Friday, 24 July 2015

Mawar Kelabu Reinold



Reinold duduk manis sambil menggenggam setangkai bunga mawar di sebuah kafe yang ramai di kotanya. Di kafe inilah ia mengajak Monica untuk bertemu dengannya. Ia sudah meminta Monica untuk datang sekitar pukul 19.30 namun perempuan yang ditunggunya tak kunjung datang. Reinold melirik arloji di tangan kirinya dan sepertinya Monica akan terlambat. Sempat keraguan terlintas di pikirannya jikalau Monica tak bisa datang. Keraguan itu tak berlangsung lama ketika ia mendengar suara perempuan menegurnya.
            “ Sudah lama menungguku, Reinold? “ suara lembut Monica membuyarkan keraguan dalam pikirannya.
            “ Ya lumayan. Hampir aja aku dikerubungi lalat. “ Reinold bergurau sambil menyunggingkan senyum pada Monica.
            “ Hahaha kamu ini. Baru aja telat 15 menit udah dilalati. Gimana kalau setengah jam? Pasti kamu bakal dikeluarkan sama pegawai kafe. “ balas Monica sambil menarik kursi dan duduk di depan Reinold.
            Reinold memandang Monica dalam – dalam. Ia mengenakan kemeja coklat ketat berlengan pendek dan rok jeans biru tua. Riasan wajah Monika juga tidak terlalu menor dan terlihat alami, menyatu sekali dengan tema pakaiannya.
            “ Tumben kamu ngajak aku ke kafe. Ada hal yang perlu kamu sampaikan ke aku? “ sambung Monica seraya menaikkan alis kanannya.
            “ Ya sebenarnya aku mau ngasih ini sama kamu. “ Reinold menyerahkan setangkai bunga mawar yang ada di tangannya pada Monica.
            Monica terkesima. Ia tak menduga kalau bunga mawar yang berada di tangan Reinold akan diberikan padanya. Rasa senang dan terkejut bercampur satu dan tak bisa diungkap secara lisan. Monica hanya mengatupkan kedua tangannya menutupi mulutnya.
            “ Makasih banyak Reinold buat bunga mawarnya. Kamu tahu banget kalau aku suka bunga mawar. “ ungkap Monica sambil meraih setangkai bunga mawar pemberian Reinold.
            Dalam hati Reinold ia sama sekali tak menduga kalau Monica suka bunga mawar. Yang ia tahu berdasarkan cerita teman – teman Monica, Monica tidak terlalu menyukai bunga tapi sekarang perkataan temannya tak terbukti. Reinold merasa bangga sekali saat itu.
            “ Monica? “ panggil Reinold.
            “ Ada apa Rein? “ Monica menyahut panggilan Reinold.
            “ Kau tahu kan kalau kita sudah lama saling kenal dan kita sudah saling dekat... “
            Monica menghadapkan wajahnya ke arah Reinold. Mimik wajah dipenuhi rasa penasaran, alis matanya agak mengkerut.
            “ Lalu? “
            “ Aku ingin mengungkapkan apa yang kurasakan padamu saat ini... “ Waktu berjalan seakan lebih lama daripada sebelumnya. Detak jantung Reinold berdebar tak menentu. Ada rasa beda ketika ia ingin menyatakan cinta pada Monica. Hal ini tak pernah terjadi ketika dirinya ingin menyatakan cinta pada perempuan lain. Ia menduga mungkin inilah cinta sejati yang sudah lama ia cari.
            “ Aku suka kamu, kamu mau gak jadi pacarku? “ Reinold sudah mempertaruhkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan hal itu. Sekat yang membelenggu dirinya sudah dipatahkannya. Kini yang ditunggunya adalah jawaban dari pujaan hatinya, Monica.
            Rasa senang di hati Reinold perlahan pudar begitu melihat reaksi Monica yang spontan berubah 180 derajat.
            “ Aku tahu kamu memang lelaki tampan, Reinold, tapi apa kamu bisa membodohi aku semudah itu?! “ Perkataan Monica menusuk bagai belati bermata dua. Melukai hati dan perasaannya. Ia tak menyangka Monica akan berkata seperti itu padanya.
            “ Apa maksud kamu Monica?! “ Reinold berdiri tegak menghadap ke arah Monica. Ia tak kalah emosinya mendengar ocehan panas dari mulut Monica.
            “ Kau tahu, mantanmu Ririn bercerita padaku bahwa kamu itu lelaki yang suka mempermainkan perasaan perempuan. Dia pernah bilang kalau kamu suka menggoda perempuan lain yang lebih cantik dan menarik meskipun kamu sudah punya pacar. Kamu jahat! “ ungkap Monica dengan rasa kesal pada Reinold. Ingin sekali rasanya ia menyiramkan kopi yang berada di cangkirnya tapi diurungkannya.
            “ I-itu tidak benar. Aku bisa beri tahu kamu alasan sebenarnya... “ ucap Reinold gagap karena pandangan orang yang berada di dalam kafe tertuju padanya. Ia tak sanggup menahan rasa malunya dipermalukan Monica di hadapan umum.
            “ Aku pergi. “ tutup Monica seraya beralih dari hadapan Reinold. Reinold sigap menangkap tangan Monica.
            Monica tersentak. Ia memberontak begitu tangan Reinold menggenggam tangannya. Reinold sontak melepas genggamannya saat Monica mengancam akan berteriak. Reinold pasrah sambil membiarkan Monica berlalu di hadapannya.
            Reinold termangu sendirian di luar kafe sembari menyesali perbuatan yang selama ini dilakukannya. Mawar yang dipegangnya menjadi saksi bisu atas keserakahannya karena mempermainkan cinta seorang wanita. Ia meninggalkan kafe setelah ia membayar makanan yang dipesannya.

No comments:

Post a Comment