Tuesday, 21 February 2017

Sang Novelis - 6



Seperti Tidak Asing
            Kali ini Ervano merutuki dirinya sendiri. Kebiasaan lupa waktu dan sering telat harus mulai diubah perlahan-lahan. Untuk mandi pun, ia harus cepat-cepat. Sekitar tujuh menit bergegas di kamar mandi sambil mengenakan pakaian. Dengan satu stel kemeja lengan panjang motif kotak-kotak hitam dan merah, masih di depan rumah menunggu sang sopir datang.
            “Telat lagi, telat lagi,” gerutu Ervano pada dirinya sendiri.
            “Tapi siapa ya penulis novel itu? Tadi nggak sempat kuperhatikan pula.”
            Sambil menunggu sang sopir datang, lelaki itu masih punya waktu untuk menebak-nebak nama penulis itu.
            “Huruf depannya kalau enggak salah A. Huruf terakhir yang disingkat A. Dan terakhir Lane. Aku seperti tidak asing dengan nama penulis ini,” analisa Ervano dalam pikiran.
            Sangking sibuk dengan pikiran sendiri, Ervano tidak menyadari bahwa sang sopir sudah berada di depannya sambil menekan klakson. Lelaki itu sempat terlonjak sambil mengelus dada.
            “Ah! Pak Tono bikin kaget aja. Untung jantung saya kuat,” omel Ervano sambil menekan pintu mobil lalu duduk di atas jok belakang.
            “Maaf, Pak Ervano. Habis Bapak kelihatan lagi sibuk ngomong sendiri. Memangnya Bapak lagi memikirkan apa sih?”
            “Itu bukan urusan kamu. Ayo cepat. Saya sudah terlambat,” perintah Ervano.
            Sang sopir mengangguk pelan. Mobil itu membiarkan dirinya melaju kencang oleh tarikan tuas persneling. Meninggalkan sebuah kediaman bertingkat dua dengan balkon pagar hitam. Sosok berjaket merah ikut pergi menyusul mereka dari belakang.

No comments:

Post a Comment