Ini
Sudah Pukul Satu Dini Hari
11 Desember 2012
Urat nadi bola mata merah mencuat. Masih beradu tahan
lama menahan pendar cahaya laptop. Jemari kurus itu masih berkutat dengan tuts
laptop. Dari tuts yang ditekan, susunan huruf demi huruf terpampang rapi di lembar kerja Microsoft Word.
Tanggung. Tinggal
dua halaman lagi. Semangat. Semangat, ucap perempuan itu dalam hatinya.
Seorang wanita paruh baya keluar dari kamar kecil. Sambil
mengelus pelan kelopak mata, wanita itu menoleh ke arah jam dinding.
“Kamu belum tidur, Nak? Ini sudah pukul satu dini hari.
Besok kan kamu masuk kuliah,” ujar sang wanita yang berkata ‘Nak’ itu.
“Iya, sebentar lagi ya, Bu. Tinggal dua halaman lagi,”
balas perempuan muda itu.
Berteriak dalam
sumpalan kain itu percuma tapi tetap saja dilakukan oleh Sheila. Meronta-ronta
tangannnya dalam ikatan ketat tali tambang. Sementara melepaskan diri dalam
kesia-sian, seorang perempuan berambut panjang pirang memegang sebilah pisau
dapur berukuran besar. Perempuan tersandera itu melebarkan kelopak matanya. Ia
tahu bahaya besar sedang mengintai nyawa.
“Kamu wanita jalang penjaja
kenikmatan sesaat tak pantas hidup di dunia. Pemikiran para lelaki jadi mengacu
pada seks sebagai kenikmatan. Bukan sesuatu yang sakral.”
Perempuan misterius itu juga
menyeret sebuah karung di tangan sambil mengeluarkan isi dalam karung.
Jeritan perempuan itu makin tak
karuan. Ia meronta-ronta tak tentu arah begitu mengetahui isi karung itu.
“Itu kepala lelaki hidung belang
yang jadi pelangganmu tadi. Ya kira-kira seperti itulah hal yang akan kulakukan
padamu. Tapi bersyukurlah aku masih berbaik hati padamu, teman sesama wanita,”
jelas perempuan misterius itu sambil menempelkan sisi tajam pisau di pipi mulus
wanita itu.
Perempuan itu
juga menghela napas. Memang melelahkan memfokuskan pikiran 100% pada satu pekerjaan.
Ia juga mengelus kelopak mata secara lembut sambil meraih cangkir berkuping.
“Sangking seriusnya, aku tidak sadar kalau kopi yang
kuminum tinggal ampas,” gumam perempuan muda itu sambil menjulurkan lidah
menikmati tetes terakhir ampas kopi. Agak pahit tapi manis gula ikut melebur di
dalamnya.
Ia akhirnya menggerakkan leher ke arah jam dinding. Betul
yang dikatakan ibunya. Jarum panjang dan
pendek menunjukkan pukul satu lewat lima belas menit dini hari. Dan besok ada
jadwal mata kuliah masuk jam sembilan pagi.
“Ada baiknya aku menuruti kata-kata Ibu. Besok aku juga
ada masuk perkuliahan,” ujar perempuan itu sambil menyimpan data ke dalam flashdisk. Kalau soal cangkir, besok ia
akan menyimpannya ke dapur.
No comments:
Post a Comment