat yang semestinya, ke dalam laci lemari pakaian.
            Saat pintu lemari terbuka, entah mengapa rasanya, ia ingin melihat kertas hasil cek kesuburan mereka di lab rumah sakit Vita Insana. Kalau dirinya tidak salah ingat, istrinya menyimpan kertas hasil lab di bagian terbawah tumpukan pakaian Cahyana. Ketika akta lahirnya sudah tersimpan, ia mengubah fokus perhatian, mencari kertas itu.
            Di tumpukan pertama, ia tidak menemukan keberadaan kertas itu. Namun, ia tidak menyerah bergitu saja. Adi terus melakukan pencarian di bagian tumpukan pakaian yang terakhir, di tumpukan keempat. Usaha Adi membuahkan hasil. Ia melihat kertas itu terselip di antara pakaian istrinya. Membuka tali yang melilit amplop coklat.Pelan-pelan melihat apa isinya. Isi amplop itu memang sesuai apa yang diharapkan. Secarik kertas berisikan informasi mengenai cek kondisi kesehatan reproduksi mereka. Sejauh ini, lelaki itu tidak melihat ada hal aneh. Berdasarkan hasil pemeriksaan lab, mereka dinyatakan subur dan bisa memiliki keturunan. Namun, batin Adi tetap menyatakan kalau ada sesuatu yang tidak beres dalam kertas yang dipegang saat ini.
            Adi meraih amplop yang berada di sampingnya. Ia mengamati alamat praktek bidan yang tertera di kiri atas amplop itu.
            Spesialis Kandungan
            dr. Rama Yanna Lamria, SpOG
            Jalan Pusat Kota 13 blok A
            No. HP 081374291223
            Lelaki muda itu menganggukkan kepala begitu mendapatkan informasi mengenai dokter spesialis yang pernah mereka kunjungiketika berkonsultasi tentang perkawinan. Adi langsung mengetik nomor handphone sang dokter, melakukan panggilan.
            “Hallo,” sapa Adi halus begitu nomor handphone yang dituju tersambung.
            “Hallo, dengan siapa saya bicara saat ini?” jawab suara perempuan yang berada di sana.
            “Apakah ini benar Dokter Rama?”
            “Ya, benar. Kalau boleh saya tahu, ini siapa?”
            “Ini Saya Ibu Dokter, Pak Adi yang pernah mengunjungi tempat praktik Ibu bersama dengan istri saya. Saya juga pernah melakukan cek kesehatan reproduksi di tempat ibu praktik.”
            “Oh ya, saya sudah mengingatnya sekarang. Ada perlu apa Bapak menelepon saya?” Rama menepuk kening sendiri menyadari bahwa ia pernah melayani kunjungan Adi dan istrinya di tempat prakteknya.
            “Bisakah dokter berkata jujur mengenai kertas hasil cek kesehatan reproduksi saya dan istri saya?”
            “Apa maksud perkataan Bapak?” tanya dokter Rama seolah tidak mengerti.
            “Saya mengamati ada kejanggalan dalam kertas yang saya pegang saat ini. Saya hanya butuh kejujuran dari dokter. Apakah istri saya pernah menyuruh Anda untuk mengubah hasil tes lab dari rumah sakit? Saya hanya butuh pengakuan dari dokter agar rumah tangga saya tidak hidup dalam kebohongan semata. Saya juga tidak mau rumah tangga kami berantakan hanya karena pihak luar ikut campur di dalamnya.”
            Adi mencoba melakukan penekanan psikologis agar sang dokter mau berkata jujur. Sampai detik ini, Dokter Rama belum mengutarakan jawaban tapi Adi masih setia menungggu jawaban sang dokter. Ada harapan bagi Adi ketika sang dokter mulai berdeham.
            “Jujur saja saya berat mengatakan hal ini, Pak Adi. Tapi, apapun yang saya katakan, Bapak benar-benar harus siap.”
            “Katakan saja, Ibu Dokter. Saya akan mencoba menerimanya,” sahut Adi. Ia berusaha menguatkan hati jikalau kenyataan yang diungkapkan sang dokter sesuai dengan apa yang diperkirakan.
            “Saya sudah memanipulasi hasil cek laboratorium Anda dan istri Anda, ibu Cahyana. Sebelum kalian berdua datang ke tempat saya, ibu Cahyana sudah terlebih dahulu mengunjungi tempat praktik saya. Dia berpesan jika hasil tes menunjukkan salah satu dari kalian berdua tidak bisa menghasilkan keturunan, maka saya akan mengubah hasil tes laboratorium. Dan hasil tes yang sebenarnya menunjukkan... kalau Anda tidak bisa mempunyai keturunan...,”
            Suasana mendadak diselimuti keheningan. Tidak ada yang berani bersuara. Baik Adi maupun dokter Rama. Mereka sama-sama membisu. Bibit penyesalan menyeruak dalam hati dokter Rama. Ia yakin sekali, apa yang ia katakan akan menyakiti hati lelaki manapun. Bagaimana tidak. Sudah menjadi kewajiban seorang suami menafkahi kebutuhan biologis sang istri sekaligus memberikan keturunan untuk mempertahankan generasi. Selama ini Adiselalu berprasangka kalau Cahyana tidak bisa menghasilkan keturunan karena disibukkan dengan pekerjaan padahal ia sendiri yang tidak bisa menunaikan kewajiban sebagai seorang suami.
            Dokter Rama mencoba menanyakan apakah Adi baik-baik saja di sana. Tapi yang terdengar hanya suara benturan benda keras. Setelah itu, dirinya tak mendengar suara apapun lagi termasuk dari Adi.
            Begitu mendengar penuturan dari dokter Rama, Adi melemparkan handphone ke dinding. Benturan keras membuat komponen penyusun handphone berhamburan entah ke mana. LCD retak terkena material dinding beton yang begitu keras. Tubuh lelaki itu mendadak lunglai agak terhuyung merapat ke dinding. Hingga perlahan-lahan merosot hingga pantat Adi menyentuh lantai keramik yang dingin.
            Dia berteriak sekuat tenaga sambil meratapi kenyataan yang terjadi. Cahyana begitu tega membohongi dirinya. Ini benar-benar di luar dugaan. Jika Cahyana mau jujur padanya, ia takkan menaruh harapan begitu besar sekaligus berprasangka buruk pada istrinya. Mereka pasti bisa menemukan jalan lain memperoleh keturunan. Adi ingin tahu apa yang dikatakan perempuan itu begitu ia mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Sayangnya, ponselnya rusak parah. Ia tidak bisa menghubungi dan meminta penjelasan sang istri. Adi memutuskan untuk menunggu kedatangan Cahyana yang dikabarkan akan tiba kira-kira esok pagi. Ya, dirinya akan tetap menanti.