Reinold duduk manis sambil menggenggam setangkai
bunga mawar di sebuah kafe yang ramai di kotanya. Di kafe inilah ia mengajak
Monica untuk bertemu dengannya. Ia sudah meminta Monica untuk datang sekitar
pukul 19.30 namun perempuan yang ditunggunya tak kunjung datang. Reinold
melirik arloji di tangan kirinya dan sepertinya Monica akan terlambat. Sempat
keraguan terlintas di pikirannya jikalau Monica tak bisa datang. Keraguan itu
tak berlangsung lama ketika ia mendengar suara perempuan menegurnya.
“ Sudah lama menungguku, Reinold? “
suara lembut Monica membuyarkan keraguan dalam pikirannya.
“ Ya lumayan. Hampir aja aku
dikerubungi lalat. “ Reinold bergurau sambil menyunggingkan senyum pada Monica.
“ Hahaha kamu ini. Baru aja telat 15
menit udah dilalati. Gimana kalau setengah jam? Pasti kamu bakal dikeluarkan
sama pegawai kafe. “ balas Monica sambil menarik kursi dan duduk di depan
Reinold.
Reinold memandang Monica dalam –
dalam. Ia mengenakan kemeja coklat ketat berlengan pendek dan rok jeans biru
tua. Riasan wajah Monika juga tidak terlalu menor dan terlihat alami, menyatu
sekali dengan tema pakaiannya.
“ Tumben kamu ngajak aku ke kafe.
Ada hal yang perlu kamu sampaikan ke aku? “ sambung Monica seraya menaikkan
alis kanannya.
“ Ya sebenarnya aku mau ngasih ini
sama kamu. “ Reinold menyerahkan setangkai bunga mawar yang ada di tangannya
pada Monica.
Monica terkesima. Ia tak menduga
kalau bunga mawar yang berada di tangan Reinold akan diberikan padanya. Rasa
senang dan terkejut bercampur satu dan tak bisa diungkap secara lisan. Monica
hanya mengatupkan kedua tangannya menutupi mulutnya.
“ Makasih banyak Reinold buat bunga
mawarnya. Kamu tahu banget kalau aku suka bunga mawar. “ ungkap Monica sambil
meraih setangkai bunga mawar pemberian Reinold.
Dalam hati Reinold ia sama sekali
tak menduga kalau Monica suka bunga mawar. Yang ia tahu berdasarkan cerita
teman – teman Monica, Monica tidak terlalu menyukai bunga tapi sekarang
perkataan temannya tak terbukti. Reinold merasa bangga sekali saat itu.
“ Monica? “ panggil Reinold.
“ Ada apa Rein? “ Monica menyahut
panggilan Reinold.
“ Kau tahu kan kalau kita sudah lama
saling kenal dan kita sudah saling dekat... “
Monica menghadapkan wajahnya ke arah
Reinold. Mimik wajah dipenuhi rasa penasaran, alis matanya agak mengkerut.
“ Lalu? “
“ Aku ingin mengungkapkan apa yang
kurasakan padamu saat ini... “ Waktu berjalan seakan lebih lama daripada
sebelumnya. Detak jantung Reinold berdebar tak menentu. Ada rasa beda ketika ia
ingin menyatakan cinta pada Monica. Hal ini tak pernah terjadi ketika dirinya
ingin menyatakan cinta pada perempuan lain. Ia menduga mungkin inilah cinta
sejati yang sudah lama ia cari.
“ Aku suka kamu, kamu mau gak jadi
pacarku? “ Reinold sudah mempertaruhkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan
hal itu. Sekat yang membelenggu dirinya sudah dipatahkannya. Kini yang
ditunggunya adalah jawaban dari pujaan hatinya, Monica.
Rasa senang di hati Reinold perlahan
pudar begitu melihat reaksi Monica yang spontan berubah 180 derajat.
“ Aku tahu kamu memang lelaki tampan,
Reinold, tapi apa kamu bisa membodohi aku semudah itu?! “ Perkataan Monica
menusuk bagai belati bermata dua. Melukai hati dan perasaannya. Ia tak
menyangka Monica akan berkata seperti itu padanya.
“ Apa maksud kamu Monica?! “ Reinold
berdiri tegak menghadap ke arah Monica. Ia tak kalah emosinya mendengar ocehan
panas dari mulut Monica.
“ Kau tahu, mantanmu Ririn bercerita
padaku bahwa kamu itu lelaki yang suka mempermainkan perasaan perempuan. Dia
pernah bilang kalau kamu suka menggoda perempuan lain yang lebih cantik dan
menarik meskipun kamu sudah punya pacar. Kamu jahat! “ ungkap Monica dengan
rasa kesal pada Reinold. Ingin sekali rasanya ia menyiramkan kopi yang berada
di cangkirnya tapi diurungkannya.
“ I-itu tidak benar. Aku bisa beri
tahu kamu alasan sebenarnya... “ ucap Reinold gagap karena pandangan orang yang
berada di dalam kafe tertuju padanya. Ia tak sanggup menahan rasa malunya
dipermalukan Monica di hadapan umum.
“ Aku pergi. “ tutup Monica seraya
beralih dari hadapan Reinold. Reinold sigap menangkap tangan Monica.
Monica tersentak. Ia memberontak
begitu tangan Reinold menggenggam tangannya. Reinold sontak melepas
genggamannya saat Monica mengancam akan berteriak. Reinold pasrah sambil
membiarkan Monica berlalu di hadapannya.
Reinold termangu sendirian di luar
kafe sembari menyesali perbuatan yang selama ini dilakukannya. Mawar yang
dipegangnya menjadi saksi bisu atas keserakahannya karena mempermainkan cinta
seorang wanita. Ia meninggalkan kafe setelah ia membayar makanan yang
dipesannya.
No comments:
Post a Comment