Monday, 29 June 2015

14 Februari



            Sudah 2 tahun berlalu , namun aku masih saja mengingatnya. Namaku Adit. Aku merupakan siswa di sebuah SMA Negeri kelas XI IPA.
            Aku senang sekali hari itu telah datang . 14 Februari–hari Valentine. Meskipun hari itu lebih banyak dirayakan oleh orang luar negeri tetapi di dalam negeri khususnya Indonesia juga merayakannya.
14 Februari adalah hari yang paling ditunggu–tunggu oleh kawula muda terutama aku. Aku ingin mengungkapkan perasaanku kepada seorang gadis. Namanya Nana. Ia adalah gadis yang paling kusuka. Seorang gadis yang manis, baik dan pintar. Sebelum kami pindah kelas sesuai dengan jurusan, kami merupakan teman sekelas.
Aku senang sekali bisa sekelas denganny. Aku senang mengamati wajah manisnya. Aku senang mengisenginya untuk mencari perhatiannya, melucu atau melawak di depannya agar aku bisa melihat dia tertawa. Jika dia tertawa, dia selalu menutup mulutnya. Mungkin saja, dia malu gelak tawanya dilihat oleh lelaki.
Meskipun dia sudah punya pacar, aku tetap berusaha mendekatinya. Mengirim pesan lewat SMS pun juga kulakukan walaupun kami sekelas.
Timbul rasa suka dan kagum padanya. Ingin rasanya aku memiliki dirinya, tapi kenyataannya dia masih dimiliki oleh lelaki lain. Mau gimana lagi, aku harus menunggu dan memendam perasaan ini sampai dia putus dengan pacarnya.
Waktu semakin berlalu. Tuhan telah mengabulkan pintaku. Pada akhir Januari, kudengar dia sudah putus dengan pacarnya.
“Inilah saatnya. Aku tak mau menunggu lebih lama.“ tukasku dalam batin.
Memasuki bulan Februari, aku merencanakan akan mengutarakan perasaan sekaligus menyatakan cintaku padanya. Aku mulai mengintip-intip Facebooknya, melihat album–album foto, mencari sesuatu yang menarik dijadikan sebagai inspirasi. Sampai aku menenukan ide – menghadiahkannya sebuah topi.
Sebelum hari H, aku meluncur ke toko souvenir dan aku memilih sebuah topi. Topi yang sering dipakai wanita jika mereka bepergian ke pantai. Berwarna putih. Tidak lupa, aku juga membeli 2 buah coklat batang sebagai tambahannya. Selesai dengan hadiahnya, aku langsung pergi ke toko kado untuk membungkusnya.
Tibalah hari itu. Jantungku deg–degan. Memberikan hadiah ini langsung padanya. Ini pertama kali bagiku. Aku pasti akan gugup berat. Tapi aku mengurungkan niatku untuk menyatakan cinta. Aku teringat perkataan temanku, “Lebih baik jangan ‘ditembak’ dulu. Beri jarak waktu. Supaya dia gak kepikiran kalau dia menerimamu karena hadiahmu.“ ujarnya.
Kupikir ada benar juga. Kuikuti saran temanku.
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku menunggu hingga suasana perlahan sepi. Kumenunggu di depan kelas sekitar sejam, tapi dia tak kunjung keluar. Aku mulai resah. Kesabaranku habis dan aku memberanikan diri masuk ke dalam kelasnya. Tak kusangka, ada 4 orang lelaki pengacau datang ke kelas. Kedatangan mereka berempat membuat rencanaku batal. Akhirnya kutitipkan hadiah ini pada temanmu dan aku senang sekali kau menyukai hadiahku.

No comments:

Post a Comment