Monday, 13 July 2015

Lilian



Lilian masih saja berkonsentrasi pada buku Fisika yang berada di hadapannya. Matanya begitu jeli memperhatikan rumus – rumus yang begitu kompleks perhitungannya. Ia mulai mengambil buku tulis dari dalam tasnya dan mengerjakan soal – soal latihan yang tertera. Ketika ia sedang serius mengerjakan soal, matanya berpaling ke arah jendela. Bola matanya lekat ke arah gerombolan perempuan yang asyik bercanda. Lilian mengamati sepertinya mereka akan memasuki kelasnya, buru – buru memasukkan bukunya ke dalam tas dan bergegas keluar.
“ Aduh! “ Fira memekik kecil ketika badan gempal Lilian menabrak tubuhnya.
“ Ma-maaf a-aku tidak sengaja. Mau dibantu?” jawab Lilian gugup sambil mengulurkan  tangannya pada Fira.
“Singkirkan tangan loe! Gua gak mau ditolong sama loe!” bentak Fira sambil menepis tangan Lilian dengan kasar.
Fira berdiri dibantu oleh kedua temannya. Ia membersihkan bagian roknya yang kotor karena terjatuh akibat ditabrak oleh Lilian. Dengan rasa malu dan kesal, Fira melabrak Lilian.
“ Heh loe gak punya mata ya?! Jalan aja gak becus! “ Jari telunjuk Fira menuding ke arah kacamata Lilian. Lilian hanya bisa menunduk lesu membiarkan Fira memperlakukannya secara kasar.
“ Gua gak mau tahu, pulang sekolah loe harus jumpain gua di belakang kantin mas Fauzi! Kalau enggak ...” Fira semakin menguatkan ancamannya dengan meluruskan jari telunjuknya ke leher sambil digoreskan seperti pisau.
“ Makanya lo jangan macam–macam sama bos gua! “ tandas Nia.
“ Ngerti loe ?!” sambung Tia. Lilian mengangguk pelan. Fira dan teman – temannya bergegas pergi meninggalkan Lilian.
Lilian masih termangu di depan kelasnya. Ia menyesali kecerobohannya menabrak Fira. Ia tahu betul dengan siapa dirinya bermasalah. Fira dan gengnya adalah kelompok perempuan populer di sekolah. Kekayaan orang tua dan gaya berpakaian trend masa kini membuat nama mereka begitu populer di sana. Mereka suka menjahili perempuan culun dan pendiam dan Lilian salah satu korbannya.
“ Hey Lilian, apa yang kamu lakukan di sini? “ tegur Fadli sambil menghampiri Lilian.
“ Ti-tidak apa – apa Fadli. Aku hanya menunggu Maya di sini. “ jawab Lilian sambil mengusap pelan air matanya.
“ Kau pasti bohong kan? Ini pasti gara – gara Fira. “
Lilia tak bisa mengelak. Ia hanya diam begitu Fadli mengetahui ia dijahili oleh Fira dan gengnya.
“ Perempuan itu... Aku harus beri ia pelajaran! “
Lilian sigap menangkap lengan Fadli, “ Jangan Fadli! Jangan sakiti dia! Aku yakin suatu saat dia pasti akan menyadari perbuatannya. “ tutur Lilian pada Fadli.
Fadli memandang iba sekaligus kagum pada Lilian. Ia tak menyangka masih ada orang sebaik Lilian. Meskipun ia diperlakukan semena – mena, ia tetap sabar dan tidak marah. Jika ia menjadi Lilian, dia takkan segan untuk memberi pelajaran pada Fira.
“ Jangan takut untuk bilang padaku jika kamu disakiti Fira dan gengnya. Aku pergi dulu ya.  “ pungkas Fadli sambil menghela nafas pendek. Ia berlalu dari hadapan Lilian.
Lilian hanya mengangguk kecil dan menyimpulkan senyum kecil. Ia berdoa dalam hatinya semoga Fira takkan memperlakukannya macam–macam.

No comments:

Post a Comment