Monday, 8 May 2017

Sang Novelis - 19



Klarifikasi
            22 Maret 2016
            Ini sudah kedua kali Ervano dipanggil ke kantor polisi. Kepolisian meminta klarifikasi dari Ervano mengenai siapa saja orang luar yang mengetahui gedung kursusnya.
            “Bisa dijelaskan siapa saja orang luar yang pernah mengunjungi tempat kursus Anda?”
            “Maksud Bapak?” tanya Ervano yang kurang mengerti.
            “Selain jajaran pegawai dan petugas kebersihan, apakah bapak pernah mengajak seseorang yang bukan bagian dari Amazing Children Course?” tanya seorang pria berpangkat AKP sambil mengetik keterangan yang diutarakan Ervano, tadi.
            “Ada tiga orang luar yang pernah mengunjungi gedung les saya. Yang pertama adalah istri saya.”
            “Apa tujuan istri Anda ke sana? Apa Anda tidak menemukan kata-kata atau perilaku yang aneh begitu tiba di gedung kursus?”
            “Sejauh apa yang saya amati, saya tidak menemukan kata-kata dan perbuatan aneh dan mencurigakan dari istri saya sendiri. Dia tak mungkin melakukan hal bodoh semacam itu,” jawab Ervano sambil membela istrinya yang diprasangka sebagai pelaku oleh polisi yang tengah menyelidiki dirinya.
             Pria berkumis putih tipis yang berada di depan Ervani manggut-manggut saja sambil melanjutkan pertanyaan selanjutnya.
            “Baiklah kalau begitu. Dan siapa lagi orang yang kedua?”
            “Yang kedua, seorang pengusaha toko buku. Kedatangan beliau beberapa waktu yang lalu membicarakan perihal tawaran suntikan dana pembangunan perpustakaan kecil sekaligus menyumbang buku-buku bacaan.”
             “Apakah Anda menerima tawaran yang diajukan pengusaha itu?”
            “Saya menerima tawaran yang diajukan pengusaha itu. Dan perpustakaan kecil hasil dari tawaran dana itu, sudah  pernah Anda lihat ‘kan sewaktu menyisir TKP?”
            “Saya bersama dengan anggota saya sudah melihat perpustakaan itu. Namun kondisi perpustakaan kecil hancur berantakan. Buku-buku yang berada di dalam rak, berserakan. Bagaimana dengan orang yang ketiga?”
            “Yang ketiga itu, manajer saya. Egath Violana. Dia pernah meminta saya untuk mengajaknya ke gedung kursus. Katanya sekedar ingin tahu bagaimana suasana di sana,” jawab Ervano seingatnya.
            “Ketika kamu mengajaknya ke sana, apa reaksi saudari Egath yang menurut Anda menyiratkan kecurigaan atau keanehan tersendiri untuk Anda?”
            “Errr... dia tak menunjukkan reaksi apa-apa yang menurut saya mencurigakan. Dia tenang-tenang saja.”
            “Baiklah kalau begitu. Kami akan segera melakukan pemanggilan kepada tiga orang yang Anda sebutkan tadi. Mungkin keterangan yang Anda paparkan sudah cukup jelas. Terimakasih atas kedatangannya, Pak Ervano,” pungkas Ervano sambil berdiri mengulurkan tangan.
            Ervano juga ikut berdiri, membalas uluran tangan pria yang ada di depannya. “Sama-sama, Pak. Saya senang juga membantu usaha penyelidikan pihak kepolisian. Tapi apakah pihak kepolisian juga sudah menemukan keberadaan manajer pertama saya?” Ervano melepas jabat tangan sang polisi tapi sorot mata lelaki itu seakan ingin tahu apa jawaban sang polisi.
            “Kami sedang berusaha semaksimal mungkin mencari keberadaan Christia Damanik.”
            Begitu mendengar jawaban sang polisi, Ervano memalingkan badan, meninggalkan kantor kepolisian.

No comments:

Post a Comment