Lilian masih saja berkonsentrasi pada buku Fisika yang
berada di hadapannya. Matanya begitu jeli memperhatikan rumus – rumus yang
begitu kompleks perhitungannya. Ia mulai mengambil buku tulis dari dalam tasnya
dan mengerjakan soal – soal latihan yang tertera. Ketika ia sedang serius
mengerjakan soal, matanya berpaling ke arah jendela. Bola matanya lekat ke arah
gerombolan perempuan yang asyik bercanda. Lilian mengamati sepertinya mereka
akan memasuki kelasnya, buru – buru memasukkan bukunya ke dalam tas dan
bergegas keluar.
“ Aduh! “ Fira memekik kecil ketika badan gempal Lilian
menabrak tubuhnya.
“ Ma-maaf a-aku tidak sengaja. Mau dibantu?” jawab Lilian
gugup sambil mengulurkan tangannya pada
Fira.
“Singkirkan tangan loe! Gua gak mau ditolong sama loe!”
bentak Fira sambil menepis tangan Lilian dengan kasar.
Fira berdiri dibantu oleh kedua temannya. Ia membersihkan
bagian roknya yang kotor karena terjatuh akibat ditabrak oleh Lilian. Dengan
rasa malu dan kesal, Fira melabrak Lilian.
“ Heh loe gak punya mata ya?! Jalan aja gak becus! “ Jari
telunjuk Fira menuding ke arah kacamata Lilian. Lilian hanya bisa menunduk lesu
membiarkan Fira memperlakukannya secara kasar.
“ Gua gak mau tahu, pulang sekolah loe harus jumpain gua di
belakang kantin mas Fauzi! Kalau enggak ...” Fira semakin menguatkan ancamannya
dengan meluruskan jari telunjuknya ke leher sambil digoreskan seperti pisau.
“ Makanya lo jangan macam–macam sama bos gua! “ tandas
Nia.
“ Ngerti loe ?!” sambung Tia. Lilian mengangguk pelan. Fira
dan teman – temannya bergegas pergi meninggalkan Lilian.
Lilian masih termangu di depan kelasnya. Ia menyesali
kecerobohannya menabrak Fira. Ia tahu betul dengan siapa dirinya bermasalah.
Fira dan gengnya adalah kelompok perempuan populer di sekolah. Kekayaan orang
tua dan gaya berpakaian trend masa kini membuat nama mereka begitu populer di
sana. Mereka suka menjahili perempuan culun dan pendiam dan Lilian salah satu
korbannya.
“ Hey Lilian, apa yang kamu lakukan di sini? “ tegur Fadli
sambil menghampiri Lilian.
“ Ti-tidak apa – apa Fadli. Aku hanya menunggu Maya di sini.
“ jawab Lilian sambil mengusap pelan air matanya.
“ Kau pasti bohong kan? Ini pasti gara – gara Fira. “
Lilia tak bisa mengelak. Ia hanya diam begitu Fadli
mengetahui ia dijahili oleh Fira dan gengnya.
“ Perempuan itu... Aku harus beri ia pelajaran! “
Lilian sigap menangkap lengan Fadli, “ Jangan Fadli! Jangan
sakiti dia! Aku yakin suatu saat dia pasti akan menyadari perbuatannya. “ tutur
Lilian pada Fadli.
Fadli memandang iba sekaligus kagum pada Lilian. Ia tak
menyangka masih ada orang sebaik Lilian. Meskipun ia diperlakukan semena –
mena, ia tetap sabar dan tidak marah. Jika ia menjadi Lilian, dia takkan segan
untuk memberi pelajaran pada Fira.
“ Jangan takut untuk bilang padaku jika kamu disakiti Fira
dan gengnya. Aku pergi dulu ya. “
pungkas Fadli sambil menghela nafas pendek. Ia berlalu dari hadapan Lilian.
No comments:
Post a Comment