Thursday, 18 January 2018

The Beauty Symphony - 5



Djarot dan Anton     
            Tidak semua orang diberikan Tuhan porsi kesuksesan yang sama. Sebagai contoh, jika di masa depan nanti kau menjadi seorang polisi, bisa jadi teman yang kau anggap dulu berkemampuan pas-pasan atau di bawah kemampuanmu, akan menjadi seorang bupati atau seorang pengusaha. Atau paling tidak, pangkatmu bisa saja berada jauh di atas pangkatmu. Dan itu yang akan membuatmu iri jika melihat kawanmu sudah berkembang melampaui kita. Hal itu juga terjadi pada Djarot dan Anton.
            Masih terekam jelas di ingatan keduanya kala Aldo dan Fidel meminta mereka menjadi personil band mereka untuk acara pentas seni musik mahasiswa dua tahun lalu. Padahal jika dihitung-hitung, begitu banyak waktu dan uang dihabiskan Fidel dan Aldo demi penampilan terbaik mereka di panggung seleksi pentas seni musik mahasiswa.
            Tapi karena Djarot dan Anton menganggap kemampuan bermusik dan olah vokal Fidel dan Aldo masih jauh di bawah mereka, kedua lelaki itu memutuskan keluar dari band bentukan Fidel dan Aldo.Serta diam-diam membentuk band baru dengan mengajak teman-teman satu grup jurusan pendidikan bahasa Inggris.
            Dua hari sebelum hari H, Djarot menemui Fidel dan Aldo, mengatakan kalau mereka harus membatalkan penampilan mereka di seleksi pertama. Djarot mengatakan kalau Aldo sedang dirawat di rumah sakit karena demam berdarah tiga hari sebelum hari hari H. Djarot sendiri mengatakan alasan tidak bisa tampil di seleksi pertama karena dirinya akan maju persentasi di mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
            Fidel dan Aldo sungguh tidak menyangka kalau semua latihan yang menghabiskan begitu banyak waktu dan uang akan sia-sia karena alasan Djarot dan Anton sangat mendadak. Ingin rasa Aldo berteriak kencang melepaskan kekecewaannya. Tapi Aldo mencoba bersabar.Tidak gegabah melampiaskan emosi yang membludak di ubun-ubun.
            Tepat di hari H. Seleksi pertama di acara pentas seni musik mahasiswa digelar di dalam aula kampus. Sudah tersedia alat-alat band seperti dua gitar, bass, drum, keyboard, tiga mic berdiri tegak di atas panggung. Di bawah panggung sudah tersedia tempat para juri memberikan penilaian, kritik dan saran atas penampilan para kontestan.
            Usai mata kuliah Transcational Speaking, Fidel dan Aldo berencana melihat siapa saja ikut serta dalam seleksi pertama acara ini. Sudah banyak para penonton menempati bangku bagian depan dan tengah pada keempat baris kursi di dalam aula. Akhirnya mereka memilih bangku belakang sebagai tempat menyaksikan penampilan para kontestan.
            Saat penampilan dari kontestan nomor dua usai, Fidel dan Aldo melihat secara jelas dan kasat mata Djarot dan Anton sudah berada di atas panggung. Tentunya kedua laki-laki itu bersama dengan personil band yang baru. Merasa terkhianti oleh Djarot dan Anton, Fidel dan Aldo memutuskan keluar dari aula. Nanti sesampainya mereka di luar, kedua lelaki itu akan meminta penjelasan tentang apa yang mereka lihat di atas panggung.
            Lima belas menit menunggu, Djarot dan Anton sudah keluar dari aula. Aldo segera menderapkan kaki, menghampiri mereka.
            Tanpa banyak bicara, Aldo mengepalkan tangan lalu mendaratkan bogem mentah ke wajah Djarot. Lelaki berkulit putih itu jatuh tersungkur di lantai ubin. Melihat Aldo yang ingin menghajar Djarot lagi, teman-teman satu band Djarot segera menghalangi Djarot dan juga mengunci pergerakan tubuh Aldo.
            Segala sumpah dan kata-kata kotor terlepas begitu saja dari mulut Aldo. Ini juga menarik perhatian orang-orang yang ada di dalam aula. Merasa menjadi bahan tontonan, Fidel menarik Aldo dari sana. Menghambur pergi, meninggalkan aula. Dan sejak saat itu, Fidel dan Aldo tidak pernah berbicara lagi pada Djarot dan Aldo. Kalaupun mereka berjumpa, keempat lelaki itu akan saling buang muka.
*
            Teman satu band Djarot sedang berlatih di dalam studio 1. Jari-jari kurusDjarot begitu bersemangat memetik keenam tali gitar melodi. Begitu juga dengan Antonsebagai gitaris ritem. Dan tiga personil yang lain mengambil bagian mereka masing-masing.
            Tak terasa satu setengah jam, mereka berlatih di studio 1. Letih dan capek membeku dalam badan mereka akibat udara dingin yang dihasilkan pendingin udara buatan. Jadi untuk saat ini, mereka memutuskan menyudahi latihan. Sambil beristirahat, para personil lain mulai mengambil topik perbincangan. Mulai dari tugas, dosen, cewek-cewek cantik di kampus sampai yang tak boleh ketinggalan yakni The Beauty Symphony band. Yang menurut kabar burung, mereka akan menandatangi kontrak salah satu dapur rekaman di Jakarta.
            “Wah beruntung banget ttuh mereka dapat tawaran kontrak dari dapur rekaman di Jakarta,” ujar Edo, bassist dari band Pentatonic.
            “Iya gua nggak nyangka kalau mereka bisa berkembang sejauh itu. Dulunya mereka ‘kan bukan apa-apa, ya enggak Rot?” Adit, sang vokalis mengarahkkan pandangan pada Thomas.
            Merasa terusik dengan tingkah sang vokalis, dengan ketus Djarot bicara, “Apaan sih loe, Dit? Bagi gua dan Anton, mereka berdua itu bukan siapa-siapa kami lagi. Dan pula, kemampuan mereka dalam bermusik masih di bawah kita kok.” Anton mengangguk setuju.
            Adit lagi-lagi terkekeh mendengar balasan dari Djarot. “Itulah membuatku takjub sekaligus enggak percaya dengan kemajuan teman lamamu, Djarot. Mereka sudah sampai di Jakarta sedangkan kita masih asyik di Pematangsiantar. Kapan kita majunya?”
            Anton yang gerah mendengar ocehan sang vokalis, juga angkat bicara. “Sudahlah teman-teman. Ngapain kita bicarakan mereka? Kita lihat band sendiri.”
            “Eh, kalian tahu enggak kalau The Beauty Symphony juga mau konser di Medan lho. Kita enggak ke sana? Ya sekadar melihat aksi panggung mereka,” sambut Marthin, sang drummer.
            “Ah ngapain juga kita ke sana? Buang-buang waktu sama duit,” cibir Djarot serta membuang napas kesal.
            “Jangan langsung ngomong begitu dong, Rot. Selain bisa berjumpa dengan kawan lamamu, kita juga bisa melakukan sedikit sabotase di penampilan mereka nanti. Sekalian gua juga mau ngasih pelajaran sama anak-anak The Beauty Symphony yang sombong itu.”Adit menyeringai jahat.

No comments:

Post a Comment