Tok
tok tok
Aku bergegas keluar dari kamar begitu
mendengar suara ketukan pintu . Kukucek – kucek lembut kedua mataku sambil
melirik jam yang terpaku di dinding . Masih pukul 06 . 00 . Kini tanganku sudah
memegang gagang pintu . Ketika aku membukanya , aku tidak menduga seseorang
telah meletakkan sebuah bingkisan di depan pintu luar rumahku . Sebuah bingkisan
dibungkus kertas kado dengan motif boneka Teddy Bear . Langsung saja aku membawa
bingkisan itu ke dalam rumah .
Aku
penasaran dengan isi bingkisan tersebut . Sengaja , kuguncang pelan bingkisan
itu setidaknya mengetahui kira – kira apa yang ada di dalamnya . Kudekatkan
kupingku untuk mengenali suaranya .
“
Ini benda yang ringan , tapi aku tetap saja tidak tahu apa isinya . Menyebalkan
. “ Aku menggerutu dalam hati sambil menerka – nerka .
Aku
sudah berada di kamarku . Rasa penasaranku akan segera terjawab ketika aku
mengoyak kertas yang melapisi kotak itu . Tanganku mulai cekatan menyobek
kertas kado yang membungkus kotak itu . Tapi aneh , aku merasakan hal yang tak
enak begitu tanganku menyentuh kotak itu , sebuah kekuatan menahanku agar aku
tak membuka kotak itu . Namun rasa ingin tahuku terus menekanku , akhirnya aku
membukanya .
Jantungku
serasa melompat keluar . Aku terpekik keras begitu melihat isinya adalah bunga
mawar merah yang berlumuran darah . Ibuku sigap menuju ke kamar begitu
mendengar pekikanku .
“
Ada apa nak ?! “ Mimik wajah ibu berubah cemas melihatku yang terpaku ke arah
bingkisan itu .
Ternyata
ibu pun tak kalah kagetnya melihat isi bingkisan itu . Perlahan , aku mulai
bisa mengontrol rasa takutku , tapi tanganku masih bergetar ketika mengambil
sebuah catatan kecil yang terselip di bawah mawar itu . Jemariku pelan – pelan
membuka ujung catatan itu dan dengan seksama membaca apa yang tertulis di sana
.
Kau masih ingat kan dengan Inggrid yang mati
dua hari yang lalu ? Jika bunga mawar itu sudah ada padamu , sudah kupastikan
kau yang akan menemani Inggrid di neraka sana ...
Aku
langsung meremas dan membuangnya jauh – jauh dari hadapanku . Jujur saja , aku
terpukul mendengar berita kematian yang menimpa sahabatku Inggrid . Dia
ditemukan tewas dengan dua luka tusuk di bagian perut . Tapi kejanggalan
terjadi di mana mayat Inggrid memegang setangkai bunga mawar di tangan kananya
. Dan kini bunga mawar itu sudah berada padaku . Apakah aku akan bernasib
seperti Inggrid ?
Ibuku
yang mengetahui diriku sedang berada di dalam bahaya menelepon pihak kepolisian
untuk menyelidiki siapa pengirim bingkisan mawar berdarah itu .
“
Jadi kamu dapat bingkisan mawar berdarah itu ya Rin ? “
“
Ya Nes , bingkisan itu ada di rumahku sekitar pukul 6 pagi begitu aku mendengar
seseorang mengetuk pintu rumahku dari luar . “ ujarku pada Agnes . Aku menelpon
Agnes sambil menceritakan kejadian yang kualami tadi pagi .
“ Ngomong
– ngomong , kamu bisa kan malam ini datang ke rumahku ? Soalnya di rumah lagi
sepi , ibuku pergi ke rumah tanteku . Gimana Rin bisa enggak ? “
Aku
meminta waktu sebentar untuk berpikir . Dalam hatiku , sebenarnya aku sedang
malas untuk keluar rumah dan teror mawar berdarah itu benar – benar membuatku
ketakutan . Aku takut jika sang pembunuh itu mengincarku ketika aku menuju ke
rumah Agnes . Tapi aku segan untuk menolak permintaannya . Dia selalu baik
padaku dan jika aku ingin meminta pertolongannya , dia selalu siap menolongku .
Tak
terasa , pagi sudah berganti . Aku harus bersiap – siap menuju rumah Agnes .
Aku menyuruh adikku untuk mengantarku menggunakan sepeda motornya . Malam ini ,
aku hanya mengenakan sebuah piyama berwarna pink agak tipis . Ibu dan ayahku
yang melihatku berpakaian seperti ini , langsung memanggilku .
“
Rini , kamu mau pergi ke mana ? “ Ibu mencegatku ketika Dody adikku memutar
kunci sepeda motor .
“
Malam ini aku ada kerja kelompok dengan Agnes di rumahnya , Ma . “ Aku
melebarkan senyumku agar ibu tak mengetahui kebohonganku .
“
Kamu yakin ? “ tanya ibu sekali lagi .
Aku
hanya mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan ibu . “ Kalau begitu , hati – hati
ya , terus aktifkan handphone , jika ada apa – apa . “ ujar ibu . “ Pakai
jaketmu supaya tidak masuk angin . “ sambung ayah yang berdiri di samping ibu .
Betul
kata ayah . Angin malam begitu dingin hingga menusuk tulangku . Jaket yang kukenakan
pun tak bisa menghalangi hembusan angin yang menyentuh tanganku . Aku melihat
bulu tanganku ikut berdiri merasakan dingin angin malam yang seperti es .
Dalam
waktu tempuh sekitar 10 menit , aku tiba di depan rumah Agnes . Aku
berterimakasih pada adikku dan ia berlalu pergi meninggalkanku . Aku berulang
kali memanggil – manggil namanya berharap Agnes akan keluar dan membuka pintu
pagarnya .
“ Kamu
sudah datang ya Rin , maaf membuatmu menunggu lama . “ Agnes keluar dari dalam
rumahnya sambil membawa kunci gembok pagarnya .
Agnes
memutar kuncinya ke kanan dan gembok pun terbuka . Ia mendorong pagar ke kanan
membiarkan diriku masuk ke pekarangan rumahnya . Keadaan rumah Agnes sepi
sekali . Agnes mengatakan bahwa ibunya baru saja pergi sekitar setengah jam
lalu . Aku sangat paham bagaimana kehidupan Agnes . Agnes merupakan anak
tunggal perempuan dalam keluarganya . Sebelumnya , ia mempunyai seorang adik
laki – laki , tapi naas . Adiknya meninggal dalam sebuah kecelakaan motor dua
tahun lalu dan ia sudah lama berpisah dengan ayahnya hampir 4 tahun karena
kedua orang tuanya sepakat untuk bercerai .
“
Silakan duduk dulu Rin . Aku mau mengambil makanan sama minuman dulu ya . “ Agnes
mempersilahkan diriku untuk duduk di sofanya sementara ia undur diri menuju dapur
.
Sambil
menunggu Agnes datang , aku membuka handphone dan membalas SMS dari pacarku ,
Kelvin . Tak butuh waktu lama , Agnes sudah membawa setoples keripik singkong
dan segelas teh manis hangat . Kebetulan aku haus , langsung saja kusambar
gelas yang sudah diletakkan di hadapanku dan meminumnya .
Selama
30 menit berlalu , kami menghabiskan waktu dengan berbicara seputar cowok di
sekolah . Aku mengatakan bahwa Kelvin adalah orang yang baik dan perhatian . Ia
sering sekali mengajariku bermain keyboard jika dirinya punya waktu senggang . Agnes
hanya menyunggingkan senyum kecut mendengar ceritaku tentang Kelvin .
Sepertinya , ia tidak suka kalau aku bercerita tentang Kelvin dan aku tidak
tahu apa penyebabnya .
“
Hoam . “ Mulutku menganga lebar . Rasa kantuk mulai menyerang tubuhku .
“
Kamu ngantuk , Rin ? “
“
Kelihatannya begitu , rasanya badanku lelah sekali . “ Mulutku terus saja
terbuka lebar . Aku tak sanggup lagi menahan kelopak mata yang sudah terasa
berat dan aku pun tertidur di sofa Agnes .
Aku
mengerjapkan mataku berulang kali . Diriku merasa kalau aku sudah lama tertidur
, mungkin sejam . Ruangan di mana tempatku tertidur berbeda sekali . Lembab dan
minim pencahayaan . Lampu neon 5 watt bersinar redup menjadi sumber penerangan satu
– satunya di sana . Aku tersentak begitu mengetahui kedua tanganku dalam
kondisi terikat .
“
Oh kau sudah bangun Rin ? Aku tidak menyangka meskipun tubuhmu kurus , tapi aku
kepayahan juga mengangkatmu sampai ke gudang . “ suara deritan pintu yang
terbuka sungguh mengagetkanku terlebih seseorang yang masuk ke dalamnya .
“
Agnes ! Apa – apaan kamu ini ?! Mengapa kamu mengurungku di sini ?! “ pekikku
keras . Aku emosi diperlakukan dirinya seperti ini .
“
Mengurungmu ?Jangan berprasangka buruk begitu donk , Rini . Aku dengan senang
hati lho memindahkan kamu ke sini , tapi kamu malah bentak – bentak aku . “
ucap Agnes manja dan agak cemberut .
“
Apa sebenarnya mau kamu ?! “ Aku membentaknya seraya menatap tajam ke dalam
matanya .
“
Mauku sederhana sekali yaitu .. Menyingkirkan kamu Rini . “
Aku
terperangah , tak kusangka Agnes akan berkata seperti itu . Hatiku bertanya –
tanya mengapa Agnes tega melakukan hal ini .
“
Hey Rini ternyata kamu sama kayak si Inggrid . Sama – sama gatal . Kalian
berdua kan sudah tahu kalau aku suka sama si Kelvin , eh tahu – tahunya kalian
main belakang ya . Sahabat macam apa kalian berdua ?! Aku sudah berbuat baik
sama kalian dan seperti ini balasannya ?! “ Agnes membalas tatap mataku lebih
tajam lagi . Aku yang merasa bersalah , memalingkan mataku ke kiri . Sungguh
tak terduga , Agnes akan bertindak sekejam itu pada Inggird karena masalah
lelaki semata .
“ Sepertinya
Inggrid kesepian di neraka sana , bagaimana kalau aku mempercepatpertemuan
kaliandi sana ? “ Agnes menyeringai jahat ke arahku . Aku hanya bisa menangis ,
mengiba agar Agnes menghentikan perbuatannya , tapi kurasa percuma . Aku hanya
tinggal menunggu waktu .
Agnes
mengambil pisau yang diselipkan di dalam celana jeansnya . Ia mengarahkan pisau
itu ke wajahku , berulang kali digoreskan ke wajahku lalu ke leherku . Tiap
jengkal tubuhku tak luput dari goresan pisau . Lelehan darah kental tak henti –
hentinya mengalir dari tubuhku .
“
Arrrggghhh ! “
selesai
No comments:
Post a Comment