Wednesday, 8 July 2015

Bloody Rose



Tok tok tok
Aku bergegas keluar dari kamar begitu mendengar suara ketukan pintu . Kukucek – kucek lembut kedua mataku sambil melirik jam yang terpaku di dinding . Masih pukul 06 . 00 . Kini tanganku sudah memegang gagang pintu . Ketika aku membukanya , aku tidak menduga seseorang telah meletakkan sebuah bingkisan di depan pintu luar rumahku . Sebuah bingkisan dibungkus kertas kado dengan motif boneka Teddy Bear . Langsung saja aku membawa bingkisan itu ke dalam rumah .
            Aku penasaran dengan isi bingkisan tersebut . Sengaja , kuguncang pelan bingkisan itu setidaknya mengetahui kira – kira apa yang ada di dalamnya . Kudekatkan kupingku untuk mengenali suaranya .
            “ Ini benda yang ringan , tapi aku tetap saja tidak tahu apa isinya . Menyebalkan . “ Aku menggerutu dalam hati sambil menerka – nerka .
            Aku sudah berada di kamarku . Rasa penasaranku akan segera terjawab ketika aku mengoyak kertas yang melapisi kotak itu . Tanganku mulai cekatan menyobek kertas kado yang membungkus kotak itu . Tapi aneh , aku merasakan hal yang tak enak begitu tanganku menyentuh kotak itu , sebuah kekuatan menahanku agar aku tak membuka kotak itu . Namun rasa ingin tahuku terus menekanku , akhirnya aku membukanya .
            Jantungku serasa melompat keluar . Aku terpekik keras begitu melihat isinya adalah bunga mawar merah yang berlumuran darah . Ibuku sigap menuju ke kamar begitu mendengar pekikanku .
            “ Ada apa nak ?! “ Mimik wajah ibu berubah cemas melihatku yang terpaku ke arah bingkisan itu .
            Ternyata ibu pun tak kalah kagetnya melihat isi bingkisan itu . Perlahan , aku mulai bisa mengontrol rasa takutku , tapi tanganku masih bergetar ketika mengambil sebuah catatan kecil yang terselip di bawah mawar itu . Jemariku pelan – pelan membuka ujung catatan itu dan dengan seksama membaca apa yang tertulis di sana .
            Kau masih ingat kan dengan Inggrid yang mati dua hari yang lalu ? Jika bunga mawar itu sudah ada padamu , sudah kupastikan kau yang akan menemani Inggrid di neraka sana ...
            Aku langsung meremas dan membuangnya jauh – jauh dari hadapanku . Jujur saja , aku terpukul mendengar berita kematian yang menimpa sahabatku Inggrid . Dia ditemukan tewas dengan dua luka tusuk di bagian perut . Tapi kejanggalan terjadi di mana mayat Inggrid memegang setangkai bunga mawar di tangan kananya . Dan kini bunga mawar itu sudah berada padaku . Apakah aku akan bernasib seperti Inggrid ?
            Ibuku yang mengetahui diriku sedang berada di dalam bahaya menelepon pihak kepolisian untuk menyelidiki siapa pengirim bingkisan mawar berdarah itu .
            “ Jadi kamu dapat bingkisan mawar berdarah itu ya Rin ? “
            “ Ya Nes , bingkisan itu ada di rumahku sekitar pukul 6 pagi begitu aku mendengar seseorang mengetuk pintu rumahku dari luar . “ ujarku pada Agnes . Aku menelpon Agnes sambil menceritakan kejadian yang kualami tadi pagi .
            “ Ngomong – ngomong , kamu bisa kan malam ini datang ke rumahku ? Soalnya di rumah lagi sepi , ibuku pergi ke rumah tanteku . Gimana Rin bisa enggak ? “
            Aku meminta waktu sebentar untuk berpikir . Dalam hatiku , sebenarnya aku sedang malas untuk keluar rumah dan teror mawar berdarah itu benar – benar membuatku ketakutan . Aku takut jika sang pembunuh itu mengincarku ketika aku menuju ke rumah Agnes . Tapi aku segan untuk menolak permintaannya . Dia selalu baik padaku dan jika aku ingin meminta pertolongannya , dia selalu siap menolongku .
            Tak terasa , pagi sudah berganti . Aku harus bersiap – siap menuju rumah Agnes . Aku menyuruh adikku untuk mengantarku menggunakan sepeda motornya . Malam ini , aku hanya mengenakan sebuah piyama berwarna pink agak tipis . Ibu dan ayahku yang melihatku berpakaian seperti ini , langsung memanggilku .
            “ Rini , kamu mau pergi ke mana ? “ Ibu mencegatku ketika Dody adikku memutar kunci sepeda motor .
            “ Malam ini aku ada kerja kelompok dengan Agnes di rumahnya , Ma . “ Aku melebarkan senyumku agar ibu tak mengetahui kebohonganku .
            “ Kamu yakin ? “ tanya ibu sekali lagi .
            Aku hanya mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan ibu . “ Kalau begitu , hati – hati ya , terus aktifkan handphone , jika ada apa – apa . “ ujar ibu . “ Pakai jaketmu supaya tidak masuk angin . “ sambung ayah yang berdiri di samping ibu .
            Betul kata ayah . Angin malam begitu dingin hingga menusuk tulangku . Jaket yang kukenakan pun tak bisa menghalangi hembusan angin yang menyentuh tanganku . Aku melihat bulu tanganku ikut berdiri merasakan dingin angin malam yang seperti es .
            Dalam waktu tempuh sekitar 10 menit , aku tiba di depan rumah Agnes . Aku berterimakasih pada adikku dan ia berlalu pergi meninggalkanku . Aku berulang kali memanggil – manggil namanya berharap Agnes akan keluar dan membuka pintu pagarnya .
            “ Kamu sudah datang ya Rin , maaf membuatmu menunggu lama . “ Agnes keluar dari dalam rumahnya sambil membawa kunci gembok pagarnya .
            Agnes memutar kuncinya ke kanan dan gembok pun terbuka . Ia mendorong pagar ke kanan membiarkan diriku masuk ke pekarangan rumahnya . Keadaan rumah Agnes sepi sekali . Agnes mengatakan bahwa ibunya baru saja pergi sekitar setengah jam lalu . Aku sangat paham bagaimana kehidupan Agnes . Agnes merupakan anak tunggal perempuan dalam keluarganya . Sebelumnya , ia mempunyai seorang adik laki – laki , tapi naas . Adiknya meninggal dalam sebuah kecelakaan motor dua tahun lalu dan ia sudah lama berpisah dengan ayahnya hampir 4 tahun karena kedua orang tuanya sepakat untuk bercerai .
            “ Silakan duduk dulu Rin . Aku mau mengambil makanan sama minuman dulu ya . “ Agnes mempersilahkan diriku untuk duduk di sofanya sementara ia undur diri menuju dapur .
            Sambil menunggu Agnes datang , aku membuka handphone dan membalas SMS dari pacarku , Kelvin . Tak butuh waktu lama , Agnes sudah membawa setoples keripik singkong dan segelas teh manis hangat . Kebetulan aku haus , langsung saja kusambar gelas yang sudah diletakkan di hadapanku dan meminumnya .
            Selama 30 menit berlalu , kami menghabiskan waktu dengan berbicara seputar cowok di sekolah . Aku mengatakan bahwa Kelvin adalah orang yang baik dan perhatian . Ia sering sekali mengajariku bermain keyboard jika dirinya punya waktu senggang . Agnes hanya menyunggingkan senyum kecut mendengar ceritaku tentang Kelvin . Sepertinya , ia tidak suka kalau aku bercerita tentang Kelvin dan aku tidak tahu apa penyebabnya .
            “ Hoam . “ Mulutku menganga lebar . Rasa kantuk mulai menyerang tubuhku .
            “ Kamu ngantuk , Rin ? “
            “ Kelihatannya begitu , rasanya badanku lelah sekali . “ Mulutku terus saja terbuka lebar . Aku tak sanggup lagi menahan kelopak mata yang sudah terasa berat dan aku pun tertidur di sofa Agnes .
            Aku mengerjapkan mataku berulang kali . Diriku merasa kalau aku sudah lama tertidur , mungkin sejam . Ruangan di mana tempatku tertidur berbeda sekali . Lembab dan minim pencahayaan . Lampu neon 5 watt bersinar redup menjadi sumber penerangan satu – satunya di sana . Aku tersentak begitu mengetahui kedua tanganku dalam kondisi terikat .
            “ Oh kau sudah bangun Rin ? Aku tidak menyangka meskipun tubuhmu kurus , tapi aku kepayahan juga mengangkatmu sampai ke gudang . “ suara deritan pintu yang terbuka sungguh mengagetkanku terlebih seseorang yang masuk ke dalamnya .
            “ Agnes ! Apa – apaan kamu ini ?! Mengapa kamu mengurungku di sini ?! “ pekikku keras . Aku emosi diperlakukan dirinya seperti ini .
            “ Mengurungmu ?Jangan berprasangka buruk begitu donk , Rini . Aku dengan senang hati lho memindahkan kamu ke sini , tapi kamu malah bentak – bentak aku . “ ucap Agnes manja dan agak cemberut .
            “ Apa sebenarnya mau kamu ?! “ Aku membentaknya seraya menatap tajam ke dalam matanya .
            “ Mauku sederhana sekali yaitu .. Menyingkirkan kamu Rini . “
            Aku terperangah , tak kusangka Agnes akan berkata seperti itu . Hatiku bertanya – tanya mengapa Agnes tega melakukan hal ini .
            “ Hey Rini ternyata kamu sama kayak si Inggrid . Sama – sama gatal . Kalian berdua kan sudah tahu kalau aku suka sama si Kelvin , eh tahu – tahunya kalian main belakang ya . Sahabat macam apa kalian berdua ?! Aku sudah berbuat baik sama kalian dan seperti ini balasannya ?! “ Agnes membalas tatap mataku lebih tajam lagi . Aku yang merasa bersalah , memalingkan mataku ke kiri . Sungguh tak terduga , Agnes akan bertindak sekejam itu pada Inggird karena masalah lelaki semata .
            “ Sepertinya Inggrid kesepian di neraka sana , bagaimana kalau aku mempercepatpertemuan kaliandi sana ? “ Agnes menyeringai jahat ke arahku . Aku hanya bisa menangis , mengiba agar Agnes menghentikan perbuatannya , tapi kurasa percuma . Aku hanya tinggal menunggu waktu .
            Agnes mengambil pisau yang diselipkan di dalam celana jeansnya . Ia mengarahkan pisau itu ke wajahku , berulang kali digoreskan ke wajahku lalu ke leherku . Tiap jengkal tubuhku tak luput dari goresan pisau . Lelehan darah kental tak henti – hentinya mengalir dari tubuhku .
            “ Arrrggghhh ! “

selesai

No comments:

Post a Comment