Wednesday, 12 April 2017

Sang Novelis - 14



Obrolan Pertama dengan Sang Penulis
            19 Desember 2012
            Jika direnungkan secara mendalam, sebenarnya tidak ada momen yang benar-benar tepat untuk melakukan suatu kemajuan diri. Ketika ingin memulai langkah pertama untuk berubah, kendala bisa saja datang darimana saja. Dari luar lingkungan maupun diri sendiri. Tapi kendala dari diri sendiri terkadang membuat kita kesulitan menjejakkan langkah pertama. Perlu motivasi kuat dan konsistensi untuk menjejakkan langkah pertama. Tanpa motivasi kuat dan konsistensi, kendala yang sebenarnya sepele, bisa menjadi alasan yang bisa menghancurkan kemajuan itu sendiri.
            Dan bicara soal motivasi dan konsistensi, perempuan yang satu ini sudah mempunyai dua hal tersebut. Ia sudah bertekad untuk berbicara dengan penulis novel Last Holiday via Facebook Messanger.
            Seusai makan malam perempuan itu langsung menuju kamar. Ia membuka laptop yang sedari pagi tergeletak di atas meja. Begitu laptop menampakkan wallpaper, perempuan itu menancapkan modem ke dalam USB. Saat modem sudah terhubung ke internet, dia membuka shortcut Mozila Firefox lalu mengetik halaman sebuah media sosial.
            Sebelumnya perempuan itu agak ragu memulai percakapan dengan seorang penulis yang bisa dikatakan terkenal. Bisa saja sang penulis sedang sibuk membuat workshop atau seminar kepenulisan di sekolah, kampus, toko buku atau tempat-tempat penting lainnya. Hal itu yang sempat membuat dirinya enggan bertanya kepada penulis itu.
            Tapi kali ini, dia sudah memiliki motivasi yang menguatkan dirinya, bertanya kepada penulis idolanya itu. Mengetahui seluk beluk teknik menulis yang baik.
            Ketika halaman Facebook perempuan itu sudah terlihat, dia mulai menekan tuts keyboard mencari nama penulis yang ia inginkan.
            Ini dia, ucap perempuan itu dalam hati begitu nama profil Facebook yang ia cari sudah ditemukan.
            Sudah menjadi suatu kelaziman mengucapkan sebuah kata sapaan kepada orang yang belum dikenal.
            Selamat malam, Bang.  
            Tiga kata itu dipilih sebagai pengantar percakapan dirinya dengan sang penulis. Sambil menunggu balasan, ia memilih membuka halaman lain. Tak menunggu lama, notifikasi obrolan langsung muncul di beranda Facebook perempuan itu.
            Selamat malam juga. Ada apa?
            Kata “ada apa” menunjukkan kalau sang penulis tidak suka berbasa-basi apa orang yang tidak dikenal. Tapi perempuan itu memilih bertanya-tanya seputar penjualan novel Last Holiday yang jika dilihat menduduki peringkat penjualan terbaik di tiga bulan ini. Dan dengar-dengar novel Last Holiday sudah dua kali cetak.
            Puji Tuhan, novel Last Holiday cukup memuaskan, jawab penulis itu.
            Dia mulai bertanya kepada penulis itu bagaimana pertama kali mendapatkan ide menulis novel Last Holiday.
            Jika berbicara tentang ide, sebenarnya, ide menulis suatu novel bisa didapatkan dari mana saja. Pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain. Tidak peduli pengalaman itu baik atau buruk, hal itu bisa kau jadikan sebagai inspirasi dalam menulis novelmu.
            Melihat beberapa kata yang terderet dalam percakapannya dengan penulis itu, dia memilih mengambil sebuah notes kecil dan menulis apa yang dikatakan penulis itu sebelum melanjutkan percakapan itu lagi.
            Abang pernah mengalami kendala dalam menulis?
            Kalau kendala, itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Bahkan penulis terkenal di atas saya sekali pun, pernah mengalami kendala dalam menulis. Misalkan saja buntu ide di awal menulis kalimat pertama. Bisa juga penulis mengalami kebuntuan ketika di pertengahan cerita atau ketika mengakhiri cerita. Saya sendiri ketika mengalami yang namanya kebuntuan, hal yang saya langsung yakni berhenti. Bukan berhenti sebagai penulis maksudnya. Berhenti sejenak dari kegiatan menulis. Kamu bisa membaca buku referensi lain berkaitan dengan apa yang sedang kamu tulis. Ada juga cara lain seperti berolahraga atau tidur beberapa menit atau jam. Tapi kalau kamu bilang kendala seperti tidak punya waktu untuk menulis atau tidak punya talenta yang cukup untuk memulai menulis, yang harus kamu lakukan, menurut saya, adalah bertanya pada diri sendiri, apakah kamu benar-benar ingin menjadi seorang penulis? Yang kedua, apa motivasi terkuatmu yang menjadi pondasi dalam menulis. Dan yang terakhir, jika sudah menjawab kedua pertanyaan di atas, berdoalah kepada Tuhan dengan tulus supaya Dia memberikan waktu untukmu menulis.
            Sambil menulis di atas notes, perempuan itu menghayati kata demi kata yang tertulis di layar laptopnya. Satu hal yang memang menjadi kendala dalam menulis—dia tidak sungguh-sungguh menyelesaikan tulisan. Ada beberapa tulisan yang sampai saat ini belum diselesaikan tapi sudah masuk ke tulisan lainnya. Meskipun kali ini dia mempunyai satu tulisan yang sedang ingin diselesaikan, itu pun waktu pengerjaannya sudah memakan waktu tujuh bulan karena perempuan itu sering menulis ketika mood sedang baik. Jika mood sedang tidak enak, bisa saja dia tidak menulis selama seminggu lebih.
            Sebenarnya, ada tidak teknik menulis yang baku dan standar?
            Perempuan itu menuliskan pertanyaan itu. Karena kelopak mata sudah begitu berat untuk diangkat. Badan terlalu lelah dipaksakan bertahan di depan layar laptop.
            Sebenarnya tidak ada teknik menulis yang benar-benar bisa dilakukan semua orang jika mereka ingin menulis. Kalaupun ada penulis terkenal atau ahli kesusastraan di dunia ini menulis buku tentang teknik-teknik menulis yang jitu dan ampuh sekali pun, belum tentu semua orang bisa menerapkan itu. Semua orang punya gaya dan keunikan masing-masing dalam teknik menulis. Jika kamu membaca buku tentang teknik menulis, kamu bisa meniru cara atau langkah yang dianjurkan. Tapi tidak semua. Itu menurut diri sendiri yang benar-benar bisa kamu lakukan. Dari semua yang terdapat dalam buku teknik menulis, yang mereka inginkan tetap satu. Menjaga konsistensi minat setiap calon atau para penulis dalam kegiatan menulis. Itu menurut saya.
            Walau penulis itu tak mengungkap apa yang dibicarakan lewat lisan, perempuan itu menggangguk beberapa kali menyetujui apa yang katakan penulis itu. Lagi-lagi, dia mendapatkan satu kesalahan lagi. Tapi hanya perempuan itu yang tahu apa kesalahan itu.
            Ini sudah tidak bisa tertahankan lagi. Perempuan itu menutup percakapan dan berkata dia akan beetanya-tanya lagi soal dunia kepenulisan. Penulis itu tidak keberatan berbagi cerita, pengalaman, atau penjelasan kepada perempuan itu. Ketika laptop benar-benar tak aktif, dia melangkahkan kaki menuju ranjang peristirahatan empuk dan nyaman.

No comments:

Post a Comment